WONOGIRI, KOMPAS.com — Tim dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura, Selasa (21/4), mengunjungi Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) dan berdialog dengan Bupati Wonogiri Begug Poernomosidi, Pemerintah Kabupaten Wonogiri, dan calon tenaga kerja dari Wonogiri.
Selain menjelaskan kepada calon tenaga kerja soal kondisi saat ini mengenai pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri, dalam saresehan yang digelar di Pendopo Kabupaten Wonogiri, tim yang dipimpin Sekretaris KBRI Fahmi Aris Innayah juga menjelaskan mengenai konsep pembiayaan proses rekruitmen calon penata laksana rumah tangga (PLRT) atau pembantu rumah tangga di Singapura yang efisien.
Menurut Fahmi, konsep ini penting karena hampir setiap ribuan PLRT terkena masalah. "Satu tahun ada sekitar 1.400 orang yang tinggal di shelter kita (KBRI di Singapura) akibat sistem rekrutmen yang tidak baik," ujarnya.
Fahmi menyebutkan pendapatan PLRT di Singapura sekitar 3.400 dollar Singapura per bulan. Namun, fakta lapangan yang berlaku saat ini, seorang PLRT yang baru bekerja selama delapan bulan pertama, hanya menerima 10 dollar Singapura. Gaji dipotong untuk membayar proses rekrutmen hingga diterima majikannya.
Menghadapi kondisi seperti ini, KBRI telah merumuskan konsep pembiayaan pengerahan calon PLRT sehingga selama delapan bulan pertama PLRT bisa memperoleh gaji sekitar 200 dollar Singapura.
"Ke depan walaupun ada biaya rekrutmen, biaya tersebut harus diminimalisasi, agar PLRT bisa menerima gaji yang layak selama delapan bulan pertama. Oke ada biaya, tetapi jangan kebangetan. Jangan hanya diberikan 10 dollar saja," katanya.
Dari konsep KBRI Singapura, dengan mendapat 200 dollar Singapura, setidaknya seorang PLRT bisa berbelanja kebutuhan pribadi dan mengirim uang kepada keluarga Tanah Air.
Konsep KBRI Singapura disambut positif Begug Poenomosari. Ia meminta penjelasan secara rinci, biaya-biaya apa saja yang dipangkas sehingga nanti calon PLRT dari Wonogiri bisa menerima gaji yang layak pada delapan bulan pertama. "Tolong jangan sampai ada yang dikirim dan tidak terima gaji selama delapan bulan," ujarnya.
Tim KBRI Singapura akan berada di Wonogiri selama tiga hari untuk ikut menyiapkan pembentukan balai latihan kerja modern di Wonogiri agar sesuai dengan permintaan di luar negeri.
Selain Fahmi Aris Innayah, ikut juga Ketua Bidang Pemberdayaan Unit Kerja dan Pengembangan Pasar Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (Apjati) Handoko Lesmana, Staf Teknis Tenaga Kerja KBRI Singapura Isnarti Hassan, Gloria Tan sebagai staf ahli Gubernur Kepulauan Riau; dan beberapa pengurus Apjati, pemerhati buruh migran, dan Ketua Himpunan PLRT Indonesia di Singapura, Sumarni Markasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar