14 Desember 2009
Kemiskinan Picu Tingginya Traficking
By Republika Newsroom
Minggu, 13 Desember 2009
Gizi buruk dekat dengan kemiskinan dan kebodohan
SURABAYA--Sepanjang tahun 2009, sekitar 80 perempuan di bawah umur telah diperdagangkan di lokalisasi Dolly dan Jarak Surabaya Jatim. Sebanyak 33 orang diantaranya berhasil dientaskan, sedangkan sisanya masih bekerja di lingkungan prostitusi dengan pengawasan ketat.
Ketua Yayasan Abdi Kasih Lilik Sulistyowati mengatakan, selama 10 tahun terakhir, booming angka perdagangan anak sempat terjadi pada tahun 2005. Angka itu stabil sampai tahun 2006 kemudian turun drastis pada tahun 2007. Pada tahun 2008, kasus trafiking anak-anak di lokalisasi Dolly dan Jarak naik lagi dan memuncak pada tahun 2009 ini.
''Kasus ke 33 anak itu sudah ditangani kepolisian. Kami di sini punya pendekatan tersendiri kepada para mucikari, jika ada 'penghuni baru' datang dan di bawah umur, pasti dilaporkan ke kita, lalu kita koordinasi dengan kepolisian,'' kata Lilik Sulistyowati, Ahad (13/11).
Wanita yang berkecimpung mendampingi para perempuan seks komersial (PSK) di lokalisasi terbesar di Asia Tenggara sejak 1980-an itu mengatakan hal ini perlu effort yang besar untuk menyadarkan penghuni lokalisasi tentang larangan pedagangan anak-anak. '' Ini tidak bisa jika pemerintah hanya sekedar memberikan himbauan saja karena anak orang tidak mampu dari pedesaan yang datang ke kota sudah menjadi bidikan mereka,'' ungkapnya.
Perdagangan anak-anak untuk dilacurkan di lokalisasi ini, jelas dia dilakukan dengan beberapa modus, tapi yang cukup umum adalah diantarkan langsung oleh makelarnya dan ditunjukkan alamat langsung ke wisma tertentu dengan informasi ada lowongan kerja. ''Modus ini kerap saya dapati. Mereka selalu ditipu setelah sudah masuk mereka tidak kuasa berontak menghadapi mucukari yang sudah lihai menaklukkan anak-anak untuk di jadikan pemuas nafsu hidung belang,'' tandasnya.
Untuk meminimalisir pihaknya mengawasi pendatang baru di lokalisasi, dan mengawasi tumbuh kembangnya anak-anak di lingkungan lokalisasi. ''Mereka ini sangat rawan dan potensial terjerumus ke lokalisasi. Untuk itu memang kita harus bentengi benar-benar dengan berbagai wawasan terutama masalah keagamaanya,'' kata Vera panggilanya.
Upaya untuk mengentaskan mereka dari 'dunia hitam' ini dilakukan bekerjasama dengan pemerintah. Caranya, dengan mengajarkan ketrampilan khusus agar mereka punya bekal dan modal bekerja di sektor lain. Cara ini sudah berhasil mengentaskan ratusan PSK dari lokalisasi tersebut.''Sudah jalan dan berhasil,''terangnya.
Sementara memperingati hari Hari Anti Perdagangan Manusia yang jatuh pada hari Sabtu (12/12) lalu, ratusan anak dan remaja yang tinggal di sekitar lokalisasi Dolly mengkampanyekan penolakan perdagangan anak di lingkungan prostitusi terbesar di Asia Tenggara itu.
Sambil membentangkan spanduk besar, anak-anak dan remaja yang tergabung dalam komunitas Taman Bacaan Kawan Kami di Lokalisasi Jarak itu juga menempelkan stiker penolakan trafiking di jendela dan pintu-pintu wisma.
Koordinator Taman Bacaan Kawan Kami yang juga koordinator kampanye mengatakan Hari Anti Perdagangan Manusia adalah komitmen bersama warga dunia memerangi trafiking. Momentum ini bersamaan dengan ditandatanganinya Protokol Palermo 12 Desember 2000. Protokol ini baru diratifikasi pemerintah RI setahun silam.
Vera menegaskan kampanye ini juga mengingatkan warga lokalisasi agar tetap menolak perdagangan anak. ''Kemiskinan memang jadi pemicu signifikan, tetapi peran keluarga tak kalah signifikan mencegah terjadinya perdagangan manusia. Seharusnya para orangtua tetap mengawasi anaknya. Jangan sampai anak-anak mereka dijual dengan dalih apapun,'' pungkasnya. masduki/pur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar