07 Desember 2009

Wacana Raperda Atasi Anjal Dinilai Kurang Tepat

Wacana Raperda Atasi Anjal Dinilai Kurang Tepat
Steven Lenakoly - detikSurabaya




Surabaya - Wacana Raperda tentang anak jalanan, gelandangan dan pengemis dinilai bukan substansi permasalahan sosial di Kota Surabaya. DPRD diharapkan menelurkan program untuk memberdayakannya.

Kritikan itu disampaikan Sosiolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Bagong Suyanto. Raperda itu dinilai tidak memberikan solusi mengatasi banyaknya anak jalanan di Kota Pahlawan.

"Raperda bukan konsentrasinya. Lebih penting membuat program yang memberdayakan anak jalanan sehingga mereka tidak minta di jalanan," jelas Bagong Suyanto, kepada detiksurabaya.com via telepon selulernya, Senin (7/12/2009).

Menurutnya, penerapan denda bagi masyarakat yang memberikan uang kepada anjal dan gepeng tidak menyelesaikan masalah sosial itu. Hal ini apabila menilik anjal dan gepeng terpaksa minta uang di jalan karena tidak mempunyai pekerjaan.

Ia juga menangkis dugaan yang dijadikan alasan oleh DPRD Surabaya mengenai masalah anjal dan gepeng itu yakni kelompok ini malas bekerja. Dugaan itu belum teruji secara akademis sehingga tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Selain itu, fokus raperda bukan pada pemberian masyarakat kepada anjal dan gepeng. Pasalnya, pemberian sedekah adalah masalah yang terlalu pribadi yang seharusnya tidak diurus dalam perda.

"Asumsi itu hanya dugaan sementara. Belum ada kajian mengenai hal tersebut sehingga rencana itu akan memperburuk atau memperbaiki keadaan sosial," tegasnya.

Ia mencontohkan kalau pemberian kepada masyarakat miskin dilarang maka program Bantuan Langsung Tunai atau BLT seharusnya juga dicabut. "Kalau jalan pikirannya begitu, BLT harus dihentikan juga," tuturnya.

(stv/bdh)

http://surabaya.detik.com/read/2009/12/07/133530/1255406/466/wacana-raperda-atasi-anjal-dinilai-kurang-tepat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar