26 April 2009

Setelah Didorong Majikannya Dari Lantai 5 TKW Indonesia Sempat Kritis

24/04/2009


Kebumen, CyberNews. Seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia asal Kabupaten Kebumen yang bekerja menjadi pembantu rumah tangga di Singapura pulang dalam kondisi kritis. Eka Yulianti (25) warga Desa Karangpule RT 3 RW 3 Kecamatan Sruweng, menderita patah tulang di sejumlah bagian tubuhnya (multi fraktur) akibat terjatuh dari lantai 5 rumah majikannya di Jalan Bukit Batok Street 11 Blok 140 Singapura.

Hingga Jumat (24/4), tenaga kerja yang berangkat ke luar negeri menggunakan jasa PJTKI PT Hasrat Insan Nurani Cilacap itu masih mendapat perawatan intensif di rumah sakit PKU Muhammadiyah Sruweng. Sebelumnya korban dipulangkan oleh majikannya ke Indonesia melalui bandara Adi Sucipto Yogyakarta tanpa membawa barang apapun, Selasa (21/4).

Oleh majikannya, pasien hanya dititipkan di Jogja International Hospital (JIH). Menurut penuturan Yulianti, dia jatuh dari lantai rumah majikannya sekitar Februari lalu karena didorong oleh majikannya bernama Soo Kee Lim. Saat itu dia hendak meminta gaji bulanan, namun oleh majikannya dia justru dimarah-marahi sampai didorong hingga dia terjatuh dari lantai 5.

"Saya juga pernah disundut rokok dan diseterika kaki kiri saya," ujar ibu satu anak itu kepada Suara Merdeka seraya menunjukkan bekas luka yang dimaksudkan di kaki kirinya.

Sementara itu, keluarga korban mengaku tidak terima dengan kondisi anaknya. Mereka baru mengetahui anaknya menjadi  korban penganiayaan oleh majikan, setelah korban bisa bicara. Pasalnya, pihak majikannya selama ini hanya memberitahukan bahwa Yulianti terjatuh karena kecelakaan kerja biasa.

"Saya bersama pimpinan PJTKI sempat menengok ke Singapura selama dua hari. Tapi kondisi anak saya saat itu masih kritis di rumah sakit dan tidak biasa bicara," ujar Bariyah (42) ibu korban.

Bariyah menuturkan, Yulianti berangkat ke Singapura sejak 15 bulan lalu. Namun dia, beberapa bulan bekerja di sana dia sudah mendengar keluhan mengenai potongan gaji. Baru-baru ini dia baru mengetahui fakta bahwa anaknya juga sering mendapat perlakuan kasar dari majikannya.

Sebenarnya dia sudah tidak betah bekerja di Singapura. Namun karena kontraknya selama dua tahun belum habis, dia merasa takut untuk melaporkan ke kedutaan RI Singapura. Pasalnya dia juga tidak boleh keluar rumah dan hanya terus berada di dalam rumah.

Bariyah menyebutkan, gaji terakhir korban sebesar Rp 2.967.434 baru dikirimkan kepada keluarga. Uang itu hampir habis untuk biaya perawatan di rumah sakit di Yogya dan biaya ambulance ke Kebumen Rp 1.796.000. Saat ini keluarga bingung karena tidak memiliki biaya untuk pengobatan.

"Kami meminta, anak saya pergi dalam keadaan sehat juga pulang dalam keadaan sehat. Pihak majikan harus bertanggungjawab atas nasib anak saya," katanya menyebutkan hingga Jum'at (24/4) suami korban yang bekerja menjadi sopir pribadi di Jakarta masih sulit dihubungi.

Secara terpisah, Kepala Bidang Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial (Disnakertransos) Kebumen, Dra Haryati mengaku belum mendapat laporan terhadap kasus dugaan penganiayaan terhadap TKI asal Kebumen. "Kami segera melakukan pengecekan dan memanggil PJTKI yang memberangkatkannya," ujar Haryati.

(Supriyanto /CN13)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar