30 Maret 2010

Tren Gizi Buruk Mulai Menimpa Keluarga Berkecukupan




Purworejo, CyberNews. Kasus gizi buruk yang dialami balita ternyata tidak hanya menjangkiti kalangan keluarga kurang mampu saja. Belakangan ini muncul tren gizi buruk juga bisa menimpa balita dari kalangan keluarga yang berkecukupan. Kenyataan itu menunjukkan gizi buruk tidak semata-mata disebabkan kekurangan asupan gizi saja, tapi juga ada faktor lainnya.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purworejo dr Kuswantoro, Rabu (10/3), melalui Kabid Kesehatan Keluarga Mudjiani mengungkapkan, faktor penyakit bawaan yang menjangkit sejak lahir juga bisa mengakibatkan balita mengalami gizi buruk dan berbadan kurus. Lebih lanjut dijelaskan, pola asuh juga sangat mempengarui pola perkembangan dan asupan gizi dari balita.

"Ada juga dari keluarga yang secara ekonomi mampu tapi pola asuhnya jelek. Misalnya kedua orang tua sibuk bekerja, si anak kurang mendapat perhatian termasuk kebutuhan gizinya," jelasnya.

Meski demikian, persentase penderita gizi buruk dari kaluarga miskin masih yang terbesar. Berdasarkan data, balita gizi buruk dari keluarga non gakin sebanyak 62 anak bahkan kualifikasi balita tersebut masuk kategori kurus sekali. Kendati tidak banyak namun hal ini menunjukkan tren baru.

Ditanya keseluruhan penderita gizi buruk yang terdata Dinkes, Mudjiani mengungkapkan, hingga akhir tahun 2009 sedikitnya 435 balita terkena gizi buruk. Data itu menunjukkan kasus gizi buruk di Kabupaten Purworejo masih membutuhkan perhatian serius.

Pendataan gizi buruk, katanya, di dasarkan dari laporan posyandu. Balita dengan perhitungan berat badan dibanding umur maupun tinggi badan yang tidak ideal akan dilaporkan ke Puskesmas. Dari puskesmas diverifikasi lagi untuk kemudian dilaporkan ke Dinkes.

Selanjutnya, Dinkes menindaklanjuti untuk penangann labih lanjut. Yakni dengan pemberian makanan tambahan (PMT). Program tersebut diberikan khusus bagi balita gizi buruk dari keluarga miskin selama 90 hari berturut-turut meliputi pemberian susu plus makanan bergizi.

Dijelaskan Mudjiani, indikator penentuan gizi buruk dilihat dari berat badan dibanding umur dan berat badan di banding tinggi badan. Untuk balita penderita mengarah ke kekurusan akut, penderita marasmus dan kwharsiorkor dirujuk ke rumah sakit untuk dirawat.

( Nur Kholiq / CN16 )

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/03/10/48937

Tidak ada komentar:

Posting Komentar