Berita Kota
Jum'at, 24 April 2009
Krisis keuangan mengancam nasib ribuan buruh di Depok. Mereka terancam PHK karena perusahaan tempatnya bekerja kolaps, bahkan bangkrut. Ratusan buruh di Tangerang menyerukan peringatan May Day
PEMUTUSAN hubungan kerja (PHK) massal mengancam buruh di Kota Depok. Ribuan buruh dipastikan menjadi korban PHK, karena perusahaan tempat mereka bekerja tak mampu melewati krisis ekonomi global.
Fakta itu diungkap Kepala Seksi Hubungan Industrial dan Persyaratan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Kota Depok Mochammad Ali, Kamis (23/4). Menurut Ali, pihaknya mengindentifikasi ribuan buruh bakal kehilangan pekerjaan. Disnakersos, katanya, sudah melakukan survei. Untuk tahap awal empat perusahaan berencana melakukan PHK karena tak mampu melewati krisis ekonomi global.
"Dari hasil survei dan kunjungan kami ke banyak perusahaan pada Maret 2009 lalu, diketahui empat perusahaan berencana mem-PHK 185 pekerja," katanya.
Menurut dia, penyebab PHK massal sebetulnya bukan hanya krisis global, melainkan juga akibat persaingan usaha yang cukup ketat. Minimnya serikat pekerja yang mendukung perbaikan nasib buruh di Kota Depok, lanjut dia, makin memperburuk kondisi buruh.
Ali menilai, sektor industri yang dianggap memiliki daya persaingan ketat adalah perusahan yang bergerak di bidang garmen, elektronik, dan farmasi. Dari sekitar 600 perusahaan di Kota Depok, 125 di antaranya bergerak di tiga bidang tersebut. "Pengusaha sektor jasa justru lebih bertahan," katanya.
Dikatakan, lesunya industri otomotif juga berimbas negatif pada perusahaan industri pendukungnya, seperti PT Meiwa di Jl Raya Bogor. Produsen jok mobil untuk PT Astra International itu terpaksa memensiunkan dini pekerja yang usianya di atas 45 tahun.
Ali memperkirakan, tahun ini kelesuan usaha masih melanda sektor industri di Kota Depok, sehingga PHK akan terus terjadi. "Kami tengah mengawasi dua perusahaan besar yang mengubah status karyawannya, pabrik garmen PT Lucky Abadi. Kami juga mengawasi PT Sanyo karena peralihan kepemilikan," tuturnya.
Di tempat terpisah, ratusan buruh yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Pekerja Tangerang (ARPT) mengampanyekan May Day (peringatan hari buruh). Mereka juga menyerukan penolakan PHK dan sistem kerja kontrak (outsourcing).
24 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar