08 Desember 2009

BPS: Angka Kemiskinan 2010 Berkisar 14, 15 Persen


dokumentasi Kompas
Warga miskin perlu perhatian pemerintah


Selasa, 8 Desember 2009

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan, angka kemiskinan pada 2010 tidak banyak berubah dengan 2009. Angka kemiskinan pada Maret 2009 berkisar pada 14,15 persen dan data yang akan keluar pada Maret 2010 angkanya mungkin masih pada kisaran itu.

Salah satu komponen perhitungan kemiskinan seperti penghitungan garis kemiskinan sangat dipengaruhi oleh harga-harga yang dikonsumsi masyarakat miskin. "Sekarang inflasi dari Maret ke Maret diprediksi di bawah lima persen, jadi ada peluang garis kemiskinan tidak bergerak jauh," ujarnya seusai konferensi pers di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, Senin.
 
Rusman tidak mengatakan jumlah kemiskinan akan turun namun dari garis kemiskinan yang tidak melonjak mengikuti inflasi, diprediksi angka kemiskinan hampir sama seperti 2009.

Ia juga menambahkan, jumlah pengangguran terbuka turun dari 8,14 persen pada Februari 2009 menjadi 7,87 persen pada Agustus 2009 yang menyebabkan jumlah pekerja tidak penuh di Indonesia meningkat."Dapat dilihat melalui pengangguran turun tetapi juga harus dilihat implikasinya. Misalnya, mereka berubah status menjadi bekerja namun di bawah 35 jam, jadi pengangguran paruh waktu pun bertambah," ujar Rusman.

Menurut dia, dengan adanya penambahan penduduk rata-rata sebesar 1,34 persen per tahun di Indonesia dari 2000 hingga 2009 juga menimbulkan permasalahan dalam pengadaan tenaga kerja dan kualitas pekerjaan yang dihasilkan.

"Ini disebabkan di Indonesia sistemnya belum jalan dan ciri khas lapangan kerja disini menyebabkan orang suka tidak suka harus bekerja dan ini berbeda seperti di luar negeri yang APBN-nya kuat. Di Indonesia apabila orang tersebut menganggur akan mati dan ini menjadi persoalan dalam kualitas pekerjaannya," ujarnya.

Terkait tekanan inflasi sendiri, tutur dia, kemungkinan akan lebih banyak didorong oleh inflasi impor (imported inflation) dibanding inflasi yang lebih disebabkan faktor domestik. Tekanan inflasi jenis ini, tuturnya, diharap tak berkorelasi banyak dengan harga barang kebutuhan konsumsi masyarakat berpendapatan menengah rendah. (Zaenal Muttaqin /Koran SI/ade)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar