31 Maret 2010

PKL Jatinegara Akan Sering Kena Penertiban

TEMPO Interaktif, JAKARTA - Rencana penertiban pedagang kaki lima ataupun parkir liar di kawasan ramai di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, akan berlanjut pekan ini. Kawasan di sepanjang area sekitar Pasar Regional Jatinegara akan menjadi target terdekat.

Menurut rencana, penertiban yang merupakan kerja sama pemerintah daerah bersama dengan polisi lalu lintas dan dinas pekerjaan umum itu mengincar tepi Jalan Jatinegara Barat di sisi Kanan sampai dengan Jalan Matraman Raya. Camat Jatinegara Andri Yansyah menyatakan bahwa area itu setidaknya akan disisir sebanyak dua kali. "Yang pertama akan dilakukan pada Rabu (10/3) nanti, dan selanjutnya akan dilakukan pada akhir April," katanya.

Andri menyatakan bahwa penertiban seperti ini perlu dilakukan untuk menciptakan area yang lebih nyaman bagi para pengguna jalan. "Karena kawasan itu sering dilanda kemacetan akibat banyaknya pedagang yang beraktivitas di trotoar," katanya.

Sebelumnya, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) telah melakukan penertiban pedagang asongan di kawasan pasar grosir itu pada Sabtu pekan lalu. Penertiban terutama dilakukan di jembatan penyeberangan yang berada di depan pasar itu.

Selain di sekitar Pasar Jatinegara, penertiban juga akan dilakukan di kawasan padat aktivitas perdagangan lain. Beberapa di antaranya adalah Jalan Otista Raya terutama di kawasan pertokoan onderdil mobil dan motor, Jalan Bekasi Barat di sekitar Stasiun Jatinegara, dan Jalan I Gusti Ngurah Rai. EZTHER LASTANIA

Penggusuran PKL Diwarnai Adu Mulut

Teguh Hadi Prayitno

11/03/2010

Liputan6.com, Semarang
: Penggusuran pedagang kaki lima di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (11/3) diwarnai adu mulut. Para pedagang memprotes tindakan petugas yang dinilai pilih kasih. Sebab, selama ini para PKL selalu dipungut biaya retribusi dan tidak mengganggu arus lalu lintas. Penggusuran PKL oleh polisi pamong praja ini dilakukan di daerah Sampangan, Semarang.

Kendati demikian, protes itu tidak mengubah keputusan pemerintah setempat. Lapak milik para pedagang tetap dibongkar. Penggusuran sendiri dilakukan untuk menertibkan kawasan hijau dan daerah aliran sungai untuk mencegah banjir sekaligus menciptakan susana bersih.(BJK/ADO)

Kerugian Kebakaran Pasar Senen Sembilan Miliar

Kamis, 11 Maret 2010

Jakarta (ANTARA News) - Kerugian yang disebabkan kebakaran di Pasar Senen, Jakarta Pusat, pada Kamis dinihari, ditaksir mencapai Rp8,5 miliar. Pasar Senen mengalami kebakaran pada Kamis (10/3), sekitar pukul 00.30 WIB. Kobaran api baru berhasil dipadamkan pada pukul 03.00 WIB, setelah 250 kios dan 80 lapak pedagang kaki lima (PKL) musnah terbakar.

"Kerugian dari bangunan fisik diperkirakan mencapai Rp3 miliar, dan sisanya barang milik pedagang," kata Kepala PD Pasar Jaya, Djangga Lubis, di Jakarta, Kamis.

Hingga Kamis sore, Djangga menyebut relokasi pedagang yang terkena dampak kebakaran belum dilakukan PD Pasar Jaya.

"Sampai sekarang, kami masih membereskan puing-puing bangunan sisa kebakaran," katanya.

Menurut Djangga, kebakaran diduga terjadi bukan karena adanya korsleting listrik dari ruko-ruko yang berada di pasar tersebut, tetapi karena api dari PKL yang berada di luar ruko.

"Tapi penyebab pastinya masih diselidiki oleh polisi," ujarnya.

Kecurigaan bahwa kebakaran itu disengaja memang sempat beredar di kalangan pedagang di Pasar Senen, karena mereka sempat menolak rencana renovasi pasar yang akan segera dilakukan PD Pasar Jaya, namun Djangga menyangkal adanya hal seperti itu.

"Kami sudah mengumpulkan para pedagang, supaya tidak saling tuding dan saling curiga. Jangan sampai mereka berpikir, pasar sengaja dibakar karena ada proyek baru di atas lahan tersebut," katanya.

Meskipun demikian, Djangga mengakui rencana renovasi itu telah disiapkan sejak lama, dan sempat mengalami hambatan karena adanya penolakan pedagang.

"Rencana ini sudah ada sejak 2004, namun baru 70 persen pedagang yang setuju terhadap rencana itu," katanya.

Sementara itu, Dinas Pemadam Kebakaran membutuhkan hingga 30 mobil pemadam kebakaran untuk memadamkan api di Pasar Senen tersebut.

Kepala Bidang Partisipasi Masyarakat Dinas Pemadam Kebakaran Risanto mengatakan api cepat membesar karena banyaknya barang yang mudah terbakar seperti plastik, kain dan karet.

"Selain itu, kami mengalami kesulitan memadamkan api karena asap tebal, keadaan gelap, dan pintu ruko berbentuk rolling door," katanya.

(T.A043/R009)

Pemkot Segera Tertibkan PKL Bermobil

Solo, CyberNews.

Pemkot Surakarta segera menertibkan para pedagang kaki lima (PKL) yang menggunakan mobil. Pasalnya, keberadaan mereka dianggap tidak sesuai dengan tata ruang Kota Bengawan. Penertiban terhadap para PKL akan dilakukan sejumlah instansi terkait seperti Dinas Pengelola Pasar (DPP), Dinas Perhubungan (Dishub), dan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Kepala Dinas Pengelola Pasar, Subagiyo menganggap keberadaan para PKL bermobil ini mengganggu dinamika perdagangan di pasar. "Seharusnya kan semua kegiatan dilakukan di dalam pasar. Mereka sudah memotong jalur distribusi dan tidak memberikan kenyamanan bagi para konsumen karena semua transaksi dilakukan di pinggir jalan," kata dia pada Suara Merdeka CyberNews.

Menurutnya para pelaku usaha tersebut telah mengubah fungsi dari alat transportasi yang digunakannya. Selain itu dari sisi retribusi pun mereka hanya memberikan kontribusi melalui pembayaran uang parkir. "Sama juga mereka mengkamuflasekan lahan parkir. Kami tidak memungut retribusi dari mereka," imbuhnya.
Penertiban para PKL, lanjutnya, perlu dilakukan agar dikemudian hari jumlahnya tidak semakin bertambah. Saat ini dari pendataan yang dilakukan DPP setidaknya sudah ada puluhan PKL bermobil yang tersebar di Kota Solo. Mereka tersebar dengan melakukan usaha menjual produk sandang dan pangan.

"Perkembangan jumlah mereka sampai saat ini cukup pesat terutama sejak tahun lalu. Kalau tidak ditata akan semakin sulit nantinya," tegas mantan Kepala Kantor Satpol PP ini.
( Gading Persada / CN14 )

Penghasilan PKL Kalibata Turun Drastis

Jum'at, 19 Maret 2010

Pedagang Kali Lima (Foto: Koran SI)

JAKARTA - Pedagang Kaki Lima (PKL) yang bisa mangkal di sekitar Taman Makam Pahlawan (TPM) Kalibata mengaku omzetnya turun akibat kebijakan penggusuran tersebut.

Mereka dilarang berjualan di kawasan itu terkait persiapan kedatangan Presiden Amerika Barack Obama yang awalnya pada Maret ini, namun akhirnya ditunda hingga pertengahan Juni mendatang. Menurut Wiwi (38), seorang PKL Kalibata yang tinggal di Bojonggede, dirinya tidak mengetahui sampai kapan penertiban lapak jualan ini berlanjut.

Akibat penertiban tersebut, Wiwi mengaku omzet penjualannya turun drastis. "Hasil dari penjualan minuman dingin turun drastis, yang biasanya sehari bisa Rp100.000, sekarang cuma Rp25.000," keluh dia yang sudah berjualan di tempat itu sejak lima tahun lalu, kepada okezone, Jumat (19/3/2010).

Wiwi menuturkan, hasil jerih payahnya berjualan di sekitar TMP Kalibata dapat menyekolahkan anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. "Dengan berjualan, saya bisa membiayai sekolah anak, tapi kalau sehari dapat Rp25.000, itu hanya cukup untuk ongkos naik kereta," ucapnya sambil menangis.
(ram)

Penertiban PKL di Jatinegara Ricuh

22/03/2010
Liputan6.com, Jakarta: Penertiban pedagang kaki lima di Jatinegara, Jakarta Timur, oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja, Senin (22/3), diwarnai aksi protes dan caci maki pedagang. Eni, salah seorang pedagang memaki petugas yang akan mengeksekusi lapaknya. Tak hanya Eni, beberapa pedagang lainnya yang tak sudi barang dagangannya diangkut juga ikut protes.

Razia yang digelar siang tadi, menyisiri kawasan Jalan Mayjen Sutoyo, Universitas Kristen Indonesia (UKI), Pasar Jatinegara, dan Stasiun Jatinegara. Menurut Wakil Camat Jatinegara Ali Murtado, pihaknya sudah beberapa kali memberi peringatan, namun tak pernah diindahkan. Razia tersebut dilakukan menjelang penilaian Adipura terhadap lima wilayah di DKI Jakarta.(BJK/IAN)

Demi Adipura Puluhan PKL Ditertibkan

okezone

Selasa, 23 Maret 2010

JAKARTA - Puluhan pedagang kaki lima, gerobak pedagang, reklame, ditertibkan petugas di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur.
Penertiban dilakukan dalam rangka Pemerintah Kotamadya Jakarta Timur mempertahankan piala Adipura. Aksi ini sempat memicu kekesalan pedagang yang tidak terima dengan aksi petugas.

Sedikitnya 100 petugas gabungan dari polisi, Dinas Perhubungan, dan Satuan Petugas Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Sudin Kebersihan diterjunkan ke lokasi. Kegiatan kali ini dipusatkan pada jalan protokol yang ada di kawasan Jatinegara, ungkap Wakil Camat Jatinegara Ali Murthado.

Penertiban ini menurutnya selain dalam rangka penilaian adipura juga merupakan kegiatan rutin.
Penertiban yang dimulai sekitar pukul 07.00 WIB dilakukan dengan menyisiri Jalan DI Panjaitan arah Cawang. Dilanjutkan dengan menertibkan di Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista), Jalan Jatinegara Barat, dan di Jalan Bekasi Raya.

"Sedikitnya 20 gerobak, 30 reklame dan 5 warung PKL ditertibkan petugas," ungkap Camat Jatinegara Andriyansah, Senin (22/3/2010).

Banyak juga pedagang yang melarikan diri dan membongkar barang dagangannya sendiri. Surat pemberitahuan juga sudah dilakukan sebelumnya oleh petugas.

Kawasan yang paling banyak ditertibkan adalah Jalan Otista dan di depan stasiun Kereta Api (KA) Jatinegara. Kawasan tersebut terkenal yang paling semrawut selama ini. Karena selain terdapat Stasiun KA Jatinegara juga terdapat Pasar Rawa Bening. Sedangkan penertiban reklame paling banyak terdapat di Teminal Kampung Melayu.

Di depan Stasiun KA Jatinegara, keberadaan gerobak pedagang dan PKL membuat kawasan stasiun dan sekitarnya tampak semrawut. Sedangkan banyaknya parkir di sepanjang bahu jalan serta angkutan umum yang menunggu di badan jalan membuat kawasan tersebut selalu macet.

Kekisruhan terjadi saat ada beberapa pedagang yang marah karena dagangannya diangkut petugas. Terjadi tarik-menarik barang dagangan dengan petugas. Sumpah serapah juga keluar dari pedagang yang gagal mempertahankan barang dagangan mereka.

Seperti yang dialami oleh Yani (32), pedagang teh botolan yang ditemui di depan Stasiun Jatinegara. Dirinya marah saat sebuah etalase dan boks kerat minuman teh botolannya diangkut. "Saya sumpahin kalian (petugas) tujuh turunan sengsara," ungkap Devi.

Ibu dua anak ini mengaku telah berdagang di sana sejak 2007. "Kenapa baru kali saya ditertibkan," ungkapnya. Sejak ditinggal suaminya berjualan minuman adalah satu-satunya usaha untuk memberi makan kedua anaknya.

Hal yang paling dia sesalkan adalah tidak adanya pemberitahuan dari petugas sebelum dilakukan penertiban. Menurutnya, pihaknya akan kembali berjualan lagi kalau petugas mulai pergi dari lokasi. "Ya saya tetap akan berjualan lagi nanti," uajrnya.
(Isfari Hikmat/Koran SI/ram)

Wah, Senen Raya Telah Steril dari PKL

Selasa, 23 Maret 2010

JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah sempat tertunda, petugas Satpol PP Kecamatan Senen dan Pemerintah Kota Jakarta Pusat akhirnya menertibkan para pedagang kaki lima yang berdagang di bahu Jalan Senen Raya atau tepat di depan Blok VI Pasar Senen pascakebakaran Pasar Senen beberapa waktu lalu.

Dengan mengerahkan sekitar 100 personel Satpol PP, petugas sudah berjaga-jaga dengan membuat barisan di lokasi tersebut sejak pukul 06.00, Selasa (23/3/2010).

Saat para pedagang hendak menggelar dagangannya, petugas pun langsung menghalau dan mengimbau pedagang untuk berdagang di pelataran depan Blok VI Pasar Senen yang telah disediakan PD Pasar Jaya. Penertiban pun berjalan lancar.

Sebelumnya, pihak Kecamatan Senen juga telah mengimbau kepada para pedagang untuk berjualan di pelataran depan Blok VI Pasar Senen dan meninggalkan bahu Jalan Senen Raya yang sebelumnya ditempati oleh pedagang sehingga menimbulkan kesan kesemrawutan dan kemacetan di wilayah tersebut. Alhasil, kini Jalan Senen Raya pun terlihat steril dari para PKL.

"Petugas tiba dan mulai berjaga untuk menertibkan sejak pukul 06.00 saat pedagang belum membuka daganganya. Jadi, ketika pedagang datang, kami langsung imbau untuk tidak berjualan di bahu jalan, tapi silakan pindah ke pelataran Blok VI," ujar Harry Hariansyah, Kepala Satgas Satpol PP Kelurahan Senen, Selasa.

Dia mengaku bahwa ada beberapa pedagang yang menolak relokasi. Namun, aksi penolakan berhasil diredam petugas.

"Secara umum, tidak ada pedagang yang menolak, tapi sempat juga ada penolakan dari satu-dua pedagang, tapi karena kami persuasif, mereka akhirnya bersedia tidak lagi berjualan di bahu jalan," kata Harry Hariansyah.

Langkah selanjutnya, Harry mengungkapkan bahwa pihaknya akan melakukan penjagaan di kawasan Jalan Senen Raya atau tepatnya di depan Blok VI Pasar Senen. Pihaknya akan berpatroli dan beberapa petugas akan ditempatkan untuk melakukan penjagaan hingga situasi benar-benar kondusif.

"Yang jelas untuk satu atau dua hari ke depan, kami akan tetap berjaga-jaga di bahu jalan untuk mengantisipasi kembalinya pedagang berjualan di sini," kata Harry.

Demi Adipura, PKL Ditertibkan

Kamis, 25 Maret 2010


Jakarta, Kompas - Lebih dari 41 lapak pedagang kaki lima di Kelurahan Cilincing dan Kelurahan Sungai Bambu, Jakarta Utara, ditertibkan. Selain itu, 10 becak yang beroperasi di simpang lima Semper, Koja, Jakarta Utara, juga disita Satuan Polisi Pamong Praja Jakarta Utara, Rabu (24/3).

Dari Kelurahan Cilincing, petugas menyita 29 lapak PKL yang beroperasi di Jalan Raya Sungai Landak, sedangkan dari Kelurahan Sungai Bambu ditertibkan 12 lapak di Jalan RE Martadinata. Sebelumnya, petugas sudah menertibkan 150 lapak pedagang bambu yang berjualan di sepanjang Jalan RE Martadinata.

"Mereka kami tertibkan karena lapak mereka berdiri di atas saluran air serta berdekatan dengan jalan raya, termasuk rel kereta api jurusan Tanjung Priok- Kota. Selain membuat kumuh, keberadaan mereka sudah melanggar Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang ketertiban umum," kata Dwi Haryanto, Wakil Camat Tanjung Priok.

Secara terpisah, Lurah Cilincing Tulus Harjo mengatakan, para pedagang ditertibkan karena berdagang di jalur penilaian Adipura.

"Jalan Sungai Landak-Jalan Marunda adalah jalan yang berada di jalur titik penilaian Adipura," ujarnya.
Siti, salah seorang pedagang yang lapaknya terkena penertiban, menuntut agar satpol PP tak hanya menertibkan pedagang, tetapi juga sopir angkot yang mangkal di Jalan Sungai Landak.

"Kami berdagang di sini karena ramai. Banyak orang butuh makan di sini, dari sopir angkot sampai calon penumpang. Pemerintah seharusnya jangan pilih kasih. Angkot juga ditertibkan dong," kata Siti.

Menanggapi permintaan itu, Tulus mengatakan sudah menyurati dinas perhubungan mengenai keberadaan angkot. "Masalah angkot bukan wewenang kami," kata Tulus.

Sementara itu, penertiban becak di Semper nyaris terjadi bentrokan. Para penarik becak menolak becaknya disita untuk dibuang ke Cakung, Jakarta Timur. Namun, karena jumlah petugas satpol PP lebih banyak, mereka pun pasrah.

Serang
Satpol PP Kota Serang, Provinsi Banten, sudah tiga kali menertibkan PKL. Penertiban pertama dan kedua dilakukan di seputar Alun-Alun Kota Serang. Penertiban ketiga dilaksanakan di sekitar kawasan pertokoan Royal di ruas Sultan Ageng Tirtayasa dan sekitar Pasar Lama.

"Sehari sebelum operasi penertiban, kami sudah mengeluarkan surat pemberitahuan agar PKL membongkar sendiri tempat berjualannya. Kalau masih bandel, kami yang akan membongkarnya," kata Kepala Seksi Ketenteraman dan Ketertiban Satpol PP Kota Serang Misri.

Penertiban PKL tersebut untuk menciptakan Kota Serang tertib, rapi, dan indah. "Penertiban kami lakukan secara persuasif, tetapi kami minta pedagang juga mengerti dan mematuhi aturan," katanya. (CAS/ARN)

13 Bangunan Dibongkar, 35 Disegel

Poskota, Rabu, 3 Maret 2010

JAKARTA – Warga RW 03 Kel. Kebayoran Lama Utara menilai jajaran Sudin Pengawas dan Penataan Bangunan (P2B) Jaksel tebang pilih dalam penghentian maupun penertiban bangunan bermasalah. Selama Pebruari 2010, sekitar 13 unIt bangunan dibongkar paksa.

"Sudah lama surat keluhan dan protes berkaitan dengan pembangunan rumah di lingkungan ini disampaikan, tapi tak ditanggapi serius seksi P2B kecamatan," kata Ny. Tina, warga RW 03, Kel. Kebayoran Lama Utara, Rabu (3/3).

Keluhan berkaitan dengan maraknya bangunan bermasalah sudah sering terjadi di wilayah ini kurang mendapatkan perhatian, ujarnya kesal dan minta perhatian serius.

Menanggapi keluhan dan protes warga tersebut, Kasie P2B Kec. Kebayoran Lama Indra, mengatakan sudah mengirimkan surat penghentian proyek pekerjaan pembangunan (SP4) ke bangunan bermasalah di RW 03 Kel. kebayoran Lama Utara.

13 UNIT DIBONGKAR PAKSA

Sedangkan Kasudin P2B Jaksel, Widyo didampingi Kasie Pengawasan Beri, menambahkan kurun waktu Pebruari 2010 di sepuluh kecamatan, sekitar 13 unit bangunan bermasalah dibongkar paksa dan sedikitnya 35 segel dikeluarkan.

"Bangunan yang dibongkar paksa termasuk empat unit town house di Jl. H. Aseli, Jagakarsa," tambahnya yang mengaku kegiatan itu akan terus dilakukan guna menegakan aturan serta memberikan efek jera terhadap warga yang membangun tanpa izin.

Pemberian 35 surat segel terhadap bangunan bermasalah, tambah dia, termasuk bangunan yang berubah fungsi di kawasan Kebayoran Baru maupun Cilandak.
(anton/sir)

Rumah Bermasalah Belum Disegel

Kamis, 4 Maret 2010
 
KEBAYORAN LAMA (Pos Kota) – Warga RW 03 Kel. Kebayoran Lama Utara menilai Sudin Pengawas dan Penataan Bangunan (P2B) Jaksel tebang pilih dalam penertiban bangunan bermasalah. Selama Februari 2010 cuma 13 unit bangunan dibongkar paksa.

"Sudah lama surat keluhan dan protes berkaitan dengan pembangunan rumah di lingkungan ini disampaikan tapi tak ditanggapi serius seksi P2B kecamatan," kata Ny. Tina, warga RW 03, Kel. Kebayoran Lama Utara, Rabu (3/3).

Keluhan berkaitan dengan maraknya bangunan bermasalah sudah sering terjadi di wilayah ini kurang mendapatkan perhatian, ujarnya kesal dan minta perhatian serius.

Kasie P2B Kec. Kebayoran Lama Indra, mengatakan sudah mengirimkan surat penghentian proyek pekerjaan pembangunan (SP4) ke bangunan bermasalah di RW 03 Kel. Kebayoran Lama Utara.

Kasudin P2B Jaksel Widyo didampingi Kasie Pengawasan Beri, menyebut selama Februari 2010 di sepuluh kecamatan, 13 bangunan bermasalah di bongkar paksa dan 35 lainnya disegel. "Bangunan yang dibongkar paksa termasuk empat unit town house di Jl. H. Aseli, Jagakarsa," jelasnya.

Pemberian 35 surat segel terhadap bangunan bermasalah, termasuk bangunan yang berubah fungsi di kawasan Kebayoran Baru maupun Cilandak. (anton/B)

Pasar Sukolilo Dibongkar Paksa

Pati, CyberNews.

Kamis (25/3) pagi ini, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Pati melakukan pembongkaran paksa terhadap bangunan kios pasar Sukolilo di Kecamatan Sukolilo Kabupeten Pati.Satu Evakator dikerahkan Satpol PP untuk merubuhkan bangunan yang ada dipasar, beberapa waktu lalu terlihat tiga kios pasar sudah dirobohkan oleh alat berat tersebut.

Pembongkaran itu sendiri sebetulnya ditentang keras oleh para pedagang pasar, mereka terus melakukan perlawanan ke aparat Satpol PP namun oleh pihak satpol PP dibantu dengan kepolisian setempat melakukan pagar betis sehingga pedagang tidak bisa mendekat ke pasar.

Beberapa anggota Satpol pun terlihat menyisir pasar dan mengevakusi para pedagang yang berada di dalam, mereka diminta untuk keluar dari area pasar. Meski banyak pedagang yang menangis dan berontak namun mereka tidak bisa mendekat area pasar yang dibongkar tersebut.

Kepala desa setempat mengatakan pembongkaran tersebut akan terus dilakukan meski banyak pedagang yang menetang, menurutnya barang dagangan yang masih belum disingkirkan oleh para pedagang nantinya akan diinventarisir pihak aparat desa dan nantinya dievakuasi keluar pasar. Sehingga pembongkaran terus berjalan lancar tanpa perlu mengkhawatirkan barang dagangan para pedagang pasar.
( Ardiansyah , Elshinta/ CN13 )

Ironi Villa dan Kandang Ayam di Bogor

Kamis, 25 Maret 2010

BOGOR - Menangis dan pasrah, itulah yang bisa disuarakan puluhan ibu-ibu saat tiga bangunan kandang ayam miliknya yang terletak di kampung Babakan, RT 2-5, Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor dibongkar paksa petugas Sat Pol PP Kabupaten Bogor.

Tidak hanya ibu-ibu, puluhan anak yang masih duduk di Sekolah Dasar pun ikut menangis tak kuasa menahan kesedihan. Kandang ayam yang selama ini menjadi mata pencaharian suaminya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dibongkar.

Dian dan anaknya Siti terus meronta ronta menangis saat bangunan kandang ayam di rubuhkan petugas. "Kami mau makan apa dan harus mencari kemana buat biaya sekolah anak saya pak," katanya lirih.

Namun tangisan ibu dan anaknya itu tak bisa menghentikan tangan tangan petugas untuk merubuhkan kandang ayam tersebut.

Ironis memang hanya gara-gara tidak memiliki izin mendirikan bangunan kandang ayam ini dirubuhkan, padahal di sekelilingnya ratusan vila ilegal berdiri megah tak tersentuh.

"Ini tanah milik saya bukan tanah negara, masa hanya bangunan bambu ini harus memilik IMB," kata Sukarya pemilik kandang ayam sambil meneteskan air matanya.

Pemilik kandang Ayam juga menjelaskan bahwa pembongkaran ini merupakan pesanan seseorang yang dekat dengan Bupati. Sementara itu Sukamto Bejo Kasi Dalop Pol PP Kabupaten Bogor, pembongkaran ini merupakan perintah Bupati Bogor Rahcmat Yasin.

"Saya hanya menjalankan tugas dan perintah atasan, karena bangunan ini tidak memiliki IMB," katanya singkat.
(Endang Gunawan/Global/fit)

Meresahkan, Warga Bongkar Paksa Lapak PKL

Meresahkan, Warga Bongkar Paksa Lapak PKL  

 
 
29/03/2010 16:59
Liputan6.com, Klaten: Puluhan warga Desa Tegalyoso, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten, Jawa Tengah, Senin (29/3) siang, beramai-ramai membongkar paksa lapak Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di pinggir Jalan Raya Klaten, tepatnya di belakang Kantor Dinas Pendidikan Klaten.

Awalnya proses pembongkaran sempat ricuh, karena ditentang para pemilik lapak, namun karena mendapat pengawalan puluhan petugas dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Klaten, kericuhan dapat diantisipasi. Para pedagang tidak bisa berbuat apapun saat lapak dagangan mereka dihancurkan massa.

Menurut Warsito, tokoh masyarakat setempat, pembongkaran lapak PKL ini terpaksa dilakukan, sebab sudah berkali-kali para pedagang tidak mengindahkan permintaan warga, agar jangan berjualan di daerah mereka, karena mengganggu ketertiban. Bahkan pihak pedagang sempat menggunakan preman untuk mempertahankan lapaknya, sehingga membuat warga semakin resah, dan jika dibiarkan dikhawatirkan bisa memancing tawuran antarwarga sendiri.

Selain itu, lapak PKL juga berada di atas trotoar jalan, yang merupakan tempat terlarang untuk berjualan. Setelah melakukan pembersihan lapak, para warga dan Satpol PP setempat mengancam, akan kembali melakukan penertiban, jika para pedagang kembali mendirikan lapak seperti semula.(ARL)

Lapak Liar Dibongkar, Pedagang Pasrah


 
 
30/03/2010 23:48
Liputan6.com, Depok: Puluhan Satuan Polisi Pamong Praja membongkar paksa sejumlah bangunan pedagang kaki lima di depan Pasar Agung Sukmajaya, Depok Timur, Jawa Barat, Selasa (30/3). Berbeda dari kasus-kasus sebelumnya, para pedagang tidak melawan. Beberapa pedagang secara sukarela membongkar sendiri lapaknya.

Bangunan para pedagang ini telah melanggar kepentingan umum seperti jalur hijau dan trotoar. Mereka menyalahi Peraturan Daerah Nomor 14 tahun 2001 tentang ketertiban umum. Usai membongkar lapak, para petugas meminta masyarakat untuk mengawasi para pedagang liar yang kerap memanfaatkan bahu dan badan jalan.(WIL/SHA)

Jelang Adipura, Satpol PP Gencar Razia Spanduk

 

Purwokerto, CyberNews. Puluhan spanduk yang terpasang melintang di Jalan HR Bunyamin Purwokerto dirazia Satpol PP. Maraknya materi promosi yang terpampang disepanjang jalan itu dinilai mengganggu keindahan kota. Sebab pemasangan materi promosi kerapkali dilakukan tidak pada tempatnya, sehingga menimbulkan kesan semrawut.

Hal itu diungkapkan Kepala Seksi Operasi dan Pengawasan Satuan polisi Pamong Praja (Satpol PP) Banyumas Roni Hidayat,  Senin (22/3).

"Razia dilakukan disepanjang Jalan HR Bunyamin, sebab di jalan itu masih bnayak ditemui spanduk maupun materi promosi lain yang melanggar aturan," ucapnya. Menurutnya spanduk yang dirazia merupakan spanduk yang dipasang tidak pada tempatnya.

Saat ini, lanjutnya, razia terhadap pemasangan materi promosi yang melanggar aturan gencar dilakukan, sebab mendekati momentum ulang tahun Kabupaten Banyumas dan penilaian Adipura.

Menurutnya pemasangan spanduk yang melintang di jalan melanggar Peraturan Daerah (Perda) Nomor 9 Tahun 1998 tentang pajak reklame. Dalam razia tersebut berhasil disita sedikitnya 50 buah barang bukti spanduk.

Terpisah, Kepala Satpol PP Banyumas Yayah Setiono mengatakan razia dilakukan untuk menertibkan beberapa materi promosi yang melanggar aturan. Hal itu selain untuk menegakkan aturan juga untuk memperindah kondisi lingkungan di sekitar jalan raya.

( Gayhul Dhika / CN16 )

8 Remaja Jadi Sopir Angkot Dirazia


Selasa, 23 Maret 2010

 

KOJA (Pos Kota) – Delapan sopir angkot yang masih berusia di bawah umur diamankan petugas Satuan Lantas Polsek Koja dalam operasi yang digelar di Jalan Simpang Lima Semper dan Jalan Raya Cakun cilincing (Cacing), Koja, Selasa (23/3).

Kanit Lantas Polsek Koja, Aiptu Waluyo menjelaskan, razia tersebut merupakan tindak lanjut atas laporan warga pengguna angkot yang resah dengan maraknya sopir di bawah umur. Selain   tidak memiliki SIM, mereka kerap mengemudikan angkot secara ugal-ugalan, ujar Waluyo.

Perilaku awak angkot ABG tersebut, tambah Waluyo,  dinilai membahayakan pengguna jalan lainnya. Mereka hanya kita beri pengarahan, sementara angkot yang mereka bawa terpaksa kita kandangkan, lanjut Waluyo. Selain itu dalam razia tersebut, petugas juga menilang 13 sopir yang kedapatan tidak memiliki SIM.

Rono, 16, satu sopir angkot ABG mengaku terpaksa menjalani profesi tersebut lantaran sulitnya mendapatkan pekerjaan. Ijasah saya cuma SD, nyari kerja susah. Terpaksa narik angkot,  ujar Rono yang ditangkap saat membawa angkot KWK 03 jurusan Cakung – Tanjung Priok.(yahya/B)

Puluhan Pelajar Bersenjata Tajam Dirazia Polisi

  


25/03/2010 23:14
Liputan6.com, Depok: Puluhan pelajar dari sebuah Sekolah Menengah Kejuruan Swasta di Depok, Jawa Barat, Kamis (25/3) ditangkap aparat Polsek Pancoran Mas, Depok, karena diduga hendak tawuran usai mengikuti ujian nasional (UN). Dari para pelajar tersebut, polisi juga berhasil menyita sejumlah senjata tajam berupa celurit, pisau, dan benda berbahaya lainnya seperti ikat pinggang bermata gir.

Para pelajar yang memiliki senjata tajam kini diperiksa intensif polisi. Mereka membantah jika senjata tajam itu adalah miliknya. Sementara itu, puluhan pelajar lainnya yang tidak terbukti memiliki senjata tajam dikembalikan polisi kepada orang tua masing-masing. Polisi meminta agar para orang tua mengawasi anak mereka jika tidak ingin anaknya dipidana.(BJK/AYB)

Vila Dirazia, Warga Puncak Protes


 
27/03/2010
Liputan6.com, Bogor: Ratusan warga Kampung Tugu Selatan, Puncak, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (27/3) dini hari menyerbu Kantor Kecamatan Cisarua. Mereka memprotes tindakan petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bogor yang merazia penghuni vila di kawasan Puncak.

Setidaknya tiga vila sudah dirazia petugas, di antaranya Vila Aldita, Vila Barita, dan Vila Golf di kawasan Tugu Selatan. Mereka tidak terima atas tindakan petugas karena akan membuat para penghuni dan penyewa vila kabur ke lokasi wisata lain sehingga membuat pendapatan warga hilang.

Unjuk rasa ini juga disertai pengrusakan sebuah mobil milik pegawai Kecamatan Cisarua. Setelah dibuat Kesepakatan tidak akan melakukan razia kembali, warga pun membubarkan diri.

Kendati demikian, meski telah meminta maaf atas ulah anak buahnya, Kepala Satpol PP Kabupaten Bogor Dace Supriadi mengatakan tetap akan merazia sejumlah vila di kawasan Puncak sesuia dengan prosedur. Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya tindak kriminal dan asusila di kawasan Puncak.(ADO)

Jadi Tempat Kongkow Pelajar, Warnet Dirazia


Selasa, 30 Maret 2010

 

CILEGON (Pos Kota) – Sering dijadikan ajang bermain siswa pada jam sekolah, Satpol PP Kota Cilegon dalam waktu dekat ini akan menggelar razia warung internet (warnet).

Operasi ini dilakukan agar pelajar di Cilegon tidak ada yang membolos. Dalam razia itu rencananya Satpol PP akan menggandeng Dinas Pendidikan (Dindik) Cilegon.

"Operasi gabungan ini diharapkan mampu menjadi  shock therapy kepada pelajar sehingga tidak bermain internet maupun jejaring sosial pada jam sekolah," kata Kasi Penegakan Perundan-Undangan satpol PP, Dadin Syihabudin, Selasa (30/3).

Ia juga mengimbau kepada pemilik warnet agar memasang larangan anak sekolah pada jam sekolah dilarang untuk bermain warnet.

Jika kedapatan ada warnet yang melanggar dan mengizinkan anak pelajar pada jam sekolah bolos hanya untuk bermain internet dan jejaring sosial, maka pihaknya akan memberikan teguran.

"Kalau terus membandel warnet tersebut bisa dibekukan izinnya. Kalau sesudah jam pelajaran silahkan saja pelajar main warnet," ungkapnya.

Untuk waktu razia ini, Dadin enggan berkomentar banyak karena takut bocor sehingga razia tidak maksimal. "Bagi pelajar yang terjaring razia kami serahkan kepada Dindik untuk selanjutnya meminta sekolah memberikan pembinaan yang maksimal agar pelajar tidak membolos kembali," kata Dadin. (haryono/dms)

Belasan Pasangan Mesum Digaruk


Senin, 1 Maret 2010

 

INDRAMAYU (Pos Kota) – Sejumlah hotel, penginapan dan warung remang-remang di Kota Indramayu  dan Jalur Pantura diobok-obok sejumlah  petugas Operasi Pekat yang digelar, Minggu (28/2).

etugas menjaring belasan pasangan mesum sedang berduaan di kamar serta wanita tuna susila sedang melayani tamu.  Mereka digelandang ke Mapolres Indramayu untuk didata, selanjutnya diizinkan pulang setelah menandatangani surat perjanjian tidak mengulang perbuatan mesum lagi.

Sejumlah hotel dan penginapan yang diduga sering dijadikan tempat mesum menjadi sasaran Operasi Pekat. Tujuh pasang mesum kepergok di kamar hotel dan penginapan digaruk menuju Mapolres Indramayu. "Pasangan mesum yang digaruk itu karena  tidak memiliki identitas sah," kata Kasat Pamapta Polres Indramayu AKP M. Pardede, SH

Saat merazia warung remang-remang, petugas mengamankan 5 wanita tuna susila tengah melayani tamu di kamar. "Wanita tuna susila itu ketangkap basah. Pakaiannya pun belum lengkap. Setelah berpakaian rapi, mereka kami angkut ke Mapolres Indramayu," ujarnya.(taryani/B).-

30 Maret 2010

Lima Anak di Rote Teridentifikasi Gizi Kurang

Wednesday, 03-03-2010

Laporan Maksi Marho
 
BA'A, POS KUPANG.Com---Lima orang anak balita (usia dibawah lima tahun) di Desa Dudale, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao saat ini menderita gizi kurang.
 


Sementara satu anak atas nama Arkilaus Bessie menderita gizi buruk. Anak penderita gizi buruk dan gizi kurang saat ini mendapat bantuan biskuit dari Departemen Kesehatan.

Demikian Bidan Puskesmas Pembantu (pustu) Desa Dudale,  Angel Nulik-Therik, ketika ditemui di kantornya, Rabu  (3/3/2010).

Menurut bidan Angel, anak-anak menderita gizi kurang
dan gizi buruk diketahui dari kondisi tubah anak yang kurus dan berat badan yang tidak seimbang sebagai anak sehat.

"Ada macam penyebab anak gizi buruk dan gizi kurang tapi
umumnya karena mereka merupakan keluarga miskin. Hanya ada satu anak penderita gizi buruk yang orangtuanya PNS.

Mungkin perhatian orangtua yang minim sehingga anaknya menderita gizi buruk meskipun orangtunya tergolong orang mampu atau PNS," kata Bidan Angel.(*)
(Pos Kupang)

http://www.pos-kupang.com/getrss/viewrss.php?id=43953


Sabu Raijua Terancam Kelaparan


Senin, 29 Maret 2010

Kupang, (tvOne)

Penduduk Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), dilaporkan di ambang kelaparan, karena curah hujan rendah mengakibatkan para petani mengalami gagal tanam dan gagal panen tahun ini.

Penjabat Bupati Sabu Raijua Thobi Uly di Kupang, Senin mengakui ancaman kelaparan yang dihadapi kabupaten bungsu di NTT berpenduduk 91.000 jiwa itu. "Sabu Raijua dipastikan mengalami rawan pangan tahun ini akibat gagal panen,"kata Thobias Uly.

Dia megatakan, tanaman jagung dan kacang-kacangan gagal panen, karena curah hujan rendah dan tidak merata. Dalam bulan ini saja, hujan hanya empat kali mengguyur kabupaten terpencil, yang terletak di "jantung" Laut Sawu tersebut, mengakibatkan sebagian besar tanaman gagal tumbuh dan gagal panen.

Masyarakat yang sebagian besar adalah petani lahan kering, katanya, tidak memiliki harapan untuk bisa panen, karena sebagian besar tanaman mati atau ada yang bisa berbuah, namun dengan produktivitas yang sangat rendah.

Kekeringan lanjut dia, terjadi merata di enam kecamatan di kabupaten tersebut. "Tanaman yang berhasil (berbuah) tidak mencapai 10 hektare. Itu pun hasilnya sangat minim," katanya.

Dia menyerukan kepada masyarakat di Sabu untuk lebih hemat memanfaatkan pangan yang ada, melakukan efisiensi besar-besaran untuk urusan pesta yang tidak terlalu penting dan meminta upacara adat yang menelan biaya besar bisa ditunda, agar semua kekuatan dan sumber daya bisa diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Pemerintah, tambah dia, menyiapkan beras sebanyak 200 ton untuk masyarakat miskin dan akan disalurkan pada April mendatang. "Beras untuk keluarga miskin akan kita salurkan mulai April ini,"katanya dan menambahkan, pihaknya juga telah meminta bantuan beras 100 ton kepada pemerintah provinsi.

Wakil Gubernur NTT Esthon L Foenay kepada pers yang mengonfirmasinya meminta masyarakat di Sabu Raijua untuk mengoptimalkan gula air (olahan dari nira hasil sadapan lontar) sebagai pangan pengganti beras. Masyarakat di wilayah itu terkenal dengan kemampuan memproduksi gula air yang lebih dikenal dengan gula sabu, sebagai pengganti pangan.

Pemerintah provinsi, kata Foenay, telah menyiapkan stok beras sebanyak 300 ton untuk operasi pasar murah. Beras itu sudah ada dan siap disalurkan ke semua daerah yang mengalami rawan pangan, namun masyarakat juga diminta untuk mengoptimalkan usaha ekonomi produktif di tingkat rumah tangga, seperti tenun ikat, keterampilan mengolah ikan kering, abon dan sebagai agar bisa menghasilkan uang.

Pemerintah, kata dia, juga akan menyelenggarakan proyek padat karya agar masyarakat bisa bekerja dan mendapat pangan dan juga mengarahkan proyek-proyek ke desa seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), agar masyarakat mendapatkan uang untuk membeli pangan.(ANT)


http://nusantara.tvone.co.id/berita/view/35448/2010/03/29/sabu_raijua_terancam_kelaparan/

16 Desa di Rote Ndao Pontesial Rawan Pangan

Monday, 01-03-2010


 
BAA, POS KUPANG. com -- Curah hujan tergolong sangat kecil untuk 16 desa di wilayah Kabupaten Rote Ndao selama musim hujan tahun ini. Akibatnya, petani terancam gagal panen sehingga berpeluang terjadi rawan pangan.
 

 

Bahkan dua desa diantaranya desa Lekik dan desa Dolasik di Kecamatan Rote Barat Dayab(RBD) dilaporkan tak ada curah hujan sama sekali setelah petani menanam padi dan jagung.

Ke-16 desa yang sangat kecil curah hujannya yakni desa Sedeoen, dan desa Nembrala di kecamatan Rote Barat, desa Oebela, Boni, Oelua, Lidor, Daudolu, Netenain, dan desa Toloama di kecamatan Rote Barat Laut (RBL), desa Lekik, Oeseli, Oebou dan desa Dolasik di kecamatan Rote Barat Daya (RBD), desa Oeledo, desa Sonimanu dan desa Lenupetu di

kecamatan Pantai Baru.

Demikian dikatakan Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (PPK) Kabupaten Rote Ndao, B Nelson Meok, STP, M.Si ketika ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (27/2/2010) siang.

Menurut Meok, hal itu berdasarkan laporan petugas teknis operasional pertanian dari semua kecamatan dalam pertemuan yang digelar di dinas tersebut sehari sebelumnya, Jumat (26/2/2010).

Dikatakan Meok, laporan tentang kekurangan curah hujan terjadi hampir diseluruh kecamatan Rote Ndao dan yang paling nyata adanya dampak kekurangan curah hujan dapat terlihat di wilayah kecamatan Rote Barat serta dua desa di kecamatan Rote Barat Daya yakni desa Lekik dan Dolasik.

"Kalau di kecamatan Rote Barat daun-daun jagung sudah mengulung dan layu karena matahari yang terlalu panas sehingga kemungkinan panen jagung di wilayah ini akan gagal. Sedangkan untuk tanaman padi di sawah tadah hujan atau padi gogo rancah sekarang ini dalam proses pertumbuhan vegetatif yakni pertumbuhan daun dan batang dan belum masuk pada pertumbuhan generatif yakni berbunga dan berbuah. Sehingga

sangat diharapkan dalam satu atau dua minggu ini ada hujan yang turun sehingga padi bisa terselamatkan," kata Meok.

Jika dalam satu atau dua minggu ini tidak terjadi hujan, kata Meok, maka kemungkinan besar akan terjadi gagal panen. Oleh karena itu, pihaknya sudah menginstruksikan petugas teknis operasional pertanian kecamatan agar dapat melakukan pemantauan dan melaporkan soal adanya gagal panen atau fuso supaya segera diambil jalan keluar oleh pemerintah terutama dinas PPK Kabupaten Rote Ndao.

"Sebagai antisipasi pemerintah mencoba membantu petani dengan varietas kacang-kacangan yakni kacang hijau untuk ditanam petani. Memang belum dianggarkan dana untuk pengadaan varietas kacang hijau, namun pemerintah sudah memesan satu ton kacang hijau sebagai bibit. Tiga ratus kg kacang hijau saat ini telah dipakai untuk mengantisipasi rawan pangan, tetapi permintaan dari tiap kecamatan pun masih banyak," kata Meok.

Meok menambahkan, pihaknya bersama instansi terkait sudah dipanggil bupati Rote Ndao, Drs. Leonard Haning, MM untuk rapat koordinasi di ruang kerja bupati guna membahas kemungkinan terjadinya rawan pangan di Rote Ndao. Tentunya akan ada upaya pemerintah dalam menangani masalah ini. (mar)
(Pos Kupang)

http://www.pos-kupang.com/getrss/viewrss.php?id=43778

Dua Kabupaten di Sulsel Rawan Pangan


Rabu, 3 Maret 2010
Makassar (ANTARA News) - Dua kabupaten di Sulsel yaitu Sinjai dan Jeneponto masih dikategorikan rawan pangan karena tingkat kesejahteraan masyarakat di kedua kabupaten tersebut masih rendah.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Sulsel Muhammad Kasim Alwi, Selasa di Makassar, mengatakan, selain rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kedua kabupaten tersebut juga banyak memiliki daerah pegunungan dan kepulauan yang terpencil.

Untuk mencapai Sulsel tahan pangan pada 2013, pihaknya memprioritaskan pengembangan desa mandiri pangan dengan sasaran sebanyak 65 desa lanjutan di 17 kabupaten dan kota dan target 26 desa baru di 21 kabupaten dan kota.

Selain itu, pihaknya juga akan melakukan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (PLDPM) melalui 26 Gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang telah berjalan di 11 kabupaten dan menargetkan penambahan 14 Gapoktan baru pada tahun ini.

"Masing-masing Gapoktan akan diberikan bantuan sebesar Rp150 juta untuk membeli hasil petani dan mengembangkan perekonomiannya," ujarnya.

Ia mengatakan, pada tahun anggaran 2008-2009 pihaknya telah menyalurkan dana Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) ke 950 Gapoktan di setiap desa di kabupaten dan kota.

"950 kelompok tani ini telah siap untuk dikerjasamakan dengan perbankan untuk mengembangkan usahanya," katanya.

Dukungan anggaran yang disiapkan untuk melaksanakan program-program ketahanan pangan pada 2010 tersebut sebesar Rp22,33 miliar terdiri dari APBD sebesar Rp11,68 miliar dan APBN Rp10,6 miliar.

Pihaknya juga tengah gencar mencanangkan program "satu hari tanpa nasi" dengan melakukan diversifikasi pangan. "Ubi, talas dan sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif jika harga beras naik drastis atau sulit terjangkau," ujarnya.

Bahan makanan alternatif ini juga telah dianjurkan untuk dijadikan makanan ringan pilihan utama bagi tamu di hotel-hotel.

"Hal ini dilakukan untuk mengurangi konsumsi beras dan tepung terigu masyarakat dan ketergantungan terhadap kedua bahan pokok tersebut," ujarnya sambil mencontohkan sosialisasi Kabupaten Bantaeng menjadikan talas sebagai menu sarapan cukup berhasil dilakukan. (RY/K004)

Masyarakat Pantar Barat Rawan pangan

Tuesday, 09-03-2010

Laporan Okto Manehat
 
KALABAHI, Pos Kupang.Com--- Masyarakat ditiga kecamatan di wilayah Pulau Pantar bagian barat, Kabupaten Alor terancam rawan pangan
 

Ketiga kecamatan di Pulau Pantar bagian barat yang rakyatnya terancam rawan pangan, yakni Kecamatan Pantar Barat, Kecamatan Ppantar Barat Laut, dan Kecamatan Pantar Tengah.

Hal ini diakibatkan kemarau panjang yang mengakibatkan tanaman padi dan jagung milik masyarakat di sebagian besar desa-desa di tiga kecamatan tersebut mengalami kekeringan

Demikian dijelaskan Kasubag Humas dan Protokol Setda Alor, Yusak Magangsau kepada wartawan di Kokar, Kecamata Alor barat Laut, Selasa  (9/3/2010), pukul 13.00 Wita

Ia menjelaskan,  hasil pantauan pemerintah pada umumnya, tanaman padi dan jagung milik masyarakat kering akibat diterap panas yang berkepanjangan. Kondisi ini akan berdampak pada rawan pangan dan ancaman kelaparan masyarakat di kecamatan itu. (oma)
 
(Pos Kupang)

http://www.pos-kupang.com/getrss/viewrss.php?id=44410

Warga Dua Desa Di NTT Konsumsi Putak


Ditulis oleh Alex Dimoe  
Wednesday, 10 March 2010 19:27

Kupang, NTT Online - Akibat curah hujan yang tidak normal selama musim penghujan kali ini maka warga desa Polo dan desa Tuafanu Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi NTT saat ini telah mengkonsumsi Putak (Ampas Sari Enau, red) sebagai makanan kesehariannya untuk menyambung hidup sebab lumbung pangan mereka telah kosong.

Wakil Bupati TTS, Drs. Beny.A.Litelnoni mengatakan hal ini, Rabu (10/3) di Kupang.

Dikatakan, akibat hujan yang tidak tentu di jalur selatan yang meliputi 7 Kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan seperti Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kualin, Kecamatan Kolbano, Kacamatan Oenino, Kecamatan Kuanfatu, Kecamatan Kotolin dan Kecamatan Noebeba maka dikuatirkan warga 7 Kecamatan tersebut terancam rawan pangan. Karena itu, untuk mengantisipasi kejadian tersebut maka Pemerintah Kabupaten TTS akan melakukan pendropingan beras.

"Pemda telah melakukan raskin secara khusus ke Desa-desa di pegunungan agar segera mengatasi kondisi yang sangat mengancam masyarakat itu. Hingga kini khusus 10 desa yang terancam rawan pangan telah di drop 18.050 ton beras raskin dari sisa stok tahun 2009 dan kini telah mencapai tahap ketiga. Sedangkan untuk tahun 2010 akan didroping lagi 100 ton beras untuk 10 desa yang benar-benar terancam dan hal itu permohonannya telah diberikan ke Pemerintah Provinsi," kata Litelnoni.

Selain melakukan pendropingan beras, lanjut dia, pihaknya berencana akan melaksanakan operasi air bersih melalui mobil tangki air sebanyak 3 unit setiap 3 hari sekali ke dua desa yang warganya telah makan putak guna mengatasi rawan pangan di wilayah itu.

"Untuk menyelamatkan warga, melalui Operasi air bersih melalui air tengki sebanyak tiga unit telah di turunkan ke lokasi, yang melayani masyarakat dari desa Pollo Kecamtan Amanuban Selatan Hingga desa Tuafanu, juga di desa Sopo, desa Niki-niki Un Kecamatan Oenino. Pelayanan air bersih ini dilakukan setiap tiga hari. Dalam pelayanan ini mobil yang diturunkan tidak saja melayani puskesmas- puskesmas yang ada di wilayah-wilayah itu tetapi juga warga," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, daerah yang rawan pangan tahun ini terjadi di dataran Bena yang disebabkan karena masyarakat menanam setelah musim tanam sehingga mengakibatkan tanaman padi yang ditanam tersebut mati.

Ditanya mengenai persediaan stok beras di daerah itu, dia mengatakan pihaknya saat ini telah meminta bantuan dari Pemprov NTT karena ketersediaan beras di TTS sangat menipis. Karena itu, dia telah meminta agar masyarakat dapat mencari pekerjaan sampingan di luar daerah sehingga bisa menghasilkan uang yang dapat dipakai untuk membeli makanan. Hal itu merupakan salah satu langkah untuk mengatasi rawan pangan di TTS. Disamping itu, Pemkab TTS akan mensosilisasikan kembali pendropingan pangan yang terfokus dan langsung menyentuh kebutuhan ketahanan pangan masyarakat dan menghimbau masyarakat supaya menyediakan bibit varietas unggul.
Pemutakhiran Terakhir ( Thursday, 11 March 2010 21:18 )

http://www.nttonlinenews.com/ntt/index.php?option=com_content&view=article&id=6137%3Awarga-dua-desa-di-ntt-konsumsi-putak&catid=3%3Anewsflash&Itemid=50

Ribuan Warga di Sumba Timur Terancam Kelaparan


Jum'at, 19 Maret 2010

TEMPO/Arie Basuki

TEMPO Interaktif, Kupang - Ribuan warga di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), terancam kelaparan. Hal itu terjadi akibat gagal panen yang melanda 121 desa di daerah tersebut.  "Ada 121 desa yang terancam rawan pangan karena gagal panen," kata Bupati Sumba Timur, Gideon Mblijora di Kupang, Jumat (19/3).

Masalah ancaman rawan pangan ini, menurut Gideon, sudah melanda Sumba Timur sejak akhir 2009 lalu. Kala itu, setelah dilakukan identifikasi, ditemukan terdapat sebanyak 35 desa yang terancam rawan pangan.

Sedangkan identifikasi pada tahun 2010, ia melanjutkan, terdapat 121 desa yang terancam rawan pangan. Bencana ini terjadi karena curah hujan di daerah tersebut sangat minim. "Hujan terakhir turun akhir Januari lalu, setelah itu tidak pernah turun lagi," kata Gideon.

Jika tak segera mendapat bantuan, rawan pangan di kabupeten tersebut akan berakibat terjadinya kelaparan bagi seribu lebih warga yang berada di 121 desa itu. "Sekitar seribu lebih warga yang terancam kelaparan di daerah itu," kata Gideon.

Untuk mengatasi masalah itu, katanya, pihaknya telah menyalurkan beras bantuan kepada warga sebanyak 100 ton yang dikelola pemerintah daerah. Selain itu, pihaknya juga akan memanfaatkan dana tak tersangka (DTT) sebesar Rp3 miliar untuk membantu masyarakat tersebut.

Tak hanya itu,  pihaknya juga telah meminta bantuan beras ke Gubernur NTT melalui Dinas Sosial Provinsi NTT sebanyak 800 ton dan 100 unit mesin pompa air. Pemerintah Sumba Timur juga meminta bantuan pompa air ke Kementrian Pertanian sebanyak 250 unit untuk membantu petani di Sumba. "Namun, semuanya belum terealisasi," kata Gideon.

Hambatan lain, ia melanjutkan, "Saya mendapat laporan dari Kapala Dinas Pertanian bahwa bantuan beras dari Pemprov NTT ditahan oleh Komisi D DPRD NTT. Komisi D minta penyalurannya dilakukan setelah pilkada."

YOHANES SEO

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2010/03/19/brk,20100319-233753,id.html

Sebanyak 91 Ribu Warga Nusa Tenggara Timur Terancam Kelaparan


Ditulis oleh Hans  
Monday, 29 March 2010

Kupang, NTT Online - Sebanyak 91 ribu penduduk di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), terancam kelaparan setelah daerah itu mengalami rawan pangan akibat gagal panen. "Sabu Raijua sudah dipastikan mengalami rawan pangan tahun ini, akibat gagal panen," kata Penjabat Bupati Sabu Raijua, Tobias Uly, di Kupang, Senin (29/3).

Menurut dia, rawan pangan yang dialami masyarakat Sabu Raijua ini disebakan curah hujan yang sangat sedikit. Hujan di Kabupaten itu pada bulan ini hanya empat kali, sehingga hampir seluruh tanaman masyarakat gagal.

Akibatnya, kondisi di masyarakat di kabupaten tersebut sudah sangat memprihatinkan, karena tanaman milik masyarakat, seperti jagung, kacang hijau, dan kacang tanah gagal panen.

Kejadian ini merata hampir di enam kecamatan di kabupaten tersebut. "Tanaman yang berhasil (panen) tidak mencapai 10 hektare. Itu pun hasilnya sangat minim," kata dia.

Karena itu, Tobias mengimbau masyarakat di Sabu untuk menghemat pangan dengan tidak menggelar pesta dan acara-acara adat. "Saya himbau agar acara adat ditunda hingga tahun depan baru digelar," kata dia.

Selain itu, hasil gula air yang dipakai masyarakat untuk bertahan hidup diharapkan tidak seluruhnya dijual ke luar pulau Sabu, tetapi disimpan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Sabu. "Biasanya gula Sabu dijual ke Pulau Sumba, namun saya minta dibatasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat disini," kata dia.

Untuk mengatasi masalah rawan pangan ini, tambah Tobias, pemerintah daerah akan menyalurkan beras miskin (Raskin) sebanyak 200 ton kepada masyarakat miskin di daerah itu. "Raskin mulai kita salurkan pada awal April 2010 ini," katanya.

Selain itu, pihaknya juga telah meminta bantuan beras pemerintah sebanyak 100 ton ke pemerintah provinsi serta dua ton beras bantuan dari dinas sosial. "Beras bantuan itu akan disalurkan, setelah penyaluran beras raskin," kata dia. tempointeraktif.com

http://www.nttonlinenews.com/ntt/index.php?option=com_content&view=article&id=6284%3Asebanyak-91-ribu-warga-nusa-tenggara-timur-terancam-kelaparan-&catid=35%3Aekonomi&Itemid=54

Krisis Pangan, Ratusan Keluarga di NTT Makan Pakan Ternak




Selasa, 30 Maret 2010
TEMPO Interaktif, Kupang - Ratusan kepala keluarga di Desa Bena, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), sebulan terakhir ini mulai mengkonsumsi putak (pakan ternak) karena mengalami rawan pangan akibat gagal panen.

Putak merupakan bahan makanan dari pohon lontar yang biasanya digunakan masyarakat sebagai pakan ternak. Akibat kekurangan pangan, masyarakat terpaksa makan makanan tersebut. Bagian tengah batang lontar yang biasa digunakan sebagai pakan ternak ini dijemur hingga kering lalu ditumbuk dan disaring, sebelum dimasak untuk dikonsumsi.

"Kita manfaatkan batang lontar sebagai jagung dan beras untuk bertahan hidup," kata warga Amanuban Selatan, Dominggus Oematan, di Kupang, Selasa (30/2).

Menurut dia, sekitar 500 dari 8.000 kepala keluarga di kecamatan itu yang mengkonsumsi putak, karena mengalami rawan pangan akibat gagal panen.

Dia mengatakan ribuan hektare tanaman jagung milik petani di kecamatan ini mati, karena kekeringan. Hal itu disebabkan tidak turunnya hujan, sehingga tanaman jagung milik masyarakat yang sedang berbunga tak sempat berbuah dan petani pun gagal panen.

Minimnya curah hujan pun mengakibatkan ribuan hektare sawah tak bisa digarap petani, karena kurangnnya ketersediaan air. "Kita tidak menggarap sawah dan lahan pertanian lainnya, karena tidak ada air yang mengairinya," kata dia.

Sementara itu, Staf Desa Bena, Kecamatan Amanuban Selatan, Jemi Benu, mengatakan masyarakat di kecamatan mengkonsumsi putak sejak sebulan lalu. "Kita sudah mengajukan permohonan ke pemerintah daerah, namun hingga saat ini tidak ditanggapi," kata dia.

YOHANES SEO

Gizi Buruk dan Ironi Anggaran Daerah

Kompas, Selasa, 2 Maret 2010

Mata Hery (3) menatap kosong. Tulang-tulang tubuhnya menonjol dibalut kulit mengeriput. Jarum infus yang tertancap di lengan kanan diganjal papan kecil berbalut perban.

Pada Kamis (25/2) malam, genap tiga hari Hery dirawat di Ruang Anak Kelas III Catelya, RSU Undata, Palu, Sulawesi Tengah. Sudah delapan botol cairan infus dialirkan ke tubuhnya. Hery dirawat karena gizi buruk. Berat badannya hanya 7,8 kg dari seharusnya minimal 12 kg.

Sebelumnya, anak keempat pasangan Bahdini (60) dan Jumiati (40) ini hanya berobat jalan di Puskesmas Talise, Palu. Ia dirawat di RSU Undata berkat upaya Jaringan Rakyat Kecil (Jarak) Sulawesi Tengah, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang sosial.

"Kami menemukan tidak sengaja. Awalnya, kami mendampingi sepupunya yang juga menderita gizi buruk. Saat itu kami diberi tahu kondisi Hery. Karena kondisinya lebih parah, kami langsung membawanya ke Undata," kata Hasnah, anggota Jarak, yang mendampingi Hery.

Penghasilan Bahdini sebagai buruh bangunan hanya Rp 30.000 per hari. Dalam sebulan, paling banyak dua minggu ada pekerjaan. Artinya, penghasilan hanya Rp 420.000 per bulan.

"Jangankan berobat, untuk makan sehari-hari pun tidak cukup," kata Jumiati, yang sedang mengandung delapan bulan dan akan menjadi anak kelima.

Rumah Bahdini dan Jumiati berada di Kelurahan Tondo, Kecamatan Palu Timur, tak jauh dari Kampus Universitas Tadulako. Rumah bedeng berukuran 4 x 4 meter itu berdinding papan dan berlantai semen yang sebagian besar mengelupas.

Di rumah itu hanya ada sebuah dipan dengan kasur lusuh tanpa seprai. Tidak ada kursi dan peralatan elektronik. Aliran listrik dan air bersih didapat dari tetangga dengan membayar masing-masing Rp 15.000 per bulan.

Hingga November 2009, Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah mencatat sedikitnya 553 kasus gizi buruk. Urutan teratas ada di Kabupaten Sigi yang 182 kasus, lalu Donggala 46 kasus. Selebihnya menyebar di kabupaten lain, seperti Banggai, Banggai Kepulauan, Buol, termasuk Kota Palu. Angka itu belum termasuk yang tidak terlapor atau ditemukan. Berdasarkan data Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, prevalensi gizi buruk anak di bawah lima tahun (balita) di Sulteng 8,9 persen. Artinya, setiap 100 anak balita di Sulteng, 8-9 anak kena gizi buruk.

"Setelah menemukan angka gizi buruk yang cukup besar, kami melakukan dua upaya strategis, yakni melakukan upaya pencegahan dengan sosialisasi, penyuluhan kesehatan, dan pemberian pelayanan makanan bergizi kepada warga tak mampu melalui posyandu. Adapun penderita yang kondisinya parah, kami merujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Kami berharap, sedikit demi sedikit masalah gizi buruk bisa tertangani, minimal tidak bertambah banyak," kata Kepala Dinas Kesehatan Sigi dr Sofran Mailili.

Gizi buruk tak lepas dari kondisi kemiskinan di Sulteng. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sulteng, dari jumlah penduduk 2.438.373 jiwa tahun 2008, sebanyak 524.700 jiwa (20,75 persen) adalah penduduk miskin. Hingga Maret 2009, dari 2.480.264 jiwa, terdapat 18,98 persen penduduk miskin.

Alokasi anggaran untuk kesehatan masyarakat miskin pada 2009 sangat kecil dibandingkan dengan anggaran perjalanan dinas pegawai negeri. Tahun 2009, APBD Sulteng hanya menganggarkan Rp 3,2 miliar untuk program upaya kesehatan masyarakat. Untuk perbaikan gizi masyarakat, anggarannya hanya Rp 1 miliar. Program peningkatan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan keluarga miskin masing-masing Rp 500 juta dan 1,7 miliar.

Sebaliknya, alokasi anggaran untuk perjalanan dinas pejabat sangat besar. Tahun 2009, biaya perjalanan dinas pejabat mencapai Rp 111 miliar. Anggaran itu belum terhitung biaya perjalanan dinas dalam Perubahan APBD 2009. Dari total anggaran P-ABBD Rp 32 miliar, Rp 10,53 miliar untuk perjalanan dinas. Anggaran untuk kantor pelayanan perizinan terpadu Rp 500 juta untuk belanja langsung. Dari anggaran itu, Rp 487,4 juta dialokasikan untuk perjalanan dinas. Dari Rp 600 juta anggaran untuk Badan Narkotika Provinsi, sebesar Rp 444 juta dianggarkan untuk perjalanan dinas. Komisi Penyiaran Independen Daerah mendapat biaya perjalanan Rp 341 juta dari anggaran Rp 500 juta.

Namun, hasil perjalanan dinas itu tidak tampak. Sulteng tetap masuk kategori daerah tertinggal dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia.

(Reny Sri Ayu Taslim)

Sepuluh Balita Gizi Buruk Ditemukan di Lebak


Rabu, 3 Maret 2010 05:49 WIB
Lebak (ANTARA News) - Sepuluh balita penderita gizi buruk ditemukan di Kabupaten Lebak, Banten, tepatnya di Kecamatan Muncang dan saat ini sedang dipantau secara intensif berupa upaya peningkatan gizinya dengan pemberian makanan tambahan dan vitamin.

"Kesepuluh Balita gizi buruk itu setiap dua pekan diwajibkan ke klinik gizi Puskesmas untuk mendapatkan makanan tambahan dan pengobatan penyakit penyerta," kata dr Ira Triatma, petugas Puskesmas Muncang, Kabupaten Lebak, Selasa.

Ira mengatakan, sepuluh penderita gizi buruk tersebut diketahui para kader posyandu karena kategori di bawah garis merah (BGM) sesuai dengan panduan buku kartu menuju sehat (KMS) .

Ke-sepuluh penderita gizi buruk itu terus mendapatkan perawatan dan dipantau perkembangannya melalui klinik gizi.

Pihak Puskesmas akan memberikan asupan gizi berupa makanan dan vitamin hingga berat badannya meningkat.

"Kami selama ini memberikan makanan bergizi juga pengobatan penyakit penyerta bagi anak penderita gizi buruk," katanya.

Dia juga mengatakan, jumlah penderita gizi buruk di wilayah kerjanya kini seluruhnya 37 anak setelah ditemukan sepuluh penderita gizi buruk terbaru itu.

Sebelumnya, kata dia, penderita gizi buruk mencapai 80 sampai 100 anak.

Namun demikian, lanjut dia, setelah adanya klinik gizi kini jumlahnya makin berkurang.

Penderita gizi buruk setiap dua pekan rutin diwajibkan mendatangi puskesmas untuk mendapat perawatan dan dipantau kesehatan hingga dinyatakan sembuh.

Penyebab penderita gizi buruk, menurut dia, karena berbagai faktor antara lain faktor himpitan ekonomi sehingga mereka tak mampu memenuhi asupan gizi yang baik.

Selain itu, juga faktor rendahnya pendidikan kesehatan dan faktor budaya masyarakat seperti anak balita tidak boleh makan dengan ikan atau daging ayam.

"Saya kira faktor itulah yang menyebabkan anak menderita gizi buruk," katanya.

Di tempat terpisah, petugas gizi Puskesmas Muncang, Lilis, mengaku, belum lama ini seorang balita bernama Siti Aisyah (57 bulan) warga Desa Sukanegara, Kecamatan Muncang, dilaporkan meninggal dunia akibat menderita gizi buruk dan penyakit penyerta.

Dia menyebutkan, awalnya Siti Aisyah mengalami kejang-kejang dan demam tinggi dan petugas merujuknya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Adjidarmo Rangkasbitung untuk mendapat perawatan medis.

Penderita gizi buruk itu dirawat di rumah sakit hanya seminggu dan kembali ke rumah hingga meninggal dunia.

"Saya kira jika orangtuanya tidak pulang, tentu si anak itu bisa sembuh," katanya.

Sementara itu, Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Tata Sudita, meminta para kader posyandu terus melakukan kegiatan penimbangan dan pemberian makanan tambahan untuk meningkatkan status gizi anak.

"Dengan aktifnya posyandu tentu sangat membantu petugas juga bisa menemukan kasus penderita gizi buruk baru," katanya.

http://www.antaranews.com/berita/1267570141/sepuluh-balita-gizi-buruk-ditemukan-di-lebak

Orangtua Balita Gizi Buruk Bingung Tebus Obat


Muhammad Hanapi



03/03/2010 06:44 | Gizi Buruk
Liputan6.com, Mandailing Natal: Kondisi Nurhabibah, penderita gizi buruk asal Desa Barbaran, Mandailing Natal, Sumatra Utara sudah mulai membaik, Selasa (2/3). Bocah berusia satu tahun itu, sudah mulai tersenyum dan tertawa setelah mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Panyabungan. Berat badan Nurhabibah yang sebelumnya hanya enam kilogram di bawah berat normal seusianya kini bertambah menjadi 9 kilogram.

Namun dibalik keceriaan ini, sang ibu Fatimah bingung karena harus menebus resep dokter mulai dari pembelian infus, jarum suntik, sirup, dan susu. Padahal orangtua Nurhabibah tergolong orang miskin. Menurut Fatimah, pihak rumah sakit tidak mau menjaminnya sebagai pasien miskin sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan obat harus ditebus.

Fatimah menjelaskan, sudah dua hari Nurhabibah tidak minum susu dan obat karena tidak punya uang. Sementara bantuan uang dari anggota DPRD Mandailing Natal sudah habis untuk menebus obat [baca: Anggota DPRD Bawa Nurhabibah ke Rumah Sakit].(IAN)

http://kesehatan.liputan6.com/berita/201003/266185/Orangtua.Balita.Gizi.Buruk.Bingung.Tebus.Obat

Pasien Gizi Buruk di RSUD Makin Kritis


Kamis, 4 Maret 2010 07:31 WIB
Mamuju (ANTARA News) - Erwin (13), salah seorang paisen gisi buruk dari Buttuada, Kecamatan Bonehau, Mamuju, Sulbar kondisinya kian kritis, meski telah menjalani perawatan medis di RSUD Mamuju.

Sumarni orang tua korban di RSUD Mamuju, Rabu, mengatakan, kondisi putranya dari hari ke hari makin parah.

"Kondisi putra saya semakin tidak kondusif, selain badannya semakin mengecil perutnya pun juga kian buncit akibat anusnya yang sejak lahir tidak pernah berfungsi normal," tuturnya.

Ia mengatakan, sejak lahir, putranya telah menanggung beban derita karena mengalami kelainan usus pembuangan.

"Tidak berfungsinya usus pembuangan tersebut mengakibatkan kondisinya semakin buruk karena badannya makin mengecil dan perut semakin membuncit," ungkapnya.

