13 September 2009

TKI Asal Garut Meninggal di Arab Saudi

13 September 2009

TEMPO Interaktif, Garut - Nasib malang kembali menimpa tenaga kerja Indonesia. Kali ini giliran Dede Supriatna, 26 tahun, warga Kampung Lamping, Desa Ranca Salak, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dede dikabarkan meninggal dunia di Riyadh, Arab Saudi. "Pada empat hari yang lalu, dokter dari Arab menyatakan almarhum meninggal dunia karena penyakit jantung," ujar kakak Korban, Hendra, 31 tahun saat ditemui di rumahnya, Minggu (13/9).

Namun pihak keluarga tidak mempercayai penyebab kematian tersebut, karena selama ini almarhum tidak mempunyai riwayat penyakit jantung. Kecurigaan pun bertambah saat perusahan jasa PT Indokarya Grahatama yang memberangkatkan Dede, meminta keluarga agar almarhun dimakamkan di Arab Saudi. Namun keluarga menolak dan meminta bantuan aparat pemerintahan desa setempat untuk pemulangan jenazah almarhun ke Indonesia.

Sebelumnya, kabar kematian Dede diterima keluarga pada Kamis (3/9) lalu dari rekan kerja almarhum. Penyebab kematiannya pun tidak jelas dan dirahasiakan. Kedua orang tua korban sangat syok mendengar kabar tersebut. Bahkan, ibu Dede, Siti Sofiah, 50 tahun, diketahui sering mengalami pingsan. "Ibu masih terpukul dan belum bisa ditemui, apalagi bila diajak ngobrol mengenai Dede," ujarnya.

Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Entang, 55 tahun dan Siti Sofiah, 50 tahun itu, berangkat sejak 2 Mei 2009 untuk bekerja sebagai sopir di Arab Saudi. Dia diberangkatkan oleh Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia PT Indokarya Graha Tama yang beralamat di Jalan Suci, Ciracas, Jakarta Timur. Selama bekerja, Dede, belum pernah memberikan kiriman uang ke keluarga. Namun, Dede sempat beberapa kali menghubungi keluarga. Dia bilang, dirinya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.

Kepala Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Garut, Elka Nurhakimah, mengaku masih melacak kematian Dede. Soalnya penyebab kematian korban masih simpang siur. Penyalur jasa yang memberangkatkan Dede ke Arab Saudi tidak terdaftar di Dinas Tenaga Kerja, sehingga menyulitkan pihaknya untuk mencari infirmasi. "Ada yang menyebutkan tertembak dan ada juga yang menyebutkan kecelakaan," ujarnya Minggu (13/9).

Oleh karena itu, untuk mencari kebenaran informasi itu, pihaknya telah menghubungi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Selain itu pihaknya juga akan meminta bantuan kedutaan besar Indonesia di Arab Saudi untuk menlacak penyebab kematian Tenaga Kerja Indonesia asal Garut itu.

Sementara itu, ketua Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Garut, Ahmad Bajuri, meminta pemerintah untuk memperbaiki sistem ketenagaakerjaan dari mulai pusat hingga ke daerah. Karena, perlakuan buruk dari majikan kerap dialami tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. "Pemerintah seharusnya dapat mengontrol warganya yang bekerja di luar negeri. Dalam kasus ini saya harap pemerintah dapat memberikan pendampingan," ujarnya saat dihubungi Tempo.

Belum lama ini, nasib malang pun pernah menimpa Siti Hajar 31 tahun, pembantu rumah tangga asal Kampung Lio Wetan, Desa Limbangan Barat, Kecamatan Limbangan. Kabupaten Garut. Saat bekerja di Malaysia, majikannya yang kedua bernama Michelle, tidak pernah memberikan upah kepada Siti selama tiga tahun. Tak hanya itu, Siti pun kerap mengalami penyiksaan dan penganiayaan dari majikannya. Luka siraman air panas dan pukulan kayu masih berbekas di tubuhnya.

SIGIT ZULMUNIR


Tidak ada komentar:

Posting Komentar