08 September 2009

Upriyanti Tewas Disiksa Majikan Singapura

Selasa, 8 September 2009

MANADO, KOMPAS.com — Lagi-lagi tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia tewas akibat siksaan majikan di luar negeri. Kali ini menimpa Upriyanti Kasim (33), warga Sarongsong 1, tepatnya di belakang SMA Negeri 1 Airmadidi, Minahasa Utara. Korban meninggal dunia hari Minggu (6/9) setelah menjalani perawatan di RS Polri Jakarta. Ibu tiga anak itu mengalami pembengkakan lambung.

Herman Nangin (36), suami korban, menduga istrinya tewas secara tak wajar. Dia mendapat telepon dari sang istri yang mengaku disiksa majikannya dan tidak diberi makan. "Istri saya mengaku telah dipukul oleh seluruh anggota keluarga majikannya, hingga merasakan pusing berkepanjangan," ujar Herman di kediamannya, Rap-Rap Lingkungan 2, Airmadidi, saat menunggu kedatangan jenazah istrinya, Senin (7/9).

Selain dipukuli, Herman juga pernah mendapat informasi langsung dari istrinya bahwa hidungnya mengalami pendarahan karena sang majikan mencocokkan jari di kedua lubang hidung istrinya. "Pernah istri saya dituduh mencuri makanan, padahal istri saya benar-benar kelaparan karena makanan disembunyikan. Aduh, kasihan benar istri saya," imbuh Herman.

Setelah mendapat informasi tersebut, Herman menyuruh istrinya segera pulang. Dia melaporkan kejadian tersebut ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Minut. Sayang, kata Herman, laporannya tidak mendapat tanggapan baik. Ia justru pernah disuruh menandatangani pernyataan bahwa istrinya tetap ingin melanjutkan kontrak. "Hingga sekarang saya tak bersedia menandatangani karena saya tahu betul istri saya disiksa. Petugas Disnakertrans marah-marah ketika saya tak bersedia menandatangani berita acara laporan tersebut," ungkap Herman.

Ia menduga sudah terjalin kerja sama antara perusahaan yang memberangkatkan istrinya dan pihak Disnakertrans sehingga saat melapor, dirinya justru dipojokkan. Herman menilai Disnakertrans justru membela perusahaan yang memberangkatkan istrinya.

Tak hanya itu. Herman juga pernah mendapat telepon dari orang yang mengaku dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura yang mengatakan istrinya baik-baik saja. Ia tak percaya begitu saja karena selama ini istrinya mengatakan langsung kepadanya tentang penganiayaan tersebut. "Saya yakin telepon tersebut bukan dari pihak KBRI, melainkan dari pihak perusahaan yang mengaku-ngaku dari KBRI," kata pria tiga anak ini.

Herman mengaku sudah sering mengatakan kepada istrinya agar segera pulang, tetapi ia pernah mendapat telepon dari pihak perusahaan, yang mengatakan istrinya baik-baik saja dan tetap melanjutkan kontrak kerja. "Saya tak percaya, lalu telepon dari seorang petugas dari perusahaan diserahkan pada istri saya, istri saya justru menangis," tutur Herman.

Ia curiga istrinya mendapat intimidasi dari perusahaan. Akhirnya sang istri bercerita kalau pulang, ia harus menggunakan uang pribadi. Menurut Herman, istrinya tak ingin menyusahkan keluarga, sehingga memilih untuk terus melanjutkan hingga masa kontrak berakhir.

Setelah tidak mendapatkan tanggapan yang baik dari Disnakertrans, ia akhirnya melaporkan peristiwa tersebut ke Polres Minut, mengabarkan kondisi istrinya. Selama 8 bulan, istrinya mengirimkan uang sebesar Rp 700.000, dan beberapa waktu, istrinya mengeluh, gaji beberapa bulan belum dibayar sehingga belum bisa kirim uang ke rumah. "Saya bilang tak perlu mengirim uang, yang penting, kamu sehat-sehat saja. Itu kata saya. Kerja baik-baik dan selalu menjaga diri," tutur Herman.

Namun, Herman tak menyangka justru kondisi yang dialami istrinya seperti itu. Ia dan keluarga mengaku kaget, tiba-tiba mendapat kabar istrinya sudah di Jakarta, kemudian mendapat kabar lagi telah berada di rumah sakit. Terakhir mendapat kabar istrinya sudah meninggal dunia.

Upriyanti meninggalkan tiga orang anak, Silvi Nangin (10), Hosea Nangin (4,5), dan Julia Nangin (2). Anak kedua dan ketiga, menurut Herman, belum mengetahui ibunya telah meninggal, sedangkan Silvi mengaku sangat sedih dan kangen pada ibunya.

Ayah korban, Muhammad Kasim (59), warga Airmadidi Bawah, Lingkungan 5, mengaku tidak menerima kejadian ini. "Saya tahu kondisi anak saya dari suaminya, katanya mendapat siksaan, saya ingin kasus diusut dan diproses sesuai jalur hukum," kata ayah 9 anak itu.


Semua membantah

Upriyanti dikirim ke Singapura oleh PT Manpower Indonesia Cabang Sulut, sebuah perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia. Geertje Mekel, kepala cabang perusahaan tersebut, menyatakan sudah melakukan semua tanggung jawabnya.

Saat ditemui Tribun Manado di kediaman orangtua korban, dengan kawalan dua polisi, Geertje menjelaskan bahwa hak-hak Upriyanti sudah dipenuhi. Bahkan, perusahaannya juga telah menanggung biaya kepulangannya. "Memang saat akan pulang, setiap pekerja memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan kontraknya, dan yang bersangkutan bersedia untuk menyelesaikan kontrak tersebut,"ujarnya. Ia mengaku tak akan lepas tanggung jawab dan akan mendampingi hingga kasus ini terkuak. Ia membantah perusahaannya telah melakukan tekanan terhadap korban. Kata dia, selama ini gaji sekitar Rp 2 juta sudah diberikan kepada korban sesuai dengan masa kerja.

"Ada pemotongan gaji sesuai dengan kesepakatan karena biaya sebelum mendapat kerja, makan serta transportasi, dibiayai dulu oleh perusahaan," kata Geertje.

Kepala Disnakertrans Minut, Supit Singal, juga mengaku sudah melakukan tugasnya dengan baik. Selama ini pihaknya sudah menekan perusahaan agar segera memulangkan korban. "Buktinya sekarang jenazah sudah dipulangkan, kami berusaha keras agar perusahaan tak melepas tanggung jawab," kata Supit.

Ia mengaku akan mendampingi keluarga korban bila nantinya akan melakukan tuntutan dan terus meminta pada pihak perusahaan agar membiayai proses ke jalur hukum. Supit mengelak tuduhan anak buahnya bekerja sama dengan pihak perusahaan sehingga seolah menyudutkan pihak keluarga korban. "Oh itu tak benar, kami dari awal berusaha membantu dan meminta pihak perusahaan untuk bertanggung jawab, " pungkas Supit.

Jenazah Upri tiba di Bandara Sam Ratulangi Manado Selasa (7/9) malam. Menurut informasi dari keluarga, jenazah Upriyanti akan dimakamkan di di pemakaman wilayah Sarongsong 1. (Robertus Rimawan/Tribun Manado)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar