25 Mei 2009

Pengangguran Kota Bogor Meningkat 2,5 Persen

Republika Newsroom
Senin, 25 Mei 2009

BOGOR -- Jumlah pengangguran di Kota Bogor tahun 2009 meningkat hingga 2,5 persen dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 14.572 orang. sementara tahun ini, dari 15.000 orang pencari kerja, baru 169 orang saja yang mendapatkan penempatan.

Kepala Bidang Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Dinaskersostrans Kota Bogor, M Sinaga, Senin (25/5) mengatakan, minimnya angka penempatan dengan jumlah pengangguran dipengaruhi kurangnya keterampilan yang dimiliki para pencari kerja.

Padahal, menurutnya, jumlah lowongan di wilayah Kota Bogor cukup banyak. Sepanjang Mei 2009, katanya, terdapat 907 lowongan yang belum terisi yakni pria 428 lowongan dan perempuan 479 lowongan.

"Rasio kerja sekarang 11:7:3. Dari sebelas pencari kerja tersedia tujuh lowongan, namun hanya tiga yang terisi. Itu berarti ada empat orang yang tidak diterima," katanya.

Sementara, berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor, Jumlah angka pencari kerja itu terdiri dari 9.642 pria dan dan 5.433 wanita. Dari 169 orang yang telah mendapatkan penempatan, terdiri dari 74 tenaga kerja pria dan 95 perempuan.

Artinya, kata Sinaga, lowongan untuk perempuan lebih banyak namun pencari kerjanya kebanyakan laki-laki. "Ini juga menjadi salah satu faktor banyaknya pengangguran," kata dia.

Para pencari kerja, tambahnya, masih didominasi lulusan SMA. "Jumlahnya 6.574 pria dan 1.430 wanita," katanya. Sementara lulusan sarjana D1, D3 dan S1, laki-laki sebanyak 2.986 orang dan perempuan 3.886 orang. Sisanya lulusan SD dan SMA. Padahal, kata dia, di masa kini perusahaan banyak yang mencari sarjana. "S1 saja sudah susah cari kerja," katanya lagi.

Persoalan tidak sampai di situ, karena masih banyak lulusan perguruan tinggi di Bogor serta ratusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang lulusannya diplot untuk langsung siap kerja.

Di Institut Pertanian Bogor (IPB) saja tercatat setiap tahunnya meluluskan sekitar 80 ribu mahasiswa. Sebagian besar langsung mencari pekerjaan, hanya segelintir yang berniat meneruskan ke tingkat yang lebih tinggi.

Kemudian Universitas Pakuan (Unpak) yang meluluskan sarjana baru setiap tahunnya antara 1.300 hingga 1.500 orang serta Universitas Ibn Khaldun (UIKA) yang setiap tahunnya paling tidak ada 500 mahasiswa yang lulus.

Calon kuat pengangguran lainnya datang dari lulusan SMK. Tercatat di Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor jumlah kelulusan SMK setiap tahun meningkat. Pada tahun ajaran 2007/2008 tercatat 8.739 siswa yang lulus dari total 57 SMK di Kota Bogor.

Karenanya, tambah dia, Pemkot Bogor mengupayakan solusi terkait transmigrasi. Ia mengatakan, pihaknya sudah melakukan kerjasama dengan tiga daerah yakni Bengkulu, Kalimantan Timur dan Kepulauan Maluku. "Ketiganya menyerap tenaga petani," katanya.

Tenaga petani tersebut, menurutnya, sudah pasti lebih banyak membutuhkan laki-laki. Selain itu, bekerja tani di daerah-daerah lain bisa memberikan kesejahteraan dibandingkan menjadi buruh di kota.

Sayangnya, dia menambahkan, banyak orang yang enggan bertransmigrasi ke luar daerah. "Takut tidak kerasan atau malah merasa gengsi," katanya. Karenanya, Pemkot Bogor kini akan melakukan sosialisasi lebih lanjut untuk warga agar tidak ragu melakukan transmigrasi ke daerah tersebut.

Langkah lain di luar rancangan strategis, menurutnya, dilakukan pula kerjasama dengan pihak luar negeri. "Kami juga telah kerjasama dengan Jepang, yang membutuhkan 1.000 tenaga laki-laki untuk dipekerjakan di berbagai perusahaan untuk pabrik," ujarnya. -c88/ahi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar