12 Mei 2009

Stasiun Angke Jadi Penampungan Pengungsi

Stasiun Angke Jadi Penampungan Pengungsi

Minggu, 26 April 2009 | 16:30 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Banyak orang memadati sepanjang jalan Angke Indah, di sebelah stasiun kereta api Angke, Minggu (26/4). Mereka berkumpul bukan menunggu kereta api lewat, akan tetapi disana untuk mengungsi. Sekitar 1100 orang dari 239 kepala keluarga berjubel-jubelan di sana.

Sebagian dari mereka berlindung di bawah tenda. Ada lebih dari tujuh tenda berdiri disana. Salah satunya, tenda partai Keadailan Sejahtera. Tenda itu didirikan tadi malam untuk penampungan sementara. Pasalnya, rumah tempat tinggalnya ludes diamuk si jago merah, kemarin siang.

Di antara pengungsi, Nenti (50 tahun) menceritakan kejadian siang kemarin sambil matanya berkaca menahan tangis. Sekitar pukul 14.00, dirinya tengah dikerok punggungnya oleh anak perempuannya, Desy (33 tahun). Baru berjalan 3 menit, tiba-tiba terdengar teriakan "Kebakaran, kebakaran, kebakaran". Sentak, mereka berdua pun lari keluar rumah. Di lihatnya, warteg Qomar, Rt 11, RW 01, Kelurahan Angke, sudah terbakar.

Desy yang teringat dengan Kartu Tanda Penduduk di tas segera berlari masuk kembali ke rumah. Diambilnya tas hitam kecil. Sempat terpikir akan menyelamatkan dokument berharga lain, tetapi kobaran api sudah besar. Dia pun memutuskan berlari sambil mengendong anaknya yang berumur dua tahun keluar rumah. Warga lain juga berhamburan ke jalan raya menyelamatkan diri.

Kobaran api terus membesar dan merambat. Setelah rumah pak Qomar hangus, mulailah api menjilati rumah lain di sekitarnya. Tiga puluh menit kemudian, ratusan rumah di RT 10, 12, 13, dan 14, RW 01 kelurahan Angke pun ikut terbakar.

Upaya menjinakkan si jago merah dilakukan petugas pemadam dengan menurunkan 27 unit pemadam kebakaran. Akan tetapi, api seolah malah menari-nari. Tiga jam berselang, tepatnya pukul 17.00 WIB api baru berhasil dijinakkan. Dan api benar-benar hilang pada pukul 19.00 WIB.

Menjelang malam yang semakin larut, Nerti dan 16 anggota keluarganya berbondong-bendong menempati salah satu tenda pengungsian bersama warga lainnya. Ibu, bapak, anak, dan cucu itu mengambil posisi di pojok tenda. Mereka pasrah kehilangan bangunan rumah ukuran 6 x 5 meter berlantai dua yang selama ini menjadi tempat berkumpul rame-rame.

Di antara ratusan rumah yang hangus terbakar, beberapa di antaranya merupakan tempat industri rumah tangga. Sehingga kerugiannya, kata Wakil Camat Tambora, Isnawa Aji, ditaksir mencapai lebih dari Rp. 10 Milyar.

RINA WIDIASTUTI
 

http://www.tempointeraktif.com/hg/layanan_publik/2009/04/26/brk,20090426-172709,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar