31 Maret 2010

Demi Adipura Puluhan PKL Ditertibkan

okezone

Selasa, 23 Maret 2010

JAKARTA - Puluhan pedagang kaki lima, gerobak pedagang, reklame, ditertibkan petugas di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur.
Penertiban dilakukan dalam rangka Pemerintah Kotamadya Jakarta Timur mempertahankan piala Adipura. Aksi ini sempat memicu kekesalan pedagang yang tidak terima dengan aksi petugas.

Sedikitnya 100 petugas gabungan dari polisi, Dinas Perhubungan, dan Satuan Petugas Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Sudin Kebersihan diterjunkan ke lokasi. Kegiatan kali ini dipusatkan pada jalan protokol yang ada di kawasan Jatinegara, ungkap Wakil Camat Jatinegara Ali Murthado.

Penertiban ini menurutnya selain dalam rangka penilaian adipura juga merupakan kegiatan rutin.
Penertiban yang dimulai sekitar pukul 07.00 WIB dilakukan dengan menyisiri Jalan DI Panjaitan arah Cawang. Dilanjutkan dengan menertibkan di Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista), Jalan Jatinegara Barat, dan di Jalan Bekasi Raya.

"Sedikitnya 20 gerobak, 30 reklame dan 5 warung PKL ditertibkan petugas," ungkap Camat Jatinegara Andriyansah, Senin (22/3/2010).

Banyak juga pedagang yang melarikan diri dan membongkar barang dagangannya sendiri. Surat pemberitahuan juga sudah dilakukan sebelumnya oleh petugas.

Kawasan yang paling banyak ditertibkan adalah Jalan Otista dan di depan stasiun Kereta Api (KA) Jatinegara. Kawasan tersebut terkenal yang paling semrawut selama ini. Karena selain terdapat Stasiun KA Jatinegara juga terdapat Pasar Rawa Bening. Sedangkan penertiban reklame paling banyak terdapat di Teminal Kampung Melayu.

Di depan Stasiun KA Jatinegara, keberadaan gerobak pedagang dan PKL membuat kawasan stasiun dan sekitarnya tampak semrawut. Sedangkan banyaknya parkir di sepanjang bahu jalan serta angkutan umum yang menunggu di badan jalan membuat kawasan tersebut selalu macet.

Kekisruhan terjadi saat ada beberapa pedagang yang marah karena dagangannya diangkut petugas. Terjadi tarik-menarik barang dagangan dengan petugas. Sumpah serapah juga keluar dari pedagang yang gagal mempertahankan barang dagangan mereka.

Seperti yang dialami oleh Yani (32), pedagang teh botolan yang ditemui di depan Stasiun Jatinegara. Dirinya marah saat sebuah etalase dan boks kerat minuman teh botolannya diangkut. "Saya sumpahin kalian (petugas) tujuh turunan sengsara," ungkap Devi.

Ibu dua anak ini mengaku telah berdagang di sana sejak 2007. "Kenapa baru kali saya ditertibkan," ungkapnya. Sejak ditinggal suaminya berjualan minuman adalah satu-satunya usaha untuk memberi makan kedua anaknya.

Hal yang paling dia sesalkan adalah tidak adanya pemberitahuan dari petugas sebelum dilakukan penertiban. Menurutnya, pihaknya akan kembali berjualan lagi kalau petugas mulai pergi dari lokasi. "Ya saya tetap akan berjualan lagi nanti," uajrnya.
(Isfari Hikmat/Koran SI/ram)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar