19 November 2009

70 Persen Konsumen Rokok Warga Miskin


By Republika Newsroom
Rabu, 18 November 2009
UNGARAN--Sekitar 60-70 persen konsumen rokok di Indonesia merupakan warga miskin, padahal belanja rokok menyedot cukup besar penghasilan mereka, kata Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Agus Sartono di Ungaran, Rabu.

"Uang yang seharusnya untuk pendidikan dan kesehatan malah dibelikan rokok," katanya dalam sebuah diskusi di Ungaran. Hal itu disebabkan mereka tidak banyak memperoleh informasi secara mendalam mengenai akibat buruk merokok.

Menurut dia, kalangan menengah ke atas cenderung tidak merokok karena mereka memiliki akses besar dalam mendapatkan informasi mengenai rokok, baik dari segi kesehatan maupun ekonomisnya. Peraturan daerah yang mengatur kawasan bebas rokok, katanya, dalam perjalananya juga dinilai tidak efektif. Ia mengatakan, unsur tar yang ada pada rokok dapat meyebabkan penyakit kanker, sementara nikotinnya menjadikan pengisap rokok ketagihan atau ketergantungan.

Kasi Industri Agro Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng, Kristiati Purnama, mengatakan, rokok tidak terlalu bermasalah, akan tetapi yang berbahaya adalah kandungan nikotin dan tarnya. "Kandungan nikotin dan tar pada rokok dalam negeri sangat besar sehingga berbahaya bagi kesehatan," katanya. Menurut hasil uji, katanya, terdapat sekitar 30 persen nikotin dan 25 persen tar pada rokok produksi dalam negeri.

Ia mengatakan, saat ini, di Temanggung sedang dilakukan penelitian untuk mengurangi kadar nikotin dan tar pada tembakau. "Jika mampu menyedot nikotin dalam daun tembakau dapat menuai keuntungan besar," katanya. Ia mengatakan, nikotin dapat dijual untuk bahan obat di pabrik farmasi di luar negeri.

Hasil dari pajak rokok melalui bea cukai di Jateng, katanya, lebih banyak dialokasikan untuk pengembangan dunia usaha guna mengurangi pengangguran. Sementara itu, Wakil Sekretaris PWI Jateng, Syamsul Huda, mengatakan, media massa sangat berperan dalam sosialisasi bagi hasil dan pemanfaatan cukai bagi daerah. Penetapan target cukai, katanya, juga tidak lepas dari peran media massa. ant/pur



Tidak ada komentar:

Posting Komentar