14 Desember 2009

Malaysia agrees on rights for RI workers

Ridwan MaX SijabatThe Jakarta Post ,  Jakarta 


Malaysia has agreed to let Indonesian migrant workers keep their own passports, have one day off a week and to set up joint task force to monitor and settle labor disputes with employers, says a minister.

Manpower and Transmigration Minister Muhaimin Iskandar said the negotiating team, jointly set up following recent talks between the two countries' heads of government, has drawn up the agreement and was waiting for an endorsement by the Malaysian parliament.


"[Indonesia and Malaysia] have planned to sign a memorandum of understanding [MoU] on the three new points early in January so that Indonesia can resume the labor supply to Malaysia next month," he said here on Friday.


Indonesia suspended its supply of labor to Malaysia in June, following the torture death of an Indonesian migrant worker who was employed as housemaid in that country.


The suspension has reopened negotiations between the two countries over bilateral ties in the labor sector with President Susilo Bambang Yudhoyono making a visit to Kuala Lumpur to discuss the issue with his Malaysian counterpart Najib Razak in the middle of November.


Both heads of government agreed on the establishment of the joint team, which recently held a meeting in Bali. The Malaysian prime minister said his country was open to foreign legal migrants and it had been facing difficulties to monitor undocumented immigrants who, to some extent, were prone to exploitation and mistreatment.


International Human Rights Watch has slammed the Malaysian government for the rampant human rights abuse of foreign migrant workers employed as housemaids and construction and plantation laborers in the country over the last two decades.


The workers have been prone to abuse, were often underpaid and exploited by being made to work up to 10 to 17 hours a day, since their passports and work visas were withheld by their employers.


Migrant Care, an NGO that provides advocacy for migrant workers, questioned the significance of the new labor agreement, saying the two countries have made many such agreements in the past but labor abuses went on.


"What we need is for both countries to follow up the MoU by making enforceable legislation ensuring the protection of migrant workers and their employers," Migrant Care executive director Anis Hidayah.

She called on the two countries to show their commitment to the new deal by discussing ongoing problems for their mutual interests.


"Indonesia needs job opportunities for its job-seekers while Malaysia is in need of foreign workers to support its economic development.


"The two governments should also look for joint measures to prevent Indonesian job-seekers from entering the country illegally. And they also have to take measures against those trafficking immigrants into the country," she said.


According to data from Migrant Care, a total of 679 Indonesian migrant workers have died, mostly due to physical abuse, and thousands of others were injured in the workplace over the past three decades in Malaysia.


The new labor agreement was made as two more migrant workers were found tortured to death in Johor on Wednesday.


Jumadi, 22,  and Arisanto, 24, both residents of Karanganyar, Central Java, were found dead with horrific injuries in a septic tank after working for four years on a vegetable plantation in Johor.


Eyewitnesses said they were found dead after they failed to show up to work for three days. Neighbors had not seen the pair for that time either.  


Local police were still investigating the whereabouts of another migrant worker from Lampung who went missing after the incident.


Bibit Suwanto, a relative of the two victims in Karanganyar, said his family had already received information on the incident through the Foreign Ministry and that the two men's bodies were being held at Johor general hospital for an autopsy.


Last month the government flew 1,750 migrant workers home from the Middle East, another major destination for Indonesia's labor supply.


Some 1,000 workers were brought home from Saudi Arabia an 750 from Kuwait following legal issues in the two countries. (nia)


Ratifikasi Konvensi Buruh Migran Diputuskan Akhir Februari

14 Desember 2009


TEMPO Interaktif, Jakarta - Jadi tidaknya pemerintah Indonesia meratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa 1990 tentang Buruh Migran dan keluarganya, diputuskan dalam masa 100 hari kinerja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau akhir Februari.

"Sedang dan sudah kami rapatkan dengan lintas departemen, dan menjadi kajian dalam seratus hari ini untuk diambil kesimpulan," ujar Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar usai rapat konsolidasi Program 100 Hari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Hotel Bumikarsa, Senin (14/12).

Keputusan tersebut, ia menguraikan, bisa langsung meratifikasi dalam tempo secepatnya. "Atau menunggu kesiapan infrastruktur lintas departemen," kata Muhaimin.

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menyatakan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa 1990 tentang Buruh Migran dan Keluarganya belum diratifikasi karena belum cukup upaya persiapan.

"Kami bukan menolak meratifikasi, tapi upaya persiapan belum cukup," ungkap Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Hakristuti Hakrisnowo dalam sambutanya pada peringatan Hak Asasi Manusia di kantornya, Kamis (10/12).

DIANING SARI

UI: TKI Punya Hak Atas Kesejahteraan dan Apresiasi

Republika

15 Desember 2009

JAKARTA--Dalam menyambut 18 desember sebagai Hari pekerja migran internasional, Universitas Indonesia (UI) memandang perlunya membangun semangat untuk kembali mengangkat permasalahan pekerja migran atau tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Oleh karena itu, Fakultas Ekonomi UI mengadakan seminar dengan tema 'Indonesia International Migrant Workers Day 2009', di Auditorium FEUI, Selasa (15/12). FEUI menghadirkan beberapa pembicara seperti, Dr Agung Laksono (Menteri koordiantor BIdang Kesejahteraan Sosial RI), Prof Dr der soz Gumilar R Somantri (Rektor UI), Teguh wardoyo (Dirjen direktorat Perlindungan WNIU dan badan hukum Indonesia), Dr Ir Nining I Soesilo MA (Kepala UKM Center FEUI).

Sebagai informasi, kondisi di Indonesia yang tak seimbang akan ketersediaan lapangan pekerjaan formal, menyebabkan maraknya tenaga produktif melenggang keluar negeri untuk mengadu nasib. Berdasarkan data Badan Nsional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) mencatat pada tahun 2008, jumlah TKI di luar negeri mencapai 4.5 juta orang dan menyumbang bagi devisa negara sebsar Rp 120 trilyun. Bahkan jika diperhitungkan dengan TKI yang masuk jalur non prosedural, diperkirakan jumlah sumbangan devisa sektor ini mencapai Rp 130 Trilyun. Sehingga istilah 'pejuang devisa' tak berlebihan jika disematkan pada para TKI di luar negeri tersebut.

Berdasarkan rilisnya, UI melalui Manajer Humas dan Media Center, Asty Setiautami, mengatakan bahwa tak dapat dipungkiri, upaya para TKI dalam memperoleh penghasilan di luar negeri telah meningkatkan kesejahteraan bagi dari sendiri, keluarga dan bangsa. Namun dalam situasi lain, kemirisan banyak melanda para pejuang ini. Sudah sangat sering terdengar berbagai kisah TKI di luar negeri, dari tindakan kekerasan, pelecehan, hingga melayangnya nyawa, merupakan berbagai kondisi yang menimpa mereka. Namun kondisi ini diperparah, dengan data yang diberikan oleh Komisi IX DPR RI bahwa 80 persen lebih sumber masalah TKi justru berasal dari dalam negeri seperti, penyaluran secara ilegal, pungutan liar dari penyalur, hingga dijadikannya para TKI sebagai komoditi.

Oleh karena berbicara mengenai permasalahan TKI takkan ada habisnya, maka perlu dibicarakan sisi lain tentang TKI  itu sendiri. Melalui berbagai pengalaman yang didapat, para TKI tak sedikit yang menunjukkan 'kejayaan' mereka di berbagai bidang. Diantaranya upaya-upaya yang dilakukan berupa pembinaan dan pelatihan para calon TKI, hingga keberhasilan mantan TKI sangatlah perlu.mengingat TKI merupakan tenaga kerja yang juga memiliki hak untuk bersanding dengan tenaga kerja negara-negara lainnya.

Maka melalui seminar ini diharapkan para akademisi dan masyarakat dapat memahami peran dan kontribusi para pekerja migran Indonesia di uar negeri. Tidak hanya sekedar mendengar dan menutup mata dengan berbagai kondisi yang melanda TKi, masyarakat juga diharapkan mampu memahami dan menghargai mereka sebagai aset bangsa. Apresiasi tidak hanya dalam bentuk empati namun berupa penghargaan atau kontribusi yang mereka berikan pada keluarga, negara dan bangsa ini. c12/taq


Pemerintah Selidiki Sertifikat Kompetensi TKI Ilegal

Senin, 14 Desember 2009
Laporan wartawan KOMPAS Hamzirwan

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mulai menyelidiki praktik perdagangan sertifikat kompetensi tenaga kerja Indonesia ilegal. Pemerintah akan menindak tegas semua pihak yang terlibat dalam praktik yang merugikan TKI dan negara.


Demikian disampaikan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar seusai membuka rapat konsolidasi program 100 hari di Jakarta, Senin (14/12). Rapat tersebut dihadiri pejabat eselon I dan II Depnakertrans serta kepala dinas ketenagakerjaan dan transmigrasi se-Indonesia.


"Kami menemukan fakta dan laporan banyak sekali pemberangkatan (TKI) dipaksakan karena arus permintaan tinggi dari luar negeri, terutama Timur Tengah dan Saudi Arabia. Saya sudah perintahkan untuk mengambil tindakan khusus agar se tiap aparat yang terlibat menghentikan penerbitan sertifikat asli tapi palsu," kata Muhaimin.

Muhaimin juga memerintahkan aparat pemerintah tidak melayani pengurusan dokumen penempatan tenaga kerja Indonesia yang diduga diperoleh dengan melanggar prosedur. Pemerintah akan mengambil tindakan tegas mulai surat peringatan, skorsing, sampai pencabutan izin terhadap balai-balai latihan kerja luar negeri dan pelaksana penempatan TKI swasta (PPTKIS) yang terlibat.


Indonesia menempatkan sedikitnya 25.000 TKI ke Timur Tengah setiap bulan. Sebagian besar akan bekerja di sektor rumah tangga yang tetap membutuhkan kompetensi.


Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (Apjati) Rusjdi Basalamah dan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Jasa TKI (Himsataki) Yunus M Yamani mendukung langkah pemerintah. Mereka mendesak pemerintah menindak tegas siapapun yang terlibat sesuai tingkat kesalahan.


Menurut Rusjdi, pemerintah juga harus meningkatkan pengawasan untuk memperbaiki penempatan TKI. Yunus menambahkan, pengusaha TKI ingin pemerintah tegas agar persoalan TKI bisa segera selesai.


Pelayanan satu atap

Persoalan dokumen membuat TKI bermasalah tak pernah usai. Untuk itu, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) segera menambah pelayanan satu atap di daerah sentra TKI.


Kepala BNP2TKI Mohammad Jumhur Hidayat mengatakan, pihaknya akan membuka tiga pos pelayanan TKI satu atap untuk mempermudah TKI, yakni Medan, Pare Pare, dan Nunukan. Menurut Jumhur, sistem pelayanan satu atap mampu menurunkan jumlah TKI berdo kumen ilegal di pintu-pintu keberangkatan ke Malaysia dan Timur Tengah.


"Begitu pelayanan satu atap dibuka di Mataram (Nusa Tenggara Barat), jumlah TKI asal Lombok yang mengurus dokumen di Kepulauan Riau dan Riau turun sampai 30 persen. Jadi, kami akan terus mendorong supaya pemerintah daerah mau membangun pelayanan yang mudah dan cepat bagi TKI ini," ujar Jumhur.


KOMPAS Hamzirwan

Editor: Edj

T-Remitt Bisa Transfer Uang Langsung Ke Kampung

Senin, 14 Desember 2009

SUKABUMI, KOMPAS.com - Para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) kini bisa mengirim uang hasil keringatnya selama di luar negeri ke kampung halaman dengan lebih mudah melalui T-Remitt. Layanan baru dari Telkomsel ini memungkinkan TKI untuk melakukan pengiriman uang ke Indonesia secara mudah, cepat, aman, dan efisien, sementara si penerima dapat mencairkannya di KUD (Koperasi Unit Desa) terdekat di kampungnya.

Telkomsel bekerjasama dengan 13 Koperasi Unit Desa (KUD) di Pelabuhan Ratu, Sukabumi mulai menyediakan layanan T-Remitt sejak akhir pekan lalu.Untuk kemudahan pengiriman uang, layanan T-Remitt menjadi solusi tepat, karena pelanggan cukup melakukan setoran (cash in) ke lebih dari 3.200 counter CTI dan Mobility One yang tersedia di Hongkong, Malaysia, Taiwan, Timur Tengah, Brunei, Kamboja, Selandia Baru, Australia dan Jepang. Selanjutnya, keluarga penerima yang telah menggunakan layanan T-Cash akan menerima notifikasi SMS kiriman dan dapat langsung menguangkan uang elektronik tersebut di koperasi terdekat.

"Layanan ini mampu mengurangi biaya kirim uang antar negara yang cukup tinggi, yakni hingga 10 persen jika dibandingkan dengan pengiriman uang dengan metode lain. Dengan lebih murahnya biaya pengiriman uang, akan memungkinkan TKI mengirim uang lebih banyak kepada keluarganya di Indonesia," papar GM Sales and Customer Service Jabotabek Telkomsel Riza A Wildani dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.

Riza mengatakan, Sukabumi khususnya Pelabuhan Ratu merupakan salah satu kantong TKI dengan negara tujuan terbanyak Malaysia dan Hongkong. Layanan T-remitt akan mempermudah TKI untuk mengirimkan uang kepada keluarganya di Indonesia, karena TKI dan keluarganya tidak perlu punya account bank. Keluarga TKI hanya perlu menggunakan HP dengan kartu Telkomsel (kartuHALO, simPATI atau kartu As).

Berdasarkan data terbaru Kantor Pos Sukabumi, jumlah kiriman uang dari TKI asal Sukabumi melalui Western Union (WU), sepanjang tahun 2009 hingga awal bulan Desember mencapai Rp 317 miliar dengan jumlah 108.152 kali transaksi. Padahal pada tahun 2008 lalu, total jumlah kiriman TKI Sukabumi hanya sebanyak Rp 144 miliar. Jumlah itu akan terus bertambah, diperkirakan hingga akhir tahun 2009 mendatang, jumlah kiriman uang sepanjang tahun ini bisa mecapai Rp 350 miliar lebih. Kiriman uang dari TKI asal Kabupaten/Kota Sukabumi tahun ini meningkat sekitar 120 persen, salah satu faktornya adalah bertambahnya jumlah TKI asal Sukabumi yang bekerja di luar negeri.

Kerjasama Telkomsel dan KUD Pelabuhan Ratu ini merupakan implementasi dari kerjasama sebelumnya, di mana Telkomsel bersama Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) telah mencapai kesepakatan untuk menghadirkan layanan Koperasi Community, T-Cash & T-Remitt, Push Email, dan layanan untuk pengembangan komunitas koperasi di daerah USO (Universal Service Obligation) seperti misalnya menjadi dealer produk Telkomsel (outlet Mkios).

WAH


Pemerintah Selidiki Sertifikat Kompetensi TKI Ilegal

Senin, 14 Desember 2009
Laporan wartawan KOMPAS Hamzirwan

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mulai menyelidiki praktik perdagangan sertifikat kompetensi tenaga kerja Indonesia ilegal. Pemerintah akan menindak tegas semua pihak yang terlibat dalam praktik yang merugikan TKI dan negara.


Demikian disampaikan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar seusai membuka rapat konsolidasi program 100 hari di Jakarta, Senin (14/12). Rapat tersebut dihadiri pejabat eselon I dan II Depnakertrans serta kepala dinas ketenagakerjaan dan transmigrasi se-Indonesia.


"Kami menemukan fakta dan laporan banyak sekali pemberangkatan (TKI) dipaksakan karena arus permintaan tinggi dari luar negeri, terutama Timur Tengah dan Saudi Arabia. Saya sudah perintahkan untuk mengambil tindakan khusus agar se tiap aparat yang terlibat menghentikan penerbitan sertifikat asli tapi palsu," kata Muhaimin.

Muhaimin juga memerintahkan aparat pemerintah tidak melayani pengurusan dokumen penempatan tenaga kerja Indonesia yang diduga diperoleh dengan melanggar prosedur. Pemerintah akan mengambil tindakan tegas mulai surat peringatan, skorsing, sampai pencabutan izin terhadap balai-balai latihan kerja luar negeri dan pelaksana penempatan TKI swasta (PPTKIS) yang terlibat.


Indonesia menempatkan sedikitnya 25.000 TKI ke Timur Tengah setiap bulan. Sebagian besar akan bekerja di sektor rumah tangga yang tetap membutuhkan kompetensi.


Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (Apjati) Rusjdi Basalamah dan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Jasa TKI (Himsataki) Yunus M Yamani mendukung langkah pemerintah. Mereka mendesak pemerintah menindak tegas siapapun yang terlibat sesuai tingkat kesalahan.


Menurut Rusjdi, pemerintah juga harus meningkatkan pengawasan untuk memperbaiki penempatan TKI. Yunus menambahkan, pengusaha TKI ingin pemerintah tegas agar persoalan TKI bisa segera selesai.


Pelayanan satu atap

Persoalan dokumen membuat TKI bermasalah tak pernah usai. Untuk itu, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) segera menambah pelayanan satu atap di daerah sentra TKI.


Kepala BNP2TKI Mohammad Jumhur Hidayat mengatakan, pihaknya akan membuka tiga pos pelayanan TKI satu atap untuk mempermudah TKI, yakni Medan, Pare Pare, dan Nunukan. Menurut Jumhur, sistem pelayanan satu atap mampu menurunkan jumlah TKI berdo kumen ilegal di pintu-pintu keberangkatan ke Malaysia dan Timur Tengah.


"Begitu pelayanan satu atap dibuka di Mataram (Nusa Tenggara Barat), jumlah TKI asal Lombok yang mengurus dokumen di Kepulauan Riau dan Riau turun sampai 30 persen. Jadi, kami akan terus mendorong supaya pemerintah daerah mau membangun pelayanan yang mudah dan cepat bagi TKI ini," ujar Jumhur.


KOMPAS Hamzirwan

Editor: Edj

Perlindungan TKI, Program Kerja 100 Hari

JAKARTA (Pos Kota) – Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar membuat tiga rencana aksi berdasarkan kontrak kerja program 100 hari.

Menurut dia, rencana aksi ini berkaitan dengan kebijakan, peraturan dan pelaksanaan kegiatan di bidang hubungan industrial, penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia dan pelatihan, serta peningkatan kompetensi kerja.


"Dalam hubungan industrial diharapkan adanya kebijakan dan peraturan yang dapat menciptakan hubungan industrial yang harmonis dan dalam penempatan TKI diharapkan ada kebijakan yang memberi rasa aman dan perlindungan," ujarnya usai membuka Rapat Konsolidasi Program 100 Hari Depnakertrans.


Tentang  pelatihan dan peningkatan kompetensi kerja, ia mengharapkan ada kebijakan dan peraturan untuk pengembangan pelatihan kerja berbasis kompetensi yang dilaksanakan lembaga pelatihan kerja di pusat dan daerah.


"Program 100 hari ini adalah kebijakan yang mendorong dan mempercepat seperangkat prioritas kebijakan yang secara langsung maupun tidak langsung yang dapat dirasakan masyarakat," jelas Muhaimin yang mengharapkan ada  gerak langkah yang selaras antara pemerintah dan koordinasi yang efektif antara Depnakertrans dengan pemda provinsi dan kabupaten/kota.(tri/B)


Tangisan Bocah Penderita Kurang Gizi



Sen, Des 14, 2009

Daerah

PANYABUNGAN (Berita sore): Seorang anak kecil yang miskin di Tabargot Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Sabtu [11/12], menderita gizi buruk. Amelia, demikian nama bayi berusia 4,5 tahun) itu, hanya memiliki berat badan tiga kilogram.

Amelia seringkali menangis karena kurangnya asupan gizi yang diterima tubuhnya, Karena Kemiskinan yang dialami orang tuanya Amelia menanggung Penderitaan Gizi Buruk.

Amelia adalah potret kehidupan sebuah keluarga miskin. pasangan Zaelani dan Murni bukannya tak mengerti jika sang anak tumbuh tak normal karena kurang gizi.. Namun, dia tak  berdaya ketika dihadapkan pada kewajiban memberi makanan bergizi bagi Amelia. Demikian pula ketika harus membawa sang buah hati ke rumah sakit murni tidak mampu membayar biaya yang bekerja sebagai Pembuat tempat ikan, biaya yang dibebankan terlalu tinggi untuk bekerja sebagai Pembuat Tempat Ikan  penggarap seperti dirinya.

Dan warga juga membantu keluarga Zailani Dan Murni agar Amelia Bisa Di bawak kerumah sakit, Yhuga "mengatakan" Memang melihat nasib Bocah Kecil Yang Berumur 4,5 Tahun nasib Bocah malang ini sangat memperhatinkan di Desa Tabargot, derita pun karena keadaan orang tua Amelia yang tidak mampunya apa-apa selainkan berdo'a untuk kesehatan buat Amelia.

Zaelani adalah Orang tua Dari Amelia yang menderita Gizi Buruk Mengatakan Derita yang dialami Amelia, terjadinya Gizi buruk yang dia alami Amelia sejak bayi, karena saya tidak mampu membutuhi gizi untuk Amelia, dan Amelia berumur 4,5 tahun dia tetap Tidak sempurna bahkan perutnya saat ini juga terus membuncit, Zaelani mengharapkan perhatian Pemkab Madina agar Amelia bias dibantu dengan pengobatan Gratis untuk Amelia." ujarnya. (mag/isk)




Kemiskinan Picu Tingginya Traficking


By Republika Newsroom
Minggu, 13 Desember 2009

Gizi buruk dekat dengan kemiskinan dan kebodohan

SURABAYA--Sepanjang tahun 2009, sekitar 80 perempuan di bawah umur telah diperdagangkan di lokalisasi Dolly dan Jarak Surabaya Jatim. Sebanyak 33 orang diantaranya berhasil dientaskan, sedangkan sisanya masih bekerja di lingkungan prostitusi dengan pengawasan ketat.

Ketua Yayasan Abdi Kasih Lilik Sulistyowati mengatakan, selama 10 tahun terakhir, booming angka perdagangan anak sempat terjadi pada tahun 2005. Angka itu stabil sampai tahun 2006 kemudian turun drastis pada tahun 2007. Pada tahun 2008, kasus trafiking anak-anak di lokalisasi Dolly dan Jarak naik lagi dan memuncak pada tahun 2009 ini.

''Kasus ke 33 anak itu sudah ditangani kepolisian. Kami di sini punya pendekatan tersendiri kepada para mucikari, jika ada 'penghuni baru' datang dan di bawah umur, pasti dilaporkan ke kita, lalu kita koordinasi dengan kepolisian,'' kata Lilik Sulistyowati, Ahad (13/11).

Wanita yang berkecimpung mendampingi para perempuan seks komersial (PSK) di lokalisasi terbesar di Asia Tenggara sejak 1980-an itu mengatakan hal ini perlu effort yang besar untuk menyadarkan penghuni lokalisasi tentang larangan pedagangan anak-anak. '' Ini tidak bisa jika pemerintah hanya sekedar memberikan himbauan saja karena anak orang tidak mampu dari pedesaan yang datang ke kota sudah menjadi bidikan mereka,'' ungkapnya.

Perdagangan anak-anak untuk dilacurkan di lokalisasi ini, jelas dia dilakukan dengan beberapa modus, tapi yang cukup umum adalah diantarkan langsung oleh makelarnya dan ditunjukkan alamat langsung ke wisma tertentu dengan informasi ada lowongan kerja. ''Modus ini kerap saya dapati. Mereka selalu ditipu setelah sudah masuk mereka tidak kuasa berontak menghadapi mucukari yang sudah lihai menaklukkan anak-anak untuk di jadikan pemuas nafsu hidung belang,'' tandasnya.

Untuk meminimalisir pihaknya mengawasi pendatang baru di lokalisasi, dan mengawasi tumbuh kembangnya anak-anak di lingkungan lokalisasi. ''Mereka ini sangat rawan dan potensial terjerumus ke lokalisasi. Untuk itu memang kita harus bentengi benar-benar dengan berbagai wawasan terutama masalah keagamaanya,'' kata Vera panggilanya.

Upaya untuk mengentaskan mereka dari 'dunia hitam' ini dilakukan bekerjasama dengan pemerintah. Caranya, dengan mengajarkan ketrampilan khusus agar mereka punya bekal dan modal bekerja di sektor lain. Cara ini sudah berhasil mengentaskan ratusan PSK dari lokalisasi tersebut.''Sudah jalan dan berhasil,''terangnya.

Sementara memperingati hari Hari Anti Perdagangan Manusia yang jatuh pada hari Sabtu (12/12) lalu, ratusan anak dan remaja yang tinggal di sekitar lokalisasi Dolly mengkampanyekan penolakan perdagangan anak di lingkungan prostitusi terbesar di Asia Tenggara itu.

Sambil membentangkan spanduk besar, anak-anak dan remaja yang tergabung dalam komunitas Taman Bacaan Kawan Kami di Lokalisasi Jarak itu juga menempelkan stiker penolakan trafiking di jendela dan pintu-pintu wisma.

Koordinator Taman Bacaan Kawan Kami yang juga koordinator kampanye mengatakan Hari Anti Perdagangan Manusia adalah komitmen bersama warga dunia memerangi trafiking. Momentum ini bersamaan dengan ditandatanganinya Protokol Palermo 12 Desember 2000. Protokol ini baru diratifikasi pemerintah RI setahun silam.

Vera menegaskan kampanye ini juga mengingatkan warga lokalisasi agar tetap menolak perdagangan anak. ''Kemiskinan memang jadi pemicu signifikan, tetapi peran keluarga tak kalah signifikan mencegah terjadinya perdagangan manusia. Seharusnya para orangtua tetap mengawasi anaknya. Jangan sampai anak-anak mereka dijual dengan dalih apapun,'' pungkasnya. masduki/pur



65 Persen Warga Kabupaten Kupang Miskin

   
Ditulis oleh Hans  
Sunday, 13 December 2009

Kupang, NTT Online - Angka kemiskinan di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga 2009 masih cukup tinggi yakni mencapai hampir 65 persen dari jumlah penduduk 374.632 jiwa.

"Angka kemiskinan kita masih cukup tinggi yakni 64,94 persen yang harus ditanggulangi," kata Bupati  Ayub Titu Eki pada semiloka satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan (MP) di Kupang, Sabtu.

Kemiskinan di Kabupaten Kupang, katanya, dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yakni kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural dan kesenjangan antarwilayah.

Upaya penanggulangan kemiskinan ini, lanjutnya, harus menggunakan pendekatan multidimensi yakni pemberdayaan. Pola pemberdayaan yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK), PNPM MP, perkotaan dan daerah tertinggal.

"Pola PNPM Mandiri itu merupakan pola penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan," katanya. PNPM MP, katanya, merupakan pengembangan dari PPK yang dinilai berhasil. Keberhasilannya, antara lain, membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan kelompok masyarakat miskin.

Pelaksanaan pola PNPM MP di Kabupaten Kupang, lanjutnya, telah dilaksanakan sejak 1998 melalui program yang dikenal dengan PPK di lima kecamatan dengan alokasi dana sebesar Rp 4,2 miliar lebih. Pada tahun 2008, katanya, alokasi dana PNPM MP telah mencapai Rp 75 miliar lebih untuk  pemberdayaan di 14 kecamatan.

Sedangkan, sesuai kesepakatan antara pemerintah pusat, Kabupaten Kupang dan Sabu Raijua, maka PNPM MP pada 2009 dialokasikan di 27 kecamatan dengan total dana bantuan langung masyarakat (BLM) sebesar Rp 56 miliar.

Dana itu bersumber dari APBN sebesar Rp 44,8 miliar atau 80 persen, dan APBD II Kabupaten sebesar 11,2 miliar atau 20 persen. Dia berharap, alokasi dana itu mampu menggerakkan sektor perekonomian dan membuka lapangan pekerjaan di pedesaan, sehingga bisa mengurangi angka kemiskinan, sekaligus menekan urbanisasi. kompas.com


13 Desember 2009

Lapak Tepi Sungai Jadi Paru-paru Kota

TATA RUANG
Lapak Tepi Sungai Jadi Paru-paru Kota
 
Jumat, 11 Desember 2009 | 07:29 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - Bantaran Sungai Kalibaru di Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, dijadikan ruang terbuka hijau setelah sejumlah 93 lapak di tepi sungai ini dibongkar, Kamis (10/12).

Camat Ciracas Syarifudin mengatakan, sebanyak 93 bangunan liar dibongkar. Bangunan-bangunan itu terletak di tepi sungai yang curam sehingga rawan longsor.

"Kondisi bantaran kali cukup curam karena ada bagian tanah yang longsor. Lokasi itu membahayakan keselamatan orang yang ada di atasnya termasuk para pedagang sehingga kami meminta mereka pindah. Nantinya, lahan bekas tempat berjualan ini akan dijadikan jalur hijau," tutur Syarifudin.

Bangunan liar yang dibongkar sepanjang 1,6 kilometer, dengan lebar lahan sekitar delapan meter. Dengan demikian, ada sekitar 1,2 hektar lahan bekas tempat berjualan yang bisa dijadikan ruang terbuka hijau.

Syarifudin mengatakan, pihaknya akan menanami daerah terbuka dengan pepohonan sehingga bisa berfungsi sebagai paru-paru kota.

Sejak pagi, pedagang di Kilometer 26 Jalan Raya Bogor itu membongkar sendiri lapak mereka. Pembongkaran dilakukan menyusul keluarnya surat peringatan ketiga untuk mengosongkan areal itu dalam waktu 24 jam terhitung sejak Rabu.

"Daripada dibongkar aparat, lebih baik kami bongkar sendiri lapak-lapak ini sehingga barang yang masih bisa dipakai dapat kami selamatkan," ujar Effendi, salah seorang pedagang.

Dia mengatakan para pedagang harus memilih sendiri lokasi baru untuk berjualan karena Pemerintah Kota Jakarta Timur tidak menyediakan tempat relokasi. Pedagang juga tidak diberi ganti rugi karena mereka menempati lahan terbuka hijau. Secara keseluruhan, pembersihan lahan di bantaran sungai itu berjalan aman. (ART)


http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/12/11/07292432/Lapak.Tepi.Sungai.Jadi.Paru-paru.Kota


Pusat Perbelanjaan Bertambah, Pengemis Juga Bertambah

Pusat Perbelanjaan Bertambah, Pengemis Juga Bertambah

Hindra Liu
Ilustrasi
Jumat, 11 Desember 2009 | 11:25 WIB

KENDARI, KOMPAS.com — Pengemis anak-anak ataupun dewasa di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, kini semakin marak menghiasi halaman berbagai pusat perbelanjaan dan tempat hiburan di daerah ini. Situasi ini membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Jumat ini, para pengemis tersebut umumnya mangkal di halaman toko, supermarket, di depan bank, restoran, warung makan, depan masjid, dan kafe. Mereka meminta uang dari para pengunjung yang baru keluar dari tempat tersebut.

Pengemis-pengemis itu baru muncul beberapa tahun terakhir menyusul semakin banyaknya tempat-tempat perbelanjaan dan hiburan di ibu kota Provinsi Sultra, yang tidak diikuti dengan peningkatan kesejahteraan penduduknya.

Bahkan, beberapa anak dengan pakaian compang-camping, dengan sopan dan bersikap ramah, meminta uang kepada pengunjung, tetapi tidak jarang mereka berbuat kasar dan sedikit memaksa agar mereka diberi uang. Terkadang mereka juga mengumpat jika tidak diberi uang.

Di kawasan Mal Mandonga, misalnya, jumlah anak pengemis ada sekitar 25-30 orang, kemudian di Wuawua dan tempat-tempat toko terbilang ramai pengunjung mencapai 35-40 orang, sementara di kawasan kota lama sekitar 15-20 orang.

Pemerhati LSM di Kendari, Hj Mety Djamaluddin Safaa, menyatakan sangat prihatin dengan semakin tumbuhnya jumlah anak-anak dan orangtua pengemis di daerah ini, yang pada tahun-tahun sebelumnya tidak pernah terlihat.

"Bertambahnya jumlah pengemis di kota ini dan bahkan di kabupaten lain di Sultra membuktikan bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang masih miskin dan tidak malu-malu lagi untuk meminta karena mereka butuh makan," katanya.

Seharusnya, katanya, pemerintah secara berkesinambungan membina mereka karena kaum miskin dan anak-anak telantar merupakan kewajiban negara untuk menanganinya.


http://regional.kompas.com/read/xml/2009/12/11/11250411/Pusat.Perbelanjaan.Bertambah..Pengemis.Juga.Bertambah


Jelang Tahun Baru dan Natal, Gepeng Dirazia

Senin, 14/12/2009 11:46 WIB
Jelang Tahun Baru dan Natal, Gepeng Dirazia
Imam Wahyudiyanta - detikSurabaya



Razia gepeng jelang natal/Imam Wahyudiyanta

Surabaya - Setiap tahunnya menjelang natal dan tahun baru, jumlah gelandangan dan pengemis (gepeng) semakin bertambah di Surabaya. Mereka memanfaatkan momen tersebut untuk mencoba mengais rezeki.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Satpol PP Kecamatan Pabean Cantikan menggelar razia gepeng. Razia dilakukan dengan tujuan tempat-tempat transportasi umum.

"Razia kami lakukan di pelabuhan dan stasiun karena di tempat itulah para gepeng biasanya mangkal. Tapi kami juga akan mengamankan gepeng yang kami temui di jalan," ujar Komandan Regu Satpol PP Kecamatan Pabean Cantikan, Hariadi kepada wartawan di Stasiun Surabaya Kota, Jalan Stasiun Kota, Senin (14/12/2009).

Razia dilakukan di Gapura Surya Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Dermaga Ujung dan Stasiun Surabaya Kota. Di Gapura Surya petugas tak berhasil menggaruk satu gepeng pun. Di Dermaga Ujung, 2 gepeng dapat diamankan. Saat melewati Jalan Perak Barat, 2 gepeng juga diangkut ke dalam mobil petugas. Dan di Stasiun Surabaya Kota, satu gepeng dapat diamankan.

Di Stasiun Kota, petugas sempat kejar-kejaran dengan seorang gepeng yang hendak ditangkap. Pria tanpa identitas itu bahkan sempat menerobos jalan raya sehingga merepotkan petugas. Petugas akhirnya dapat menangkap pria tersebut. Karena menolak dibawa, petugas terpaksa harus menggotongnya.

Salah satu gepeng yang sudah diamankan pun sempat lari dari dalam mobil saat petugas sedang lengah. Tetapi belum sempat berlari jauh, gepeng itu dapat diamankan kembali. "Gepeng-gepeng tersebut akan kami serahkan ke Liponsos," tandas Hariadi. (iwd/fat)


http://surabaya.detik.com/read/2009/12/14/114610/1259641/466/jelang-tahun-baru-dan-natal-gepeng-dirazia


Pengamen Jalanan Perlu Perhatian Pemerintah

Pengamen Jalanan Perlu Perhatian Pemerintah

KOMPAS/AGUS SUSANTO
Sejumlah anak jalanan dengan membawa gitar kecilnya naik di pintu bus yang melaju di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (27/7). Mengamen dari bus ke bus biasa dilakukan oleh anak-anak jalanan. Risiko jatuh dari pintu bus tak dihiraukan oleh mereka, yang penting mengamen dan dapat uang.
Sabtu, 12 Desember 2009 | 12:54 WIB

GORONTALO, KOMPAS.com--Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Gorontalo, Nixon Rahman menyatakan bahwa para pengamen jalanan tidak luput dari perhatian pemerintah.

"Saat ini, sudah banyak pengamen yang turun ke jalan dan sejumlah rstoran di daerah itu," Ujarnya, Jumat.

Menurutnya, ini sudah menjadi tugas pemerintah untuk ikut memperhatikan nasib dari para pengamen, yang telah masuk dalam kategori anak-anak yang perlu mendapat pembinaan.

"Pemerintah akan mengupayakan berbagai kegiatan penyaluran tenaga kerja, yang sesuai dengan keahlian yang mereka miliki, sehingga mereka tidak perlu mengamen lagi," Tambahnya.

Tambahnya, bagi pengamen yang berasal dari luar daerah Gorontalo, pemerintah akan mengembalikannya ke daerah asalnya.

Dia mengatakan bahwa, nasib dari para pengamen ini, tidak hanya jadi perhatian dari pemerintah tetapi seharusnya juga mendapat perhatian dari masyarakat setempat.

"Mereka juga tentu ingin mendapatkan hidup yang normal layaknya para remaja seperti,mengenyam pendidikan,tanpa perlu mencari nafkah," Katanya.

Dia menjelaskan bahwa,mereka juga adalah bagian dari masyarakat yang layak mendapatkan hak-hak sebagai warga Negara Indonesia seperti yang tertera dalam UUD 1945.

"Untuk itu, lihatlah mereka sejenak, dan mari duduk bersama untuk berdiskusi dan mencari solusi, agar mereka mampu menjadi sumber daya manusia yang berkualitas untuk turut membangun bangsa ini," Katanya.

JY

http://oase.kompas.com/read/xml/2009/12/12/12540059/Pengamen.Jalanan.Perlu.Perhatian.Pemerintah


Pemukiman Padat Penduduk di Jembatan Besi Terbakar

Kamis, 10/12/2009 15:44 WIB
Pemukiman Padat Penduduk di Jembatan Besi Terbakar
Nala Edwin - detikNews


Jakarta - Kebakaran terjadi di pemukiman padat peduduk di Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat. 15 Unit pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan kobaran api.

"Yang terbakar lebih dari sepuluh rumah, apinya masih besar," kata Aji, warga sekitar lokasi melalui fasilitas Info Anda detikcom, Selasa (10/12/2009) pukul 15.30 WIB.

Aji menyatakan saat ini waga masih sibuk menyelamatkan barang-barang berharga yang mereka miliki. "Warga masih sibuk mengungsikan barang, ramai sekali," katanya.

Sementara itu, Firman, petugas pemadam Jakarta Barat, menyatakan petugas pemadam telah mengerahkan 15 mobil pemadam untuk menjinakkan api. "Saat ini kita masih dalam upaya pemadaman," katanya.

(nal/nrl)


http://www.detiknews.com/read/2009/12/10/154403/1257924/10/pemukiman-padat-penduduk-di-jembatan-besi-terbakar


Banyak Pemulung Muncul, Korban Kebakaran Jual Puing-puing

Jumat, 11/12/2009 10:28 WIB
Kebakaran di Tambora
Banyak Pemulung Muncul, Korban Kebakaran Jual Puing-puing
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews


Jakarta - Pasca kebakaran, tiba-tiba saja banyak pemulung besi muncul di Tambora. Alhasil, pemilik rumah yang menjadi korban kebakaran lebih memilih puing-puing barang-barangnya yang telah dilalap api dijual kepada pemulung.

"Sudah nggak bisa dipakai lagi. Daripada dibuang mendingan dijual saja sekaligus dibersihkan dan dapat uangnya," ujar Rusdi, warga RT 2 RW 8, Kelurahan Jembatan Besi Tambora, Jakarta Barat, Jumat (11/12/2009).

Puluhan pemulung besi memasuki rumah-rumah korban kebakaran. Memang di sekitar lokasi kebakaran banyak tempat pemulung besi. Pemulung besi mengkais-kais puing bekas kebakaran.

Menurut Rusdi, para pemulung membeli puing-puing sisa kebakaran per borongan bukan per kg. Setelah mengobok-obok isi rumah korban, pemulung akan menghitung hasil yang didapatnya. Barulah pemulung menyebutkan berapa nilai puing-puing tersebut.

"Saya nggak tahu berapa. Kalau sudah selesai nanti ditaksir berapa harganya tapi bukan per kilo. Ini borongan," jelasnya.

Sementara itu pemulung besi, Ahmad mengaku mereka membeli puing kebakaran sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per rumah. "Kita nggak bawa timbangan. Kita kasih tahu harganya kalau setuju kita kasih uangnya," tandasnya.

(gus/iy)

http://www.detiknews.com/read/2009/12/11/102833/1258347/10/banyak-pemulung-muncul-korban-kebakaran-jual-puing-puing


200-an Rumah Ludes, Ratusan Warga Tambora Tinggal di Tenda

200-an Rumah Ludes, Ratusan Warga Tambora Tinggal di Tenda
Aprizal Rahmatullah - detikNews


Jakarta - 200-an rumah warga Tambora, Jembatan Besi, Jakarta Barat ludes dilalap si jago merah. Kebakaran yang melanda 5 RT di RW 08 itu mengakibatkan ratusan warga kehilangan tempat tinggal.

"Asal api diduga dari rumah salah seorang warga, Pak Kasirun, karena aktivitas memasak kue kering yang dia lakukan. Untuk korban kita bangun tenda pengungsian di lapangan di dekat sini," kata Wakil Camat Tambora Isnawa Adji di lokasi, Kamis (10/12/2009).

Sisa-sisa api masih tampak di RT 10, petugas pemadam terus berupaya melakukan pemadaman. Sedang puluhan warga tampak mengais-ngais sisa kebakaran dari puing rumah mereka.

Kebakaran terjadi sekitar pukul 14.30 WIB. 25 Mobil pemadam dikerahkan untuk memadamkan api di lingkungan padat penduduk tersebut. Tidak ada korban jiwa akibat kebakaran ini, hanya seorang warga mengalami luka karena terjatuh.

(ndr/gah)

http://www.detiknews.com/read/2009/12/10/181249/1258076/10/200-an-rumah-ludes-ratusan-warga-tambora-tinggal-di-tenda


400 Pengungsi Ditampung di 6 Tenda

Kamis, 10/12/2009 23:49 WIB
Kebakaran di Tambora
400 Pengungsi Ditampung di 6 Tenda
Aprizal Rahmatullah - detikNews

Foto: Aprizal Rahmatulah

Jakarta - Ratusan rumah di Kelurahan Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, ludes dilalap si jago merah. Sedikitnya 6 tenda disiapkan untuk menampung 400 pengungsi.

"Kita sudah persiapkan ada enam tenda dengan 400 pengungsi," kata Wakil Camat Tambora, Jakarta Barat, Isnawa Adjid kepada detikcom, Kamis (10/12/2009).

Selain itu, Palang Merah Indonesia (PMI) juga mengirimkan bantuan berupa 800 nasi kotak. Satu unit dapur umum juga disediakan oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, lengkap dengan 3 mobil tangki air, ambulans dan puskesmas 24 jam.

Kebakaran di Tambora terjadi pada pukul 14.30 WIB. Sebanyak 25 unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api.

Namun, api baru bisa padam sekitar pukul 23.15 WIB. Seorang petugas regu penyelamat meninggal dunia akibat tertimbun reruntuhan bangunan. Penyebab kebakaran diketahui berasal dari meledaknya gas di salah satu rumah penduduk.

(mei/mad)

http://www.detiknews.com/read/2009/12/10/234921/1258167/10/400-pengungsi-ditampung-di-6-tenda



Tetap update informasi

Bayi-bayi Kekurangan Susu & Makanan

Jumat, 11/12/2009 12:04 WIB
Kebakaran di Tambora
Bayi-bayi Kekurangan Susu & Makanan
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

 
Sisa-sisa Kebakaran di Tambora
Jakarta - Beberapa warga membuat posko bantuan bagi korban kebakaran di Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat. Namun posko itu masih kekurangan susu dan makanan bagi anak-anak.

"Banyak bayi dan anak kecil belum tersentuh bantuan. Mereka membutuhkan susu, pakaian, dan biskuit bayi," kata Ketua Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Dinas Sosial, Heni di Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, Jumat (11/12/2009).

Saat ini, bantuan yang sudah mengalir dari Palang Merah Indonesia (PMI) dan sejumlah LSM (Lembaga Sosial Masyarakat). Bantuan berupa mie instan.

"Kebanyakan yang disumbang banyak berupa mie Instan dan air mineral," kata Heni.

Data yang dikumpukan detikcom, posko bantuan dibagi menjadi empat kelompok besar. Semuanya merupakan gabungan warga RW 8, 9, dan 10. Posko I terdapat sekitar 315 orang pengungsi, posko II 276 orang pengungsi, posko III 310 orang pengungsi, dan posko IV sebanyak 210 orang pengungsi.

(fiq/nik)


http://www.detiknews.com/read/2009/12/11/120419/1258448/10/bayi-bayi-kekurangan-susu-makanan


Delapan Ratus Warga Tambora Mengungsi

Delapan Ratus Warga Tambora Mengungsi

 
11/12/2009 13:49
Liputan6.com, Jakarta: Akibat kebakaran yang melanda Tambora, Jakarta Barat, kemarin, kini sekitar delapan ratus warga terpaksa harus tinggal di pengungsian. Di antara para pengungsi, banyak terdapat anak-anak dan bocah bawah lima tahun. Tempat penampungan sementara itu berada di lapangan sepakbola di samping Kelurahan Kalianyar.

Para pengungsi yang membutuhkan selimut dan bahan kebutuhan pokok mengaku akan tetap bertahan. Mereka juga berharap agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat membantu pembangunan rumah yang rusak. Hingga kini aparat Kepolisian Sektor Metro Tambora masih menyelidiki penyebab kebakaran.

Sementara itu, petugas pemadam kebakaran bernama Sulistio Putranto yang meninggal dunia pada saat kejadian akan dimakamkan Jumat (11/12) siang. Sulistio tewas pada saat berupaya menjinakkan api di sebuah rumah warga di Tambora. Ia terjatuh dari sebuah lantai yang rapuh dan tertimbun batu bata [baca: Kebakaran Tambora Tewaskan Seorang Petugas]. Simak selengkapnya di video berikut.(WIL/ANS)


http://berita.liputan6.com/ibukota/200912/254195/Delapan.Ratus.Warga.Tambora.Mengungsi


Korban Kebakaran Tambora Butuh Pakaian

Korban Kebakaran Tambora Butuh Pakaian

Jum'at, 11 Desember 2009 | 16:08 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta - Korban kebakaran di Jembatan Besi kekurangan pakaian. Sebagian besar sumbangan yang diterima berupa bahan makanan.

"Kebanyakan warga tak sempat menyelamatkan barang-barangnya," kata Estiningsih, istri Ketua Rukun Warga 08 Kelurahan Jembatan Besi, di posko kebakaran, Jumat (11/12).

Kamis (10/12) petang, kebakaran terjadi di pemukiman padat penduduk di Jalan Kali Anyar, Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora. Seorang petugas pemadam kebakaran, Sulistyo Purwanto, meninggal karena tertimpa bangunan yang runtuh. Seorang warga yang tinggal di wilayah rukun warga 08 dirawat di Rumah Sakit Sumber Waras. "Ibu Nok kakinya bengkak. Mungkin patah karena loncat," kata Esti.

Api diduga berasal dari korsleting listrik dari sebuah rumah kontrakan di wilayah rukun tetangga 05/08. Angin kencang dan hawa panas, ujar dia, mempercepat penyebaran api. Apalagi, sebagian besar rumah di kawasan kumuh itu terbuat dari papan dan seng. Selain itu, bahan-bahan kimia dan kain usaha konveksi dan sablon merupakan media yang mudah terbakar. "Hanya satu dari tujuh RT yang nggak terbakar," ujarnya.

Sebagian besar warga yang bisa menyelamatkan perabot maupun pakaiannya. Bantuan yang diterima sejak Jumat pagi umumnya bahan makanan. Padahal, warga juga membutuhkan pakaian dan selimut/sarung. "Memang yang terpenting pakaian dan sembako. Di samping itu, bahan bangunan untuk memperbaiki rumah," katanya.

Sejak pagi, posko kebakaran RW 08 Kelurahan Jembatan Besi menerima bantuan bahan makanan dari Vihara dan kelompok warga keturunan Cina Kalimatan. Sebuah mobil boks datang usai salat Jumat. Puluhan kardus mie instan, minyak goreng, dan beras diturunkan dari mobil.

Pengurus rukun warga sengaja membatasi petugas pengurus posko. Seluruh petugas mengenakan kaos sama yang disumbang seorang warga. Tujuannya, membatasi arus manusia yang keluar masuk posko tersebut. Estiningsih pun mengenakan kaos putih dengan lengan merah yang berlogo produk semen. "Yang boleh masuk hanya petugas yang berseragam ini," ujarnya.

Posko juga didirikan partai politik dan kader partai politik. Misalnya, posko yang dirikan Effendi Simbolon, anggota DPR dari PDI Perjuangan, dan posko Partai Keadilan Sejahtera. Bahkan, seorang perempuan anggota Partai Amanat Nasional yang pernah menjadi aktris sinetron memajang foto dan lambang partainya di dekat posko warga. Sayangnya, posko partai-partai tersebut tak berkoordinasi dengan posko warga. "Mereka kayanya jalan sendiri saja," ujarnya.

Kebakaran yang terjadi di Jembatan Besi menghanguskan 177 bangunan di RW 08, dua bangunan di RW 09, dan 12 bangunan di RW 010. Sekitar 243 keluarga (1.578 jiwa) kehilangan tempat tinggal. Korban kebakaran tinggal sementara di delapan tenda di lapangan bola Persima. Tempat penampungan sementara itu terletak tak jauh dari pemukiman yang terbakar. Dapur umum rencananya aktif selama sepekan.

Pengurus rukun warga mengimbau warganya yang kehilangan surat-surat seperti kartu keluarga dan ijasah segera mendata ke Ketua RT masing-masing.


KURNIASIH BUDI

http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2009/12/11/brk,20091211-213301,id.html


Korban Tambora Diimbau Robohkan Rumah yang Terbakar

Korban Tambora Diimbau Robohkan Rumah yang Terbakar

Jumat, 11 Desember 2009 | 16:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Suku Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Kota Administrasi Jakarta Barat Indradjit mengimbau agar para korban kebakaran di Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, merobohkan rumah yang terbakar sebelum membangun kembali.

"Struktur kolom atau balok beton dan dinding bangunan bekas kebakaran berbahaya untuk digunakan kembali," ujarnya, Jumat (11/12/2009) di Jakarta.

"Lalu, perhatikan garis sepadan jalan (GJS) dan garis sepadan bangunan (GSB), serta jarak bebas antarbangunan dan sirkulasi udara," tambahnya.

Selain itu, para korban kebakaran juga diminta mengurus izin mendirikan bangunan (IBM) ke Dinas Perizinan Bangunan Kecamatan Tambora.

Saat ini, aktivitas warga Tambora telah mereda. Kotak-kotak dana tetap diedarkan di sekitar lokasi kebakaran. Sejumlah posko juga masih menerima bantuan dari warga sekitar.


http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/12/11/16543498/Korban.Tambora.Diimbau.Robohkan.Rumah.yang.Terbakar.


Korban Kebakaran Tambora Dilarang Huni Rumah

Korban Kebakaran Tambora Dilarang Huni Rumah
Jum'at, 11 Desember 2009 - 16:58 wib
TEXT SIZE :


Olivia Marietta - Okezone

Warga berupaya memadamkan api dalam kebakaran di Tanah Sereal, Tambora, Jakarta Barat, Kamis (10/12) malam. (Foto: Koran SI)

JAKARTA - Pascatewasnya Sulistyo Putranto, petugas pemadam kebakaran yang tewas tertimbun bangunan saat kebakaran kemarin sore, pemerintah daerah melarang warga korban kebakaran Tambora, Jakarta Barat, masuk dan membangun kembali rumah mereka.

Struktur balok, beton, dan dinding bekas kebakaran dikhawatirkan rapuh sehingga rumah rawan rubuh. Untuk itu, Pemda menempelkan pemberitahuan di setiap rumah yang terbakar.

"Kami dilarang oleh Pak RT dan Pemda untuk masuk ke dalam bangunan yang telah terbakar," kata Rudi (23), seorang warga korban kebakaran, Jumat (11/12/2009).

Menurutnya, jika hendak digunakan, warga harus membongkar terlebih dahulu bangunan mereka.

Pengawasan dan Penerbitan Bangunan Kota Administrasi Jakarta Barat, Indradjit menyatakan dinding maupun balok rumah warga yang terbakar lebih dari satu jam, sangat berbahaya untuk digunakan kembali.

Selain itu warga juga harus memperhatikan ketentuan pembangunan sesuai dengan Perda Nomor 7 Tahun 1991.

"Jika warga hendak membangun kembali harus memperhatikan garis sepadan jalan (GSJ) dan garis sepadan bangunan (GSB), serta jarak bebas antar bangunan, sirkulasi udara untuk menghindari hal yang tidak diinginkan," jelasnya.

Seperti diketahui, Sulis tewas saat berusaha memadamkan kobaran api. Dia dan dua rekannya tertimpa bangunan yang roboh akibat diamuk si jago merah.(ton)


http://news.okezone.com/read/2009/12/11/338/284214/korban-kebakaran-tambora-dilarang-huni-rumah


Korban Tambora Diimbau Robohkan Rumah yang Terbakar

Korban Tambora Diimbau Robohkan Rumah yang Terbakar 

Jumat, 11 Desember 2009 | 16:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Suku Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Kota Administrasi Jakarta Barat Indradjit mengimbau agar para korban kebakaran di Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, merobohkan rumah yang terbakar sebelum membangun kembali.

"Struktur kolom atau balok beton dan dinding bangunan bekas kebakaran berbahaya untuk digunakan kembali," ujarnya, Jumat (11/12/2009) di Jakarta.

"Lalu, perhatikan garis sepadan jalan (GJS) dan garis sepadan bangunan (GSB), serta jarak bebas antarbangunan dan sirkulasi udara," tambahnya.

Selain itu, para korban kebakaran juga diminta mengurus izin mendirikan bangunan (IBM) ke Dinas Perizinan Bangunan Kecamatan Tambora.

Saat ini, aktivitas warga Tambora telah mereda. Kotak-kotak dana tetap diedarkan di sekitar lokasi kebakaran. Sejumlah posko juga masih menerima bantuan dari warga sekitar.
Sent from Indosat BlackBerry powered by

HIN

Editor: made

Korban Kebakaran Tambora Tinggal di Tenda Pengungsian

Korban Kebakaran Tambora Tinggal di Tenda Pengungsian
Jumat, 11 Desember 2009 17:51 WIB 0 Komentar
Penulis : Intan Juita

Buzz up!


ANTARA/Ujang Zaelani
JAKARTA--MI: Ribuan warga Tambora, Jakarta Barat yang rumahnya musnah dilalap di jago merah dalam kebakaran kemarin, terpaksa tinggal di tenda pengungsian yang disediakan Pemkot Jakarta Barat di Lapangan Sepakbola Persima.

Hingga Jumat (11/12) siang para pengungsi korban kebakaran sudah dua kali memperoleh nasi bungkus dari posko bantuan. Namun mereka umumnya mengeluhkan tidak adanya fasilitas air bersih untuk MCK. Untuk kebutuhan mendesak mereka terpaksa mencari kamar mandi umum yang berada di sekitar lokasi.

Wali kota Jakarta Barat, Djoko Ramadhan yang meninjau lokasi kebakaran menginstruksikan kepada aparatnya untuk segera meneliti dinding bangunan sisa kebakaran. Ia meminta bangunan yang dinilai rapuh dan membahayakan harus secepatnya dirobohkan.

Kalau mau dibangun, tembok dirobohkan dulu kemudian dibangun tembok baru. "Jangan sampai jatuh korban jiwa karena tertimpa tembok yang rapuh," ujarnya.

Ia juga menginstruksikan Sudin Dikdas dan Sudin Dikmen agar mendata jumlah siswa yang menjadi korban kebakaran. Pendataan meliputi berapa siswa yang kehilangan seragam sekolah, buku serta perlengkapan sekolah lain. Selanjutnya pendataan diikuti dengan pemberian bantuan peralatan dan seragam.

"Saya minta kebakaran ini tidak terlalu lama mengganggu proses belajar mereka. Pada hari Senin mendatang, anak-anak harus kembali ke sekolah," pintanya.

Menurut Wakil camat Tambora, Isnawa Adji, berdasarkan hasil pendataan akhir, kebakaran itu menghanguskan 200 bangunan yang terdiri dari rumah tinggal dan bangunan lain. Sementara jumlah warga yang kehilangan tempat tinggal, mencapai 243 KK atau 1.578 jiwa.

Mereka semuanya ditampung di 8 tenda yang dipusatkan di lapang bola Persima, Kelurahan Kali Anyar. "Lapangan ini dipilih karena letaknya memang sangat dekat dan berbatasan langsung dengan kelurahan Jembatan Besi," paparnya. (Jui/OL-06)


http://www.mediaindonesia.com/index.php/read/2009/12/11/111002/38/5/Korban_Kebakaran_Tambora_Tinggal_di_Tenda_Pengungsian




 


Ini yang Ketiga Kali Rumah Saya Terbakar...

Ini yang Ketiga Kali Rumah Saya Terbakar...

 
Sabtu, 12 Desember 2009 | 09:12 WIB
Oleh Iwan Santosa

KOMPAS.com — Usman bin Arif (51) membersihkan puing-puing rumah keluarga berukuran 3 x 15 meter yang dihuni delapan orang di RT 02 RW 08 Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. "Ini yang ketiga kali rumah saya terbakar," katanya.

Usman dan para tetangga berulang kali menjadi korban kebakaran. "Giliran kebakaran seperti ikut arisan di sini," kata Adi, warga Gang Venus, Jembatan Besi, tersenyum kecut.

Usman pertama kali berkenalan dengan kebakaran tahun 1983. "Waktu itu tukang bajaj di belakang rumah ribut dengan istrinya. Ia tidak sengaja menendang lampu petromaks, api pun langsung menyambar rumah papan," katanya.

Kerugian kala itu tak seberapa karena bangunan yang ada sebagian besar berupa papan. Secara swadaya, Usman dan keluarga membangun kembali rumah di tengah gang sempit selebar 1,5 meter itu menjadi bangunan permanen dua lantai.

Tak dinyana, tahun 1996 kebakaran kembali terjadi di rumah tetangga yang terletak beberapa puluh meter dari rumah Usman.

Agar api tidak menjalar lebih jauh, Usman dan beberapa tetangga merelakan loteng rumah yang mulai dijilat api dihancurkan. "Untung kerusakan tidak parah. Dengan biaya sekitar Rp 4 juta, sudah bisa diperbaiki dalam seminggu," ujarnya yang baru sepekan bekerja sebagai sopir pribadi.

Usman dan Suhartini, istrinya, pelan-pelan membangun usaha warung bahan kebutuhan pokok. Dari usaha itu, setiap bulan mereka memperoleh penghasilan kotor Rp 1,5 juta.

Malang tidak bisa ditolak, untung tak dapat diraih. Kamis (10/12/2009) siang, kebakaran kembali terjadi di Jembatan Besi. Kebakaran meluluhlantakkan sekurangnya 200 rumah warga yang sebagian besar hidup menjadi buruh konfeksi. Rumah Usman termasuk salah satunya.

"Tidak ada yang tersisa. Cuma nyawa dan baju di badan yang selamat," ujar Usman, yang akan mengangkut sisa besi kerangka rumahnya untuk dijual.

Serangan api semakin ganas di Tambora karena di daerah hunian padat dengan rumah berdiri berimpitan itu terdapat industri konfeksi dan sablon. Keduanya menggunakan bahan-bahan mudah terbakar.

"Kalau satu rumah sudah terbakar, langsung cepat menjalar. Warga dan saya juga tidak sempat menyelamatkan harta benda," kata Haidi Haturidi (45), Ketua RT 02 RW 08, Jembatan Besi. Rumahnya pun dua kali menjadi korban kebakaran.

Nyonya Ade Sari (47), warga RT 05 RW 08, membenarkan, banyak warga yang jadi korban kebakaran lebih dari sekali. "Kalau saya dan tetangga dekat baru kena kali ini. Sejak kemarin kami belum ada yang menerima bantuan, kecuali nasi bungkus," ujar Ade yang menyelamatkan Indra (6), anak bungsunya.

Ade dan belasan ibu tinggal di tenda peleton yang dipasang Kodim 0503 Jakarta Barat. Saat ini, 800 warga hidup di tenda pengungsian di Lapangan Persima, Jembatan Besi.

Terlalu padat

Wakil Camat Tambora Isnawa Adji mengatakan, kepadatan wilayah itu lima kali dari ukuran normal. "Luas wilayah 542 hektar dengan penduduk resmi 260.887 jiwa," katanya.

Menurut Isnawa, upaya mengurangi risiko kebakaran ditempuh dengan operasi jaringan listrik di rumah warga bersama pegawai PLN. Razia sambungan liar dan jaringan yang rawan hubungan pendek dilakukan dua minggu sekali. Sosialisasi dan pelatihan untuk tanggap bahaya kebakaran terus dilakukan.

Ia menambahkan, pemerintah sebetulnya berharap wilayah Tambora bisa ditata ulang dengan membangun hunian vertikal (rumah susun).

Sudah waktunya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencontoh penataan kawasan kumuh melalui badan perumahan, seperti Housing and Development Board Singapura dan Malaysia. Kebijakan itu diharapkan mengubah kawasan kumuh menjadi lingkungan layak huni dan terjangkau bagi warga Tambora.


http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/12/12/09125575/Ini.yang.Ketiga.Kali.Rumah.Saya.Terbakar...


'Kebakaran di Pemukiman Padat Bisa Saja Disengaja'

 'Kebakaran di Pemukiman Padat Bisa Saja Disengaja'
Sabtu, 12 Desember 2009 - 09:09 wib
TEXT SIZE :


Taufik Hidayat - Okezone


JAKARTA - Musibah kebaran kini marak terjadi di kawasan padat penduduk. Pengamat Pertumbuhan dan Perkotaan Universitas Indonesia (UI) Johannes Frederik Warouw berpendapat, bisa saja kebakaran itu sengaja diatur oleh pihak-pihak tertentu sebagai modus pengambilalihan tanah.

"Ini cara-cara kuno. Ada unsur kesengajaan tapi memang susah dubuktikan," katanya saat berbincang dengan kepada okezone, Sabtu (12/12/2009).

Johannes mencontohkan, beberapa kebakaran yang tejadi di lahan kumuh, yang sedinya menjadi incaran pemerintah untuk penataan kota atau tanah itu menjadi incaran investor.

Dia juga menjelaskan, kebakaran di pemukiman kumuh atau padat penduduk lebih banyak dibebabkan oleh hubungan listrik arus pendek atau kompor meledak. Setelah rumah dipemukiman itu tidak lagi layak dihuni, warga korban kebakaran akan dilarang kembali menempati tempat tinggal mereka.

"Kecenderungungan ini terjadi di wilayah kumuh dan padat penduduk. Terkecuali kebakaran di pinggiran rel kereta api atau fasilitas umum lainnya. (Kesengajaan) ini tidak terjadi karena takut api menyambar kereta yang sedang melintas," tambahnya.

Menurut Johannes, kebakaran yang diduga disengaja ini adalah modus lama untuk mengambil alih tanah warga yang lama untuk menempati lahan itu. "Kebakaran direkayasa, dengan cara begitu tanah akan mudah diambilalih. Itu salah satu modus yang biasa digunakan," pungkasnya.(ded)


http://news.okezone.com/read/2009/12/12/338/284312/kebakaran-di-pemukiman-padat-bisa-saja-disengaja


'Kebakaran di Pemukiman Padat Bisa Saja Disengaja'

Megapolitan

'Kebakaran di Pemukiman Padat Bisa Saja Disengaja'
Sabtu, 12 Desember 2009 - 09:09 wib
TEXT SIZE :


Taufik Hidayat - Okezone


JAKARTA - Musibah kebaran kini marak terjadi di kawasan padat penduduk. Pengamat Pertumbuhan dan Perkotaan Universitas Indonesia (UI) Johannes Frederik Warouw berpendapat, bisa saja kebakaran itu sengaja diatur oleh pihak-pihak tertentu sebagai modus pengambilalihan tanah.

"Ini cara-cara kuno. Ada unsur kesengajaan tapi memang susah dubuktikan," katanya saat berbincang dengan kepada okezone, Sabtu (12/12/2009).

Johannes mencontohkan, beberapa kebakaran yang tejadi di lahan kumuh, yang sedinya menjadi incaran pemerintah untuk penataan kota atau tanah itu menjadi incaran investor.

Dia juga menjelaskan, kebakaran di pemukiman kumuh atau padat penduduk lebih banyak dibebabkan oleh hubungan listrik arus pendek atau kompor meledak. Setelah rumah dipemukiman itu tidak lagi layak dihuni, warga korban kebakaran akan dilarang kembali menempati tempat tinggal mereka.

"Kecenderungungan ini terjadi di wilayah kumuh dan padat penduduk. Terkecuali kebakaran di pinggiran rel kereta api atau fasilitas umum lainnya. (Kesengajaan) ini tidak terjadi karena takut api menyambar kereta yang sedang melintas," tambahnya.

Menurut Johannes, kebakaran yang diduga disengaja ini adalah modus lama untuk mengambil alih tanah warga yang lama untuk menempati lahan itu. "Kebakaran direkayasa, dengan cara begitu tanah akan mudah diambilalih. Itu salah satu modus yang biasa digunakan," pungkasnya.(ded)


http://news.okezone.com/read/2009/12/12/338/284312/kebakaran-di-pemukiman-padat-bisa-saja-disengaja


53 Titik di Jakarta Rawan Kebakaran

12 Desember 2009 | 11:16 wib | Daerah
53 Titik di Jakarta Rawan Kebakaran

Jakarta, Cybernews. Kebakaran hebat di Tambora yang menghanguskan lebih dari 200 unit rumah, diperkirakan bukan akhir dari kejadian serupa. Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta Paiman Napitupulu, Jumat (11/12), mengatakan di wilayah Ibukota Jakarta terdapat 53 titik daerah rawan kebakaran.

Lokasi itu antara lain Jembatan Besi, Kapuk, Tanah Tinggi, Tambora, dan sepanjang Jalan RM Martadinata.

Daerah-daerah yang teridentifikasi sebagai titik rawan terjadinya kebakaran ini dipantau terus oleh petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana.

Tetapi yang jadi masalah jumlah personel dan fasilitas yang tersedia tidak mendukung sehingga petugas selalu mengalami kesulitan untuk bekerja secara optimal di lapangan. Sekarang ini hanya ada 1.500 pegawai tidak tetap dan 1.600 pegawai tetap. Sedangkan jumlah armada pemadam kebakaran yang ada sekarang ini sebanyak 300 unit. Itupun, kata Paiman, rata-rata kondisinya sudah tua sehingga kualitasnya menurun.

"Idealnya jumlah armada ditambah 40 persen lagi sehingga dapat mencakup seluruh wilayah," katanya.

Kendala lainnya ialah fasilitas pompa air (hidrant) yang ada di pemukiman penduduk khususnya daerah yang padat. Menurut Paiman, banyak hidrant yang tidak berfungsi maksimal, antara lain karena sebagian komponennya dicuri masyarakat. Jika permasalahan ini tidak terpecahkan dikhawatirkan kebakaran di Jakarta akan terus terjadi sepanjang tahun dan akan selalu memakan korban jiwa baik dari warga maupun petugas.

Paiman mengungkapkan selama Januari sampai pertengahan Desember 2009 saja sudah tercatat 800 kasus kebakaran yang mengakibatkan kerugian materi mencapai Rp300 miliar. Peristiwa kebakaran itu mengakibatkan 43 orang meninggal, dua di antaranya petugas pemadam kebakaran.

Sementara itu kerugian materi yang ditimbulkan oleh kebakaran rumah penduduk di RW 08 Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, belum lama ini ditaksir mencapai Rp1 miliar.

( MIOL / CN12 )

Korban Kebakaran Dipermudah Bikin KTP

Korban Kebakaran Dipermudah Bikin KTP

Artikel Terkait: 
Sabtu, 12 Desember 2009 | 12:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Lurah Jembatan Besi, Ampeliyani, berjanji secepatnya menyelesaikan pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) serta kartu keluarga (KK) bagi warga korban kebakaran di wilayahnya. Pihaknya sedang mendata seluruh korban yang kehilangan KTP serta KK.

"Sudah kita cetak 20 KTP. Sekarang pendataan warga yang KTP dan KK-nya terbakar masih dilakukan," ucap Ampeliyani, ketika ditemui Kompas.com di lapangan Persima Kali Anyar, lokasi pengungsian, Sabtu (12/12).

Lurah mengatakan, setelah seluruh pembuatan KTP selesai, baru dilanjutkan dengan pembuatan KK. Sedangkan untuk pembuatan akta kelahiran, pihaknya akan memberikan surat pengantar untuk selanjutnya diurus di Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil. Seluruh proses tersebut tidak dikenakan biaya apa pun. "Semuanya gratis," janjinya.

Pengungsian, kata dia, direncanakan tahap awal hingga hari Selasa pekan depan. Namun, kemungkinan akan diperpanjang hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Sedangkan untuk stok bahan makanan dan air bersih cukup untuk lima hari kedepan. "Masih cukup. Jika habis akan disuplai lagi," tutur Ampeliyani.

Api yang berkobar Jumat ( 10/12/2009 ) siang, menghanguskan 191 rumah di tiga RW. Akibatnya, 265 keluarga atau 1.736 jiwa harus mengungsi. Selain itu, kebakaran juga menewaskan seorang petugas pemadam kebakaran bernama Sulistyo Putranto (24) saat sedang bertugas.


http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/12/12/12542126/Korban.Kebakaran.Dipermudah.Bikin.KTP


Bayi Korban Kebakaran Tambora Sakit di Pengungsian

Bayi Korban Kebakaran Tambora Sakit di Pengungsian

Sabtu, 12 Desember 2009 | 17:31 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Korban kebakaran di Jembatan Besi mulai terserang penyakit. Perubahan cuaca ekstrim dan kurangnya kebersihan lingkungan diduga penyebab seorang bayi menderita kejang.

"Kalau siang kepanasan tapi malam kedinginan dan di tenda berdebu," kata istri Ketua Rukun Warga 08 Jembatan Besi, Estiningsih, di posko kebakaran, Sabtu (12/12).

Kamis (10/12) petang, pemukiman wilayah RW 08 Jembatan Besi, Tambora terbakar. Api diduga berasal dari korsleting listrik di sebuah rumah kontrakan di wilayah RT 05. Estiningsih mengatakan enam dari tujuh RT di wilayah RW 08 terbakar.

Sebagian besar korban kebakaran tak bisa menyelamatkan perabot dan hartanya. Korban kebakaran pun tinggal di tenda-tenda pengungsian di Lapangan Persima yang terletak tak jauh dari pemukiman yang terbakar.

Esti mengatakan perubahan cuaca ekstrim dan kondisi pengungsian berdampak negatif pada pengungsi. Petang ini, kata dia, seorang bayi menderita kejang. Suhu tubuh bayi bernama Hafiz (6 bulan) itu meninggi sejak tinggal di pengungsian.

Bayi itu sekarang masih dirawat petugas kesehatan. Infus pun diberikan pada anak itu. "Masih lemas kondisinya," katanya.

Kebakaran yang terjadi di Jembatan Besi menghanguskan 177 bangunan di RW 08, dua bangunan di RW 09, dan 12 bangunan di RW 010. Sekitar 243 keluarga (1.578 jiwa) kehilangan tempat tinggal. Korban kebakaran tinggal sementara di delapan tenda di lapangan bola Persima. Tempat penampungan sementara itu terletak tak jauh dari pemukiman yang terbakar. Dapur umum rencananya aktif selama sepekan.

Pengurus rukun warga mengimbau warganya yang kehilangan surat-surat seperti kartu keluarga dan ijasah segera mendata ke Ketua RT masing-masing.


KURNIASIH BUDI

http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2009/12/12/brk,20091212-213443,id.html


Ratusan Rumah Semi Permanen Dilalap Api

Ratusan Rumah Semi Permanen Dilalap Api

 
14/12/2009 00:41
Liputan6.com, Jakarta: Ratusan rumah semi permanen di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Ahad (13/12) sekitar pukul 23.00 WIB, dilalap si jago merah. Bangunan yang terbuat dari kayu menyebabkan api cepat merembet ke bangunan lainnya di atas lahan seluas tiga hektare itu. Apalagi, lokasi tersebut merupakan tempat pengumpulan barang-barang bekas.

Hingga kini, upaya pemadaman terus dilakukan. Namun, petugas pemadam kesulitan karena jalan menuju ke lokasi kebakaran tidak bisa dilalui kendaraan. Petugas hanya menyambung selang-selang untuk menyemprotkan air guna memadamkan api. Sejauh ini, belum diketahui penyebab kebakaran.(BOG)


http://berita.liputan6.com/ibukota/200912/254443/Ratusan.Rumah.Semi.Permanen.Dilalap.Api


Lapak Pemulung Pancoran Dilalap si Jago Merah

Lapak Pemulung Pancoran Dilalap si Jago Merah

 
Senin, 14 Desember 2009 | 00:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah kebakaran besar menghanguskan lapak-lapak penampungan barang bekas di Kampung Pancoran Buntu, Jakarta Selatan, Minggu malam.

Informasi dari Traffic Management Center Polda Metro Jaya, Minggu (13/12) malam menyebutkan, kebakaran mulai terjadi sekitar pukul 23.56 WIB, menghanguskan sekitar delapan lapak pemulung di Kampung Pancoran Buntu RT 06/RW 02, Jakarta Selatan.

Hingga berita ini diturunkan, sekitar 20 unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi, namun api belum dapat dipadamkan. Lokasi titik api yang sulit dijangkau menyulitkan petugas pemadam kebakaran memadamkan api.

Petugas kepolisian dari Direktorat Samapta telah berada di lokasi untuk mengamankan sekitar tempat kejadian. Belum dapat diketahui penyebab kebaran, namun diperkirakan kerugian materil mencapai ratusan juta rupiah.


http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/12/14/0023587/Lapak.Pemulung.Pancoran.Dilalap.si.Jago.Merah


Sehari-hari Bertaruh Nyawa, Kesejahteraan Seadanya

Sehari-hari Bertaruh Nyawa, Kesejahteraan Seadanya

Senin, 14 Desember 2009 - 1:00 WIB
|
More

GAMBIR (Pos Kota) – Beban tugas personil pemadam kebakaran (Damkar) di DKI Jakarta sangat berat. Nyawa pun dipertaruhkan. Namun, tugas berat ini belum disertai kesejahteraan yang memadai.

Sebab itu, Pemprov DKI Jakarta sudah saatnya menaikkan pendapatan petugas pemadam kebakaran.

"Kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut. Mereka bisa diibaratkan dengan tentara yang akan berperang. Mereka sudah dikontrak bahkan untuk mati sekalipun. Jadi pemprov harus mengimbanginya dengan memberikan uang kesejahteraan yang berbeda dibanding pegawai unit lainnya," kata Laode Jumaidin, Ketua Forum Warga Peduli Jakarta, kemain.

Menurut Laode, untuk bertugas mereka hanya mendapat uang jalan tidak lebih dari Rp20 ribu. Sedangkan gaji sesuai golongannya, tunjangan khusus Rp950.000, tunjangan jabatan Rp200.000-Rp 265.000, dan uang kesra Rp700.000.

Untuk pegawai tidak tetap, yang sekitar 1500 orang dari 3500 pegawai hanya mendapat uang kesra, masih dipotong pajak 15 persen, tanpa tunjangan lainnya.

"Mereka tidak bisa disamakan dengan petugas di unit lain. Mereka mempertaruhkan nyawa demi tugas yang dibebankan kepadanya," kata Laode.

Maringan Pangaribuan, anggota DPRD DKI Jakarta, setuju bila pemprov memperbaiki pendaptan petugas kebakaran. "Mengingat tugasnya sangat berat, saya setuju bila uang kesejahteraan mereka diberikan lebih baik dari pegawai di unit lainnya," katanya.

ARMADA 300 UNIT

Meski dengan keterbatasam, DR Paimin Napitupulu, Kepala Dinas Pemadam Kebakaan dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta, mengatakan pihaknya terus berupaya melaksanakan tugas dengan baik. "Sekarang ini, kami hanya ada 1.500 pegawai tidak tetap dan 1.600 pegawai tetap," ujarnya.

Sedangkan jumlah armada 300 unit. Itu pun, kata Paiman, rata-rata kondisinya sudah tua sehingga kualitasnya menurun. "Idealnya jumlah armada ditambah 40 persen lagi sehingga dapat mencakup seluruh wilayah," katanya.

Paimin mengungkapkan, selama Januari sampai pertengahan Desember 2009 saja sudah tercatat 800 kasus kebakaran yang mengakibatkan kerugian materi mencapai Rp300 miliar. Peristiwa kebakaran itu mengakibatkan 43 orang meninggal, dua di antaranya petugas pemadam kebakaran.

Untuk perbaikan kesejahteraan, katanya, pihak terus berupaya melakukan perbaikan. "Yang pasti kami tetap akan melaksanakan tugas kendati nyawa taruhannya, sesuai dengan moto Dinas pemadam kebakaan dan Penaggulangan Bencana,"tandasnya. (guruh/si)


http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2009/12/14/sehari-hari-bertaruh-nyawa-kesejahteraan-seadanya


Kebakaran di Pancoran, 1.500 KK Mengungsi

Megapolitan

Kebakaran di Pancoran, 1.500 KK Mengungsi
Senin, 14 Desember 2009 - 02:20 wib
TEXT SIZE :


Frida Astuti - Okezone

Ilustrasi Kebakaran

JAKARTA - Petugas pemadam kebakaran telah berhasil menjinakkan kobaran api di Jalan Pancoran buntu I dan II, Jakarta Selatan, Senin (14/12/2009). Kini, warga mengungsi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jagakarsa Setia Budi 3.

"Ada 1.500 kepala keluarga," ujar salah seorang warga yang juga menjadi korban sambil melintas di lokasi kejadian.

Pantauan okezone di lokasi, warga membawa barang-barang berharga yang masih bisa diselamatkan. Sebagian masih berada di tepi jalan dan di halaman ruko.

Saat ini petugas masih berupaya memadamkan bara api di sejumlah titik. Puluhan unit mobil pemadam kebakaran telah diturunkan ke lokasi.(lam)


http://news.okezone.com/read/2009/12/14/338/284642/kebakaran-di-pancoran-1-500-kk-mengungsi


Korban Kebakaran Menumpang di Warung Tenda

Korban Kebakaran Menumpang di Warung Tenda
Senin, 14 Desember 2009 - 02:46 wib
TEXT SIZE :


Frida Astuti - Okezone

Ilustrasi Kebakaran

JAKARTA - Kebakaran yang melanda permukiman pemulung di Jalan Pancoran Buntu I dan II, Jakarta Selatan, memaksa warga setempat mengungsi ke tempat yang lebih aman. Namun hingga dini hari ini, Senin (14/12/2009), kebanyakan warga masih bertahan di pinggir jalan.

Pantauan okezone di lokasi, warga terlihat sibuk membawa barang berharganya yang tersisa. Sebagian sudah ditampung di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jagakarsa Setia Budi 3. Lokasinya persis membelakangi titik kebakaran.

Beberapa warga menumpang sementara di warung-warung tenda di pinggir jalan.

Kondisi arus lalu lintas dari arah Pancoran menuju Pasar Minggu masih ditutup. Hanya motor yang bisa melintas. Sementara arah sebaliknya terlihat cukup ramai dan agak tersendat menjelang lokasi kebakaran.

Sebanyak 31 unit mobil pemadam kebakaran tengan melakukan cooling down di titik api.

(lam)

http://news.okezone.com/read/2009/12/14/338/284643/korban-kebakaran-menumpang-di-warung-tenda


Lapak Pemulung Ludes Terbakar

Lapak Pemulung Ludes Terbakar
500 Keluarga Ngungsi

Senin, 14 Desember 2009 - 6:09 WIB
|
More

PANCORAN (Pos Kota) – Ratusan lapak pemulung ludes dilalap sijago merah. Senin (14/12) dinihari. Kebakaran hebat yang terjadi di sebuah pemukiman padat penduduk di Kampung Pancoran Buntu II, RT 06 RW 02 Pancoran, Jakarta Selatan diduga berasal dari arus pendek listrik.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun sekitar 500 Kepala Keluarga akan kehilangan tempat tinggalnya.

Api pertama kali terlihat pada pukul 23.00 dari rumah seorang warga. Dengan cepat api menghanguskan bangunan semi permanen tersebut. Petugas pemadam mengalami kesulitan untuk memadamkan api. Pasalnya banyak sekali benda plastik berada di atas tanah seluas 4 Hektar milik pertamina tersebut.

Warga komplek perumahan sekitar yang berdekatan dengan lapak tersebut sempat panik. Mereka kemudian menyelamatkan harta bendanya. Sekitar 3 jam api berhasil dijinakan petugas pemadam kebakaran setelah 30 unit mobil DPK DKI Jakarta datang ke lokasi.

Menurut Didi, Seketaris RT 06 RW 02, ada sekitar 500 kepala keluarga yang menempati rumah semi permanen tersebut. Mereka kebanyakan bekerja sebagai pemulung dan para pedagang asongan kemudian mengungsi di depan Kantor Dinas Pajak yang letaknya di depan Jalan Pancoran Buntu I tersebut. "Sekitar 500 KK kehilangan tempat tinggal. Mereka sekarang mengungsi didepan kantor pajak," ungkapnya.

(C3/sir)

http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2009/12/14/500-keluarga-ngungsi


Warga Korban Kebakaran Butuh Bantuan

Warga Korban Kebakaran Butuh Bantuan

Artikel Terkait
 
14/12/2009 07:26
Liputan6.com, Jakarta: Ratusan warga, korban kebakaran di kawasan lapak pemulung di Pancoran, Jakarta Selatan, mengungsi ke tempat seadanya, Senin (14/12). Warga mengungsi ke gedung Kantor Pajak. Sebagian lainnya mengungsi di pelataran jalan depan rumah warga yang tidak terbakar.

Banyak di antara warga yang tidak sempat menyelamatkan harta bendanya. Namun, mereka tetap bersyukur lantaran sanak keluarganya selamat dari kebakaran. Saat ini warga sangat membutuhkan bantuan, seperti tenda, selimut, dan makanan.

Seperti telah diberitakan sebelumnya, ratusan rumah semi permanen di kawasan Pancoran tadi malam dilalap si jago merah. Bangunan yang terbuat dari kayu menyebabkan api cepat merembet ke bangunan lainnya di atas lahan seluas tiga hektare itu. Hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab kebakaran [baca: Ratusan Rumah Semi Permanen Dilalap Api].(IAN)


http://berita.liputan6.com/ibukota/200912/254461/Warga.Korban.Kebakaran.Butuh.Bantuan



Sponsored Links

Penanggulangan yang Tidak Komunikatif

BENCANA
Penanggulangan yang Tidak Komunikatif

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air guna memadamkan sisa-sisa api yang baru saja menghanguskan sejumlah rumah di kawasan Pademangan, Ancol, Jakarta Utara, Selasa (1/12). Belum diketahui secara pasti penyebab musibah ini.
 
Senin, 14 Desember 2009 | 08:01 WIB
Oleh M Clara Wresti dan Neli Triana


KOMPAS.com - Kamis (3/12), Waridi (53) terlihat sangat kepanasan. Dengan baju yang agak kebesaran dan tidak dikancing, Waridi mengipas-ngipas tubuhnya di bawah tenda darurat di halaman sebuah gudang di Jalan Lodan, Ancol, Jakarta Utara.

Warga RT 04 RW 01, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, itu memang sedang mengungsi di tenda yang panas. Dia menjadi salah satu dari 330 jiwa korban kebakaran yang terjadi pada Selasa (1/12) siang.

"Sudah dua malam di sini. Panas dan banyak nyamuk. Tetapi mau di mana lagi, wong rumah saya rata dengan tanah. Hanya baju yang saya pakai yang tersisa," kata Waridi yang sehari-hari bekerja sebagai sopir.

Waridi, dan ribuan warga Jakarta lainnya, tahun ini menjadi korban bencana yang terus-menerus terjadi di Jakarta. Kebakaran dan banjir silih berganti, membuat warga harus meninggalkan rumahnya dan mengungsi di tenda-tenda darurat.

Untuk kebakaran saja, per 1 Januari 2009 hingga Senin (7/12), Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta mencatat telah terjadi 765 kali peristiwa kebakaran di wilayah DKI Jakarta, dengan perkiraan kerugian material sebesar Rp 242.958.870.000.

Angka keseringan kebakaran juga amat tinggi pada 2008, yaitu mencapai 818 kasus, pada 2007 terdapat total 734 kebakaran, pada 2006 ada 490 kebakaran, dan pada 2005 mencapai 680 kasus. Tingkat kerugian per tahun rata-rata Rp 140 miliar-Rp 250 miliar. Basis data Kompas mencatat, sejak 2004 hingga 2009 terdapat sekitar 30 kali kebakaran di Tambora dan sekitar 45 kali kebakaran di Penjaringan.

Dari banyaknya korban, terlihat warga Jakarta belum siap menghadapi bencana yang setiap saat bisa terjadi. Nuzul Achjar, peneliti dari Universitas Indonesia, menyatakan, meski memiliki kelengkapan data, termasuk data daerah rawan kebakaran, memang belum ada upaya serius dari pemerintah untuk menyadarkan masyarakat. Seusai kebakaran, setelah memberikan pertolongan dan tempat mengungsi, tidak pernah ada arahan bagi warga bagaimana membangun rumah sehat, apalagi menata perkampungan agar lebih nyaman dihuni.

Penyuluhan

Pada penyuluhan di tingkat lokal, seperti kegiatan RT, pengajian ibu-ibu, atau arisan warga, bahaya kebakaran belum menjadi topik utama yang sengaja terus dibicarakan untuk kampanye menghindari bencana rutin itu.

"Padahal, kesadaran di tingkat komunitas itu yang paling perlu ditingkatkan. Antarwarga bisa saling mengingatkan jika di rumah salah satu warga berpotensi terbakar karena ada penggunaan alat yang salah, bisa saling memerhatikan penggunaan peralatan listrik yang menjadi sumber utama kebakaran, bisa disediakan sumber air bersama untuk pemadaman, rute evakuasi, dan masih banyak lagi. Warga jadi tidak bergantung sepenuhnya pada petugas pemadam kebakaran," kata Nuzul.

Menurut Nur Iman, Ketua RT 02 RW 11 Koja, Jakarta Utara, selama ini setiap kali terjadi bencana, warga hanya mengandalkan kerja sama gotong royong antarwarga. Semua bencana diatasi dengan instingtif, tanpa sebuah sistem yang efektif untuk mengatasi bencana. Kalau ada kebakaran, ya disiram dengan air. Kalau ada banjir, ya saling membantu untuk mengungsi dan angkut-angkut barang. Sementara prosedur standar untuk mengatasi bencana yang efektif belum dikuasai oleh warga masyarakat.

Yang terjadi di masyarakat, mereka secara sendiri-sendiri berusaha mencegah. Misalnya saja yang dilakukan Suyudi (46), warga RT 02 RW 11 Koja. Dia mengganti semua kabel listriknya setelah 10 tahun menggunakannya.

"Sebenarnya saya juga tidak tahu kabel listrik itu harus diganti. Lalu orang yang mengontrak rumah saya bilang, kabel yang sudah tua akan mudah memicu kebakaran. Makanya saya ganti semua kabel yang ada di rumah," kata Suyudi.

Atau, Siti (28), salah seorang pengontrak di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara. Bersama sesama pengontrak, dia selalu bergantian jika akan menggunakan listrik untuk menyetrika atau memasak nasi dengan magic jar. "Di sini daya listriknya tidak besar. Kalau tidak bergantian memakai, pasti akan mati. Kami takut, kalau keseringan mati, akhirnya malah kebakaran," tutur Siti.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memang sudah berupaya menanggulangi bencana. Pada tahun 2002, semua RT di Jakarta diberikan alat pemadam api ringan (APAR). Sementara RW-RW yang rawan kebakaran diberikan alat pemadam api ukuran 40 kilogram. Menurut Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta saat itu, upaya masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi bencana akan lebih efektif jika dibekali alat yang tepat.

Pada saat yang sama, setiap kantor RW juga dipasangkan alarm yang tersambung langsung ke suku dinas kebakaran dan penanggulangan bencana setempat. Jadi, jika terjadi bencana, warga cukup menekan tombol merah, dan petugas akan menghubungi kantor RW itu. Dengan alarm ini diharapkan petugas bisa cepat tiba di tempat saat bencana terjadi.

Pekan lalu, Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana juga memberikan bantuan berupa mesin pompa portabel yang bisa dipakai untuk membuang air saat banjir, atau untuk menyemprotkan air saat kebakaran. Pompa ini berdaya cukup besar. Semprotannya saja bisa mencapai 50 meter.

Dengan belum adanya sistem penanggulangan bencana yang baku, pemberian alat-alat ini perlu dicermati agar tidak menjadi sia-sia. Misalnya saja APAR yang ada di RT dan RW saat ini banyak yang tidak bisa digunakan. Sebagian besar sudah habis masa uji penggunaannya. Ketika kebakaran terjadi, warga tidak bisa menggunakannya karena yang keluar hanya angin. Warga tidak tahu di mana harus mengisi ulang APAR. Kalaupun tahu tempatnya, warga pun tidak tahu bagaimana membawa APAR itu, terutama APAR yang besar.

Untuk alarm pun warga tidak tahu apakah masih berfungsi atau tidak. "Kami tidak berani mencoba. Takut kalau kami pencet, tahu-tahu mobil pemadam berdatangan," kata Fhylis Sudaryanto, Ketua Dewan Kelurahan Kalibaru, Jakarta Utara.

Dinas kebakaran

Sementara itu, Ngarno, Kepala Suku Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Utara, menuturkan, sebenarnya pihak pemerintah sudah berusaha membuat sistem pencegahan dan penanggulangan yang melibatkan warga. "Kami sudah melatih 14 angkatan warga menjadi Barisan Sukarela Kebakaran (Balakar) di Jakarta Utara. Setiap angkatan jumlahnya 35 orang," kata Ngarno.

Namun, Ngarno mengakui, walaupun sudah ada Balakar, kerugian akibat bencana masih tetap ada. Dia mengakui, segala upaya yang dilakukan pemerintah sering kali tidak berjalan dengan baik karena kesibukan masyarakat sendiri. "Ketika bantuan alat diberikan, warga pasti dibekali dengan informasi mengenai cara pemakaian dan pemeliharaan. Tetapi, ya karena mereka sibuk dengan penghidupan mereka, mencari nafkah satu hari untuk dimakan satu hari, bagaimana mereka bisa mengingat soal alat-alat itu," ujarnya.

Ngarno mengatakan, alat-alat yang diberikan oleh pemerintah adalah milik pemerintah sehingga pemerintahlah yang wajib mengisi ulang atau memelihara alat. Namun, pemerintah perlu dibantu untuk diinformasikan apakah alat itu masih berfungsi dengan baik atau tidak.

Sistem penanggulangan yang baku, pemeliharaan alat, dan komunikasi yang efektif ternyata menjadi sebuah kesatuan yang bisa mengurangi angka kerugian akibat bencana.


http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/12/14/08010054/Penanggulangan.yang.Tidak.Komunikatif


PSK Kremil Peduli Nasib Prita

elasa, 08/12/2009 11:09 WIB
PSK Kremil Peduli Nasib Prita
Imam Wahyudiyanta - detikSurabaya



Tangan PSK Saat Memasukkan Koin/Imam W

Surabaya - Meski profesi PSK dianggap sebagai profesi yang rendahan, namun mereka peduli terhadap nasib Prita Mulyasari, terdakwa kasus pencemaran nama baik terhadap RS Omni Internasional. Kepedulian itu diwujudkan PSK lokalisasi Tambak Asri (Kremil) dengan memberikan sumbangan uang koin.

"Sasaran kami memang para mucikari dan PSK di lokalisasi ini," ujar koordinator aksi, Daniel Lukas Rorong, kepada wartawan di Lokalisasi Kremil, Jalan Tambak Asri, Surabaya, Selasa (8/12/2009).

Aksi yang dilakukan Komunitas Blogger Tambak Asri (BeTA) tersebut dilakukan dengan mendatangi dan memasuki setiap wisma yang ada. Dan respon para PSK pun antusias, mereka dengan sukarela memasukkan koin yang mereka punya ke dalam kotak sumbangan.

Sayangnya, para kupu-kupu malam itu nampak malu-malu saat kamera wartawan menyorot wajah mereka. Alhasil, hanya tangan mereka dari bilik kamar saja yang tampak saat memasukkan koin sumbangan. Sebagai reward, sebuah jilbab diberikan kepada para PSK yang menyumbang.

Tak hanya para PSK dan mucikari, warga Jalan Tambak Asri pun tanpa dikomando ikut menyumbang. Mereka mencegat para sukarelawan dan memasukkan seluruh uang koin yang mereka punya.

"Kami sebagai orang kecil hanya bisa berbuat ini. Semoga orang-orang besar yang ada di sana bisa tergugah hatinya," ujar salah seorang warga Sumarni

Daniel sendiri mengatakan bahwa tidak ada target dalam aksi ini. Aksi akan dilakukan hingga tanggal 10. Koin sumbangan tersebut nantinya akan langsung dikirimkan ke Jakarta.

PSK saja peduli, bagaimana dengan anda ?

(iwd/bdh)

http://surabaya.detik.com/read/2009/12/08/110902/1255932/466/psk-kremil-peduli-nasib-prita


Sebanyak 80 Persen PSK di Batang Terserang Penyakit Seksual

Sebanyak 80 Persen PSK di Batang Terserang Penyakit Seksual


09/12/2009 00:16
Liputan6.com, Batang: Sedikitnya 80 persen dari 600 pekerja seks komersial yang mangkal di sejumlah lokalisasi di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, terserang penyakit infeksi menular seksual (IMS). "Risiko lagi, PSK yang mengidap penyakit itu masih melakukan praktik di sejumlah lokalisasi," kata Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Batang, Jatmiko, Selasa (8/12) seperti dikutip ANTARA.

Menurut Jatmiko, saat ini jumlah lokalisasi di Kabupaten Batang ada enam tempat yaitu Bong Cino, Boyongsari, Jrakah Payung, Wuni, Surodadi Barat, dan Suradadi Timur. Namun, katanya, kemungkinan para pelacur juga berpraktek di sejumlah warung remang-remang yang berada di sepanjang pantura Alas Roban dan Banyuputih sehingga penularan penyakit tersebut juga akan mudah menyebar.

"Penyakit IMS ini memang cepat dan mudah menular pada orang lain yang melakukan hubungan seks dengan penderita penyakit itu sehingga masyarakat kami imbau waspada," katanya. Jatmiko mengatakan, dari hasil skrining klinik IMS Puskesmas Banyuputih hingga November 2009, sedikitnya ada 50 PSK yang terserang Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).

Dari 50 pekerja komersial tersebut, katanya, hampir 50 persen masih melakukan praktik di lokalisasi jalur pantura Kabupaten Batang. "Dengan kondisi yang ada di Kabupaten Batang ini maka penyebaran HIV/AIDS sudah mengkhawatirkan karena jika 25 PSK yang mengidap HIV/AIDS masih beroperasi maka dimungkinkan dalam sebulan akan ada ratusan orang yang tertular penyakit itu," katanya.(JUM)

Sponsored Links

http://berita.liputan6.com/sosbud/200912/253906/Sebanyak.80.Persen.PSK.di.Batang.Terserang.Penyakit.Seksual


Razia PSK di Pasuruan Diwarnai Adu Mulut

Razia PSK di Pasuruan Diwarnai Adu Mulut

 
09/12/2009 20:27 | Razia 

Liputan6.com, Pasuruan: Petugas Satuan Polisi Pamong Praja menggelar razia Pekerja Seks Komersil (PSK) di sepanjang Jalan Raya Gempol-Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur. Razia semula tak membuahkan hasil, sebab tak satupun PSK berada di lokasi razia.

Petugas lantas melanjutkan penyisirannya ke sebuah kebun singkong. Dugaan petugas kali ini benar, sejumlah wanita diduga PSK ditangkap saat sedang bersembunyi. Para wanita malam tersebut lantas dibawa ke sebuah mobil yang telah disiapkan.

Razia kemudian dilanjutkan ke sejumlah warung remang-remang yang diduga dijadikan tempat mangkal para PSK. Sempat terjadi ketegangan di tempat tersebut ketika seorang wanita yang diduga PSK tidak mau dibawa petugas. Aksi tarik menarik pun terjadi antara petugas dan seorang lelaki yang mengaku sebagai suaminya.

Sebanyak 18 PSK yang ditangkap kebanyakan wajah lama. Mereka kemduian dibawa ke Kantor Satpol PP untuk didata dan dikirim ke panti sosial. Gubuk-gubuk yang dijadikan tempat mangkal kemudian dibakar petugas. Namun tindakan tegas petugas seakan percuma, karena dalam waktu tak butuh waktu lama untuk gubuk-gubuk baru bermunculan, begitupun dengan dengan para wanita malamnya. Selengkapnya, simak dalam video.(BJK/AYB)


http://buser.liputan6.com/berita/200912/254002/Razia.PSK.di.Pasuruan.Diwarnai.Adu.Mulut


Dianggap Mengganggu, PKL Diusir Satpol PP

Dianggap Mengganggu, PKL Diusir Satpol PP
Rabu, 9 Desember 2009 - 13:41 wib
TEXT SIZE :


Amirul Hasan - Okezone


JAKARTA - Sejumlah pedagang kaki lima yang semestinya bisa meraup untung besar dari massa aksi demonstrasi Hari Antikorupsi Sedunia terpaksa gigit jari. Mereka malah diusir, menjauh dari panggung utama unjuk rasa oleh Satpol Pamong Praja.

"Mengganggu, nanti ketabrak dan menghalang-halangi kendaraan," ungkap Komandan Satpol PP Menteng, Antawan kepada wartawan di Jalan Medan Merdeka Barat, Rabu (9/12/2009).

Lebih lanjut Antawan mengatakan, sesuai dengan aturan, pedagang memang dilarang berjualan di jalan-jalan protokol seperti Jalan Medan Merdeka ini. Kendati begitu, beberapa pedagang asongan yang tidak membawa gerobak diberikan toleransi.

"Sepanjang tidak mengganggu seperti itu (asongan) tidak apa-apa. Kalau menggunakan gerobak kan mengganggu," tambah Antawan.

Tindakan anggota Satpol PP ini tentu saja dikeluhkan oleh para pedagang. Mereka mengaku kecewa dengan tindakan aparat yang dianggap menhalanginya mencari rejeki.

"Repot amat mau cari duit buat keluarga," kata Kasyanto seorang pedagang es cincau kepada okezone.

Kasyanto dan teman-temannya sebenarnya berharap mendapat untung banyak dari unjuk rasa hari ini. Dia pun rela meninggalkan langganannya yang berada di Kemayoran. "Namanya juga usaha, siapa tahu di sini laris," tutur Kasyanto.

Namun harapan Kasyanto ini ternyata jauh panggang dari api. Belum sempat meraih untung dia sudah diusir. "Mana baru keluar lagi, belum laku," pungkasnya. (ded)


http://news.okezone.com/read/2009/12/09/337/283336/dianggap-mengganggu-pkl-diusir-satpol-pp


Perlu Dibuat Masterplan Pasar

13 Desember 2009 | 15:11 wib | Daerah
Perlu Dibuat Masterplan Pasar

Semarang, cyberNews. Upaya penyelamatan pasar tradisional serta penataan maraknya pasar modern serta PKL diwacanakan dengan rencana pengajuan usulan pembuatan masterplan. Hingga kini Pemkot belum memiliki panduan pengembangan pasar tersebut.

Kepala Dinas Pasar Kota Semarang, Ednawan Haryono mengatakan, adanya masterplan memiliki fungsi sebagai pemandu arah pengembangan pasar yang ada. Saat ini ada 41 pasar di Kota Semarang sehingga memang memerlukan konsep pengembangan yang jelas.

Apalagi saat ini serbuan pasar modern, terutama kategori minimarket, sudah merambah ke segenap kawasan permukiman. "Masterplan ini berfungsi pula untuk penataan," katanya, Minggu (13/12).

Ednawan menjelaskan usulan pembuatan masterplan tersebut diharapan bisa disetujui dan sudah bisa dimulai penggarapannya tahun 2010.

Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Semarang, Agung Budi Margono mengatakan, sudah saatnya Kota Semarang memiliki masterplan itu. Sebanyak 41 pasar yang sudah ada perlu dilindungi dan dikembangkan, baik yang dikembangkan Pemerintah maupun swasta.

Jangan sampai keberadaan pasar ditinggalkan konsumen hanya karena pasar itu tidak terurus.

"Adanya rencana penutupan supermarket Robinson di Simpanglima itu berarti menunjukkan tidak semua pasar modern bisa berkembang baik. Perlu kebijakan-kebijakan yang bisa mengakomodasi kebutuhan pasar maupun investor. Jangan sampai dibukanya akses seluas-luasnya investor pasar modern, justru menjadikan investor trauma. Karena pasar tidak mau menyerapnya," terangnya.

Ia menyebutkan, yang lebih penting dilakukan sebenarnya bukan sekadar pembuatan masterplan. Komitmen Pemkot yang kuat untuk menghidupkan pasar tradisional serta penataan PKL justru lebih dibutuhkan.

"Apa artinya masterplan tanpa ada komitmen," paparnya.

Disebutkan pula pembangunan pasar, namun dalam perjalanannya tidak bisa berkembang baik, di antaranya Pasar Banjardowo dan Meteseh.

"Adanya masterplan setidaknya bisa memandu dalam pengembangan sebuah pasar,'' tandasnya.


http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2009/12/13/41971




Makam Malaka di Tepi BKT Dibongkar

BANJIR KANAL TIMUR
Makam Malaka di Tepi BKT Dibongkar

KOMPAS.COM/M SUPRIHADI
Ilustrasi
Rabu, 9 Desember 2009 | 07:08 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - Pembongkaran makam di tempat pemakaman umum atau TPU Malaka, Pondok Kopi, sudah rampung, Selasa (8/12). Makam di tepi kawasan Banjir Kanal Timur dipindahkan meski tanpa disaksikan ahli waris.

Tercatat 100 makam yang dipindahkan ke TPU Kalisari di Pasar Rebo, kemarin. Sebelumnya, 487 makam sudah dipindahkan sejak Oktober.

Kepala Suku Dinas Pemakaman Jakarta Timur Made Sudiartha mengatakan, pemindahan makam yang terkena proyek BKT di TPU Malaka sengaja dilakukan belakangan karena belum ada ahli waris yang menghubungi dinas pemakaman.

"Setelah ditunggu hingga 5 Desember, tetap tidak ada ahli waris yang menghubungi kami, akhirnya pembongkaran makam tetap dilakukan tanpa disaksikan ahli waris," ujarnya.

Sementara di TPU Cipinang Besar Selatan, kemarin, delapan makam dipindahkan setelah sebelumnya ada 26 makam yang dibongkar. Sepuluh makam lagi akan dipindahkan Rabu (9/12) ini. Semua makam dipindahkan ke TPU Pondok Rangon.

Made mengatakan, pihaknya telah mengumumkan rencana pembongkaran makam di media massa dengan harapan ahli waris bisa menghubungi pemerintah untuk mengurus pemindahan.

Walaupun hingga saat terakhir tidak ada ahli waris yang menghubungi pemerintah, Made mengatakan bahwa identitas jenazah juga dipindahkan ke tempat baru agar memudahkan ahli waris mencari kerabat mereka kelak.

Belum jelas

Sementara itu, sejumlah warga yang tinggal di sekitar TPU Malaka belum mendapatkan kepastian tentang rencana penggusuran rumah mereka.

Muhayat (60), warga RT 09 RW 03 Kelurahan Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit, belum mendapatkan kepastian tentang penggusuran rumahnya. Muhayat tinggal sekitar 5 meter dari bibir jurang BKT dan sekitar 50 meter dari makam yang dibongkar di TPU Malaka.

"Dulu pernah ada pembicaraan antara warga dan pemerintah di kantor kelurahan. Tetapi, saya tidak dapat informasi tentang rencana pemberian ganti rugi," ucap Muhayat.

Pengukuran tanah juga telah dilakukan oleh petugas dari kelurahan, tetapi belum ada pengukuran resmi dari petugas Badan Pertanahan Nasional. Muhayat berharap pemindahan ini segera dipastikan karena warga mulai resah. Apalagi sejumlah pekerja dan warga ada yang meninggal karena tenggelam ke dasar kanal. (ART)


http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/12/09/07083394/Makam.Malaka.di.Tepi.BKT.Dibongkar