Dikatakannya, berat badan Erwin juga tidak normal hanya sekitar 18 kilogram, padahal usia sebanya dapat hingga 25 kilogram.

Sumarni mengatakan, dirinya pernah melakukan operasi pada tahun 1999 lalu akibat adanya penyempitan saluran pembuangan, namun, hasil operasi tersebut nyaris tidak ada hasil yang memuaskan dan malah kondisi putranya saat ini bertambah parah.

"Setiap hari Erwin mengaku sesak dan tidak mau makan banyak untuk menghindari keinginan buang air besar karena jika makan berlebihan akan menimbulkan nyeri sakit diperutnya," ucap Sumarni.

Ia mengungkapkan, derita yang ditanggung putranya sejak lahir hanya dapat menghabiskan waktunya untuk berbaring dan duduk ditempat tidurnya.

"Anak saya tidak pernah merasakan dunia bebas seperti anak seusianya, bahkan anak saya tidak pernah duduk dibangku sekolah," kata dia.

Dikatakannya, ia membawa anaknya ke RSUD Mamuju karena khawatir melihat kondisi putranya yang kian memprihatinkan, meskipun dirinya tidak memiliki biaya untuk membayar biaya pengobatan selama menjalani perawatan di RSUD Mamuju.

"Saya hanya bisa pasrah, jika nantinya pihak RSUD memberikan beban biaya tinggi selama anak saya dirawat di RSUD ini," timpalnya. (ACO/K004)

http://www.antaranews.com/berita/1267662669/pasien-gizi-buruk-di-rsud-makin-kritis

Penderita Gizi Buruk di Ngawi Meningkat


Kamis, 04 Maret 2010 | 12:13 WIB

TEMPO Interaktif, Ngawi - Jumlah bayi dibawah lima tahun (balita) yang dinyatakan menderita gizi buruk di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, meningkat tajam.

Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi, Reni Indriani, mengatakan selama dua bulan terakhir sejak Januari-Februari 2010 ditemukan 344 kasus balita penderita gizi buruk. "Awal tahun ini memang meningkat tajam karena dinas kesehatan semakin gencar mensosialisasikan penyuluhan sehingga banyak masyarakat yang pro aktif memeriksakan anak-anaknya yang diduga memiliki gejala gizi buruk," ujar Reni, Kamis (4/3).

Kondisi ini berbeda jauh dengan tahun 2009. Selama tahun lalu ditemukan 386 kasus. Menurut dia, banyaknya balita yang menderita gizi buruk di Ngawi akibat beberapa faktor. "Misalnya terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang hidup sehat, sanitasi lingkungan, karena kemiskinan, dan sebagainya,"  kata Reni.

Berdasarkan pemeriksaan medis, beberapa kasus gizi buruk juga disertai dengan penyakit penyerta lainnya seperti gangguan pernapasan. "Jadi ada kalanya menderita penyakit penyerta terlebih dahulu lalu mengalami gizi buruk atau sebaliknya, karena gizi buruk akhirnya menyebabkan muncul penyakit penyerta," ujarnya.

Selain kekurangan vitamin dan gizi makanan, salah satu indikasi penderita gizi buruk bisa dilihat dari tidak seimbangnya berat badan dan usia balita.

Salah satu balita penderita gizi buruk, Rendy Prasetyo, misalnya. Balita yang berusia sepuluh bulan ini hanya memiliki berat badan 5,4 kilogram dari idealnya 9 kilogram. "Sudah tiga bulan ini berat badannya turun terus. Sempat saya bawa ke puskesmas," kata sang ibu, Kasmi, 45 tahun, warga Desa Kendung.

Kasmi mengaku kondisi ekonomi keluarganya yang hanya bekerja sebagai buruh tani tidak mencukupi kebutuhan gizi anaknya. Karena tergolong keluarga miskin, keluarga ini mendapatkan pelayanan gratis melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Hingga kini, Rendy dan puluhan balita penderita gizi buruk lainnya masih dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi. Sedangkan ratusan penderita gizi buruk lainnya masih dirawat di puskesmas-puskesmas yang ada di Ngawi.

ISHOMUDDIN

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2010/03/04/brk,20100304-229946,id.html

Erwin, Penderita Gizi Buruk Dikirim ke Makassar


Jumat, 5 Maret 2010
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

MAMUJU, KOMPAS.com - Erwin, bocah 13 tahun penderita gizi buruk dan penyakit usus akhirnya meninggalkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mamuju, Sulawesi Barat untuk menjalani perawatan medis di RSUD Wahidin Sudirohusodo Makassar, Sulawesi Selatan.

Tim medis RSUD Mamuju, dr Arif di Mamuju Jum'at (5/3/2010) mengatakan, selain menderita gizi buruk, pasien juga mengalami penyempitan urat pada usus sehingga mengakibatkan pasien sulit untuk melakukan buang air besar.

"Kami di RSUD Mamuju masih kesulitan untuk melakukan operasi karena kekurangan tenaga medis untuk menangani pasien tersebut, sehingga kami berpendapat untuk mendapatkan kesembuhan secara total, maka kami sarankan untuk dilakukan rujukan ke kota Makassar di RSUD Wahidin Sudirohusodo," katanya.

Ia mengatakan, penyakit yang diderita oleh Erwin, bukanlah hal yang baru pertama dijumpai, namun, penyakit seperti itu sebelumnya telah banyak ditangani dan berhasil disembuhkan secara maksimal.

"Jalan untuk merujuk ke Makassar adalah langkah alternatif untuk mendapatkan kesembuhan, namun begitu, saya tidak menjamin pasien bisa sembuh secara total," ucapnya.

Dikatakannya, pasien telah diberangkatkan sejak pagi tadi sekitar pukul 08.00 wita dengan menggunakan mobil ambulans dengan didampingi keluarga pasien dan pihak Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Mamuju, selaku donatur yang akan membantu pembiayaan pengobatan dan biaya operasi pasien selama berada di Makassar.

"Pihak Direksi BUMD juga turut mendampingi pasien ke Makassar bersama dengan orang tua pasien," tuturnya.

Direktur BUMD Mamuju, Benyamin Supamena mengatakan, pihaknya memberikan bantuan untuk meringankan beban biaya pasien miskin yang ada di wilayah Kecamatan Bonehau, Mamuju, sebagai bentuk komitmen perusahaan yang sedang menjalani proses tahap eksplorasi tambang Batubara.

"Yang jelas, kami siap membantu segala bentuk pembiayaan oleh pasien selama menjalani perawatan medis di Makassar," tuturnya.

Sebelumnya, Sumarni (35 thn) orang tua korban yang juga turut mendampingi putranya ke Makassar mengatakan, kondisi putranya dari hari ke hari makin parah akibat saluran pembuangan menyempit sejak lahir.

"Kondisi putra saya semakin tidak kondusif, selain badannya semakin mengecil perutnya pun juga kian buncit akibat anusnya yang sejak lahir tidak pernah berfungsi normal," tuturnya.

Ia mengatakan, sejak lahir pada 13 tahun lalu, putranya telah menanggung beban derita karena mengalami kelainan usus pembuangan.

"Tidak berfungsinya usus pembuangan tersebut mengakibatkan kondisinya semakin buruk karena badannya makin mengecil dan perut semakin membuncit," ungkapnya.

Dikatakannya, berat badan Erwin yang kini berusia 13 tahun juga tidak normal yang hanya memiliki berat badan sekitar 18 kilogram, padahal usia sebayanya dapat hingga 25 kilogram.

Sumarni mengatakan, dirinya pernah melakukan operasi pada tahun 1999 lalu akibat adanya penyempitan saluran pembuangan, namun, hasil operasi tersebut nyaris tidak ada yang memuaskan dan malah kondisi putranya saat ini bertambah parah.

"Setiap hari Erwin mengaku sesak dan tidak mau makan banyak untuk menghindari keinginan buang air besar karena jika makan berlebihan akan menimbulkan nyeri dan sakit diperutnya," ucap Sumarni.


http://regional.kompas.com/read/2010/03/05/21254196/Erwin..Penderita.Gizi.Buruk.Dikirim.ke.Makassar

Puluhan Ribu Balita di Jawa Barat Bergizi Buruk


Jum'at, 05 Maret 2010

TEMPO Interaktif, BANDUNG - Provinsi Jawa Barat masih belum terlepas dari kasus gizi buruk pada anak berusia dibawah 5 tahun (balita). Sampai saat ini, kasusnya mencapai 31 ribu anak dari 5 juta lebih balita di Jawa Barat.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Alma Lucyati, kasus gizi buruk terbanyak ditemukan di Kabupaten Cirebon. Penyebabnya antara lain karena faktor kemiskinan, pendidikan rendah orang tua, dan budaya. "Masih sering kita dengar, jangan makan ikan karena nanti jadi cacingan," katanya, Jumat (5/3).

Selain itu, ujar dia, anak bergizi buruk tak cuma ditemukan pada keluarga miskin. Anak orang berduit pun diketahui ada yang bergizi buruk karena salah pola makan atau lebih suka jajan. "Masih banyak juga orang tua yang kasih makan anaknya asal kenyang," ujarnya.

Akibatnya, anak bergizi buruk menjadi mudah sakit dan kekurangan berat badan. Untuk mengatasi masalah itu, Dinas Kesehatan mulai Maret-April mendatang akan mengerahkan kader kesehatan dan petugas Puskesmas. Selain memetakan kasus di daerah, mereka diminta mendampingi para ibu agar anaknya terbebas dari gizi buruk.

Dinas Kesehatan dan sejumlah instansi terkait juga akan memberikan bantuan seperti makanan tambahan, pelatihan menanam tanaman konsumsi di sekitar rumah, atau beternak ikan. Ibu-ibu PKK, kata dia, juga siap dikerahkan oleh Ibu Gubernur Jawa Barat.

"Kita juga ingin memastikan beras raskin sampai ke keluarga gizi buruk," ujarnya. Tahun ini, program pendampingan itu akan dimulai di 8 desa yang tersebar di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Karawang.

ANWAR SISWADI


http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2010/03/05/brk,20100305-230477,id.html

Tren Gizi Buruk Mulai Menimpa Keluarga Berkecukupan




Purworejo, CyberNews. Kasus gizi buruk yang dialami balita ternyata tidak hanya menjangkiti kalangan keluarga kurang mampu saja. Belakangan ini muncul tren gizi buruk juga bisa menimpa balita dari kalangan keluarga yang berkecukupan. Kenyataan itu menunjukkan gizi buruk tidak semata-mata disebabkan kekurangan asupan gizi saja, tapi juga ada faktor lainnya.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purworejo dr Kuswantoro, Rabu (10/3), melalui Kabid Kesehatan Keluarga Mudjiani mengungkapkan, faktor penyakit bawaan yang menjangkit sejak lahir juga bisa mengakibatkan balita mengalami gizi buruk dan berbadan kurus. Lebih lanjut dijelaskan, pola asuh juga sangat mempengarui pola perkembangan dan asupan gizi dari balita.

"Ada juga dari keluarga yang secara ekonomi mampu tapi pola asuhnya jelek. Misalnya kedua orang tua sibuk bekerja, si anak kurang mendapat perhatian termasuk kebutuhan gizinya," jelasnya.

Meski demikian, persentase penderita gizi buruk dari kaluarga miskin masih yang terbesar. Berdasarkan data, balita gizi buruk dari keluarga non gakin sebanyak 62 anak bahkan kualifikasi balita tersebut masuk kategori kurus sekali. Kendati tidak banyak namun hal ini menunjukkan tren baru.

Ditanya keseluruhan penderita gizi buruk yang terdata Dinkes, Mudjiani mengungkapkan, hingga akhir tahun 2009 sedikitnya 435 balita terkena gizi buruk. Data itu menunjukkan kasus gizi buruk di Kabupaten Purworejo masih membutuhkan perhatian serius.

Pendataan gizi buruk, katanya, di dasarkan dari laporan posyandu. Balita dengan perhitungan berat badan dibanding umur maupun tinggi badan yang tidak ideal akan dilaporkan ke Puskesmas. Dari puskesmas diverifikasi lagi untuk kemudian dilaporkan ke Dinkes.

Selanjutnya, Dinkes menindaklanjuti untuk penangann labih lanjut. Yakni dengan pemberian makanan tambahan (PMT). Program tersebut diberikan khusus bagi balita gizi buruk dari keluarga miskin selama 90 hari berturut-turut meliputi pemberian susu plus makanan bergizi.

Dijelaskan Mudjiani, indikator penentuan gizi buruk dilihat dari berat badan dibanding umur dan berat badan di banding tinggi badan. Untuk balita penderita mengarah ke kekurusan akut, penderita marasmus dan kwharsiorkor dirujuk ke rumah sakit untuk dirawat.

( Nur Kholiq / CN16 )

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/03/10/48937

Rumah Gizi Rawat Gratis Penderita Gizi Buruk


Rumah Gizi Rawat Gratis Penderita Gizi Buruk 
Fery Aditri

10/03/2010 23:41 | Gizi Buruk
Liputan6.com, Yogyakarta: Pemerintah Kota Yogyakarta membuka sebuah lembaga pelayanan kesehatan bernama Rumah Gizi untuk mengatasi berbagai kasus gizi buruk pada balita atau bawah lima tahun. Rumah Gizi yang belum lama ini mulai beroperasi menyediakan sejumlah pelayanan seperti ruang konsultasi gizi. Di sana para orang tua akan mendapat informasi dan pengetahuan soal makanan bergizi dengan harga murah.

Terdapat pula ruang pemeriksaan kesehatan dan gizi serta ruang perawatan bagi balita yang mengalami gizi buruk. Di ruang perawatan ini pasien ditampung dan diberi asupan makanan hingga gizinya tercukupi.

Meski belum lama dibuka, masyarakat sudah merasakan manfaat Rumah Gizi. Clara, bocah berusia 55 bulan ini hanya berbobot 10,2 kilogram saat datang pertama kali ke Rumah Gizi. Berat ini di bawah berat normal anak seusianya, yaitu sekitar 15 kilogram. Namun hingga Rabu (10/3), beratnya berangsur naik mendekati normal.

Orangtua Clara mengaku senang karena kondisi anaknya mulai membaik. Mereka juga berterima kasih karena seluruh pelayanan dan perawatan di Rumah Gizi ini gratis. Bahkan, pasien malah diberi uang Rp 10 ribu untuk ongkos pulang. Sejak pertama kali dibuka, Rumah Gizi telah merawat delapan balita penderita gizi buruk.(WIL/ANS)

http://kesehatan.liputan6.com/berita/201003/267328/Rumah.Gizi.Rawat.Gratis.Penderita.Gizi.Buruk

Penderita Gizi Buruk di Lumajang Akhirnya Meninggal


Kamis, 11 Maret 2010 | 19:24 WIB

TEMPO Interaktif, Lumajang - Puja Yuliarta, 19 bulan, balita penderita gizi buruk, Desa Kalibendo Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang Jawa Timur meninggal dunia. Anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan Sunyanto dan Subaidah ini sempat dirawat di RS dr Haryoto sejak 28 Februari lalu. Setelah dirawat beberapa hari, keluarganya membawa pulang paksa pada 6 Maret lalu.

Dua hari dirawat di rumah, anak pasangan keluarga miskin ini meninggal pada Selasa (9/3) pagi harinya sekitar pukul 07.00 Wib.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang Buntaran Supriyanto mengatakan, balita gizi buruk ini meninggal karena penyakit penyerta yaitu kelainan jantung bawaan (Congenital Heart Disease) dan pembesaran kepala (hydrocepalus). Sebelum meninggal dunia. kata dia, Puja menglami sesak nafas.

Menurut Buntaran, hasil bulan intensifikasi penimbangan pada 6 Februari menunjukkan, berat badan Puja 7,5 kilogram dengan tinggi badan 72 centimeter. "Gizi kurang sehingga diberi penyuluhan makanan seimbang dan dianjurkan rutin ke posyandu," kata Buntaran.

Tiga hari kemudian, orang tua Puja mengeluhkan anaknya berak cair dan muntah ketika diberi makan. Beberapa kali bidan maupun Puskesmas meminta kedua orang tuanya yang sehari-harinya sebagai pengrajin gula merah ini untuk membawa anaknya ke Puskesmas namun orang tuanya menolak. Namun orang tuanya tak bisa berbuat apa-apa ketika pada 28 Februari lalu, Puja muntah hebat. Hasil diagnosa menunjukkan kalau pasien mengalami vomiting (muntah), dehidrasi dan hidrocepalus.

Sejak 2 Maret, kondisi balita ini memburuk sehingga dirawat di Ruang ICU dr Haryoto Lumajang. Sempat membaik dua hari kemudian, Puja keluar dari ICU dan dibawa ke ruang anak. Hingga keesokan harinya, anak tersebut masih mengalami diare. Akhirnya, Sabtu (6/3), orang tuanya memaksa membawa pulang sang anak.

Namun naas, pada Selasa lalu, Puja meninggal dunia.

DAVID PRIYASIDHARTA

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2010/03/11/brk,20100311-231950,id.html

Gizi Buruk, RPG Solusinya!



YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah akan membangun dan mengembangkan Rumah Pemulihan Gizi (RPG) Balita di wilayah Indonesia bagian timur sebagai upaya menurunkan prevalensi gizi kurang.

"Ini sejalan dengan fokus pembangunan bidang kesehatan dalam lima tahun ke depan," kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih usai meresmikan RPG Balita Kota Yogyakarta, Jumat (12/3/2010).

Menurut dia, RPG Balita dapat menjadi salah satu solusi untuk menurunkan prevalensi gizi kurang, meskipun untuk wilayah Indonesia bagian timur konsep yang akan dibangun tidak sama persis dengan konsep RPG Balita di Kota Yogyakarta.

"Ada perbedaan budaya antara Yogyakarta dengan wilayah Indonesia bagian timur, sehingga perlu ada kajian guna menentukan konsep pembangunan RPG di Indonesia bagian timur. Namun, itu harus sesuai dengan budaya setempat," katanya.

Sedangkan mengenai dana untuk membangun RPG Balita di wilayah Indonesia bagian timur, kata Menkes dapat dilakukan dengan sharing antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, karena selama ini sudah ada dana bantuan untuk bidang kesehatan.

Endang menegaskan fokus pembangunan dalam lima tahun ke depan adalah menurunkan prevalensi gizi kurang dari 18,4 persen pada 2007 menjadi setinggi-tingginya 15 persen pada 2014.

"Penurunan prevalensi gizi buruk tersebut menjadi penting, mengingat data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 54 persen kematian bayi dan anak dilatarbelakangi keadaan gizi yang buruk.

Saat ini, Kementerian Kesehatan sedang mengembangkan konsep pemulihan gizi buruk dengan rawat jalan, atau yang disebut community based managenet of severe malnutrition, yakni pemulihan gizi yang dikelola bersama dengan masyarakat.
    
Kegiatan utama dari program tersebut adalah memberikan makanan tambahan untuk pemulihan kepada balita gizi buruk yang sudah tidak mengalami penyakit komplikasi, serta pemeriksaan status gizi secara rutin oleh petugas.

"Saya berharap konsep Rumah Pemulihan Gizi Balita dapat menjadi terobosan baru guna mengisi kekosongan penanganan masalah gizi di Indonesia," katanya.

Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Yogyakarta Dyah Suminar yang juga penggagas RPG Balita mengatakan konsep RPG Balita ini merupakan integrasi RPG dengan pendidikan anak usia dini, karena keduanya berkaitan erat.

"Kami berharap RPG tersebut dapat menurunkan jumlah balita yang mengalami gizi buruk atau gizi kurang, sekaligus sebagai tempat khusus bagi penanganan masalah gizi balita, konsultasi, dan penyuluhan," katanya.
   
Secara fisik, RPG Balita itu menempati bangunan bekas gedung Sekolah Dasar (SD) Gading seluas 970 meter persegi, dengan dana renovasi sebesar Rp1,029 miliar, dan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan 2009 sebesar Rp 772,2 juta. Selain itu, juga ada dana pendamping APBD 2009 Kota Yogyakarta sebesar Rp 257,4 juta.

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/03/12/16455746/Gizi.Buruk..RPG.Solusinya

Gizi Buruk Membuat Si Kembar Tak Berdaya

Gizi Buruk Membuat Si Kembar Tak Berdaya 
Tuti Alawiyah Lubis

16/03/2010 12:31 | Gizi Buruk
Liputan6.com, Tarutung: Ketika ratusan warga di Jakarta berlomba-lomba memborong sepatu impor, di bagian lain Indonesia, tepatnya di Tapanuli Utara, Sumatra Utara, nasib berbeda dialami sepasang bayi kembar. Bayi kembar Rezeki dan Ro Rezeki yang berusia 11 bulan ini terbaring lemah tak berdaya di Rumah Sakit Tarutung.

Tubuh keduanya terlihat sangat kurus bagai tinggal kulit pembungkus tulang akibat menderita gizi buruk. Sang ibu Megawati Manalu dan suaminya yang hanya buruh lepas tak mampu mencukupi makanan dan nutrisi yang memadai bagi kedua buah hati mereka. Sementara bantuan dari pemerintah setempat pun tak pernah didapat.

Saat ini, di Tapanuli Utara saja tercatat ada lima bocah yang menderita gizi buruk. Umumnya latar belakang mereka dari keluarga tak mampu. Jika orangtua kekurangan biaya dan pemerintah tak lagi peduli, sulit bagi bocah-bocah malang ini untuk berharap punya masa depan.(ADO)

http://kesehatan.liputan6.com/berita/201003/268029/Gizi.Buruk.Membuat.Si.Kembar.Tak.Berdaya

Bayi Sembilan Bulan Menderita Gizi Buruk Pascaimunisasi



Rabu, 17 Maret 2010
Sampang (ANTARA News) - Seorang balita berumur sembilan bulan di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, menderita gizi buruk.

Balita bernama Ferdiansyah, warga Desa Taman Sareh, Kecamatan Kota, Sampang ini, kini tergolek lemas di ruang inap anak rumah sakit daerah (RSD) setempat dengan berat badan di luar ukuran normal, yakni hanya empat kilogram.

Balita penderita gizi buruk yang merupakan anak keempat dari pasangan suami istri Misriyah dan Salihan, dinyatakan menderita gizi buruk oleh dokter sejak beberapa hari lalu.

"Awalnya anak saya ini sakit panas dan badan terus semakin kurus hingga akhirnya seperti ini. Kata dokter anak saya ini memang menderita gizi buruk," kata orangtua Ferdiansyah, Misriyah di RSD Sampang, Selasa.

Untuk memberikan asupan makanan, Misriyah memberikan susu kepada anaknya, dicampur susu yang diberikan pihak rumah sakit.

Ia mengaku, selama ini anaknya memang tidak pernah diimunisasi. Sebab menurut dia, anak yang diimunisasi akan menderita sakit panas, sehingga Misriyah khawatir, imunisasi hanya akan membuat anaknya sakit.

"Waktu di desa saya ada posyandu, anak ini dipaksa agar diimuniasi, namun justru setelah imunisasi Ferdi sakit dan menjadi kurus seperti ini," katanya.

Padahal menurut pihak RSD Sampang, sakitnya Ferdi pascaimunisasi karena asupan gizinya kurang, bukan karena imunisasi. Sebab imunisasi justru menambah kekebalan tubuh dari berbagai jenis virus yang akan menyerang tubuh. (Ant/K004)

http://www.antaranews.com/berita/1268766700/bayi-sembilan-bulan-menderita-gizi-buruk-pascaimunisasi