28 Mei 2009
Gizi Anak Indonesia Sarat Masalah
Berita Kota
Minggu, 17 Mei 2009
Kondisi gizi anak Indonesia ternyata sarat masalah. Ada yang kelebihan dan kekurangan, namun ada pula yang salah gizi. Cerminan itu membuktikan belum semua anak tercukupi kebutuhan makannya.
PENDAPAT tersebut disampaikan ahli gizi klinik dr Fiastuti Witjaksono MS, SpGK dalam wawancara eksklusif dengan sejumlah media di Jakarta baru-baru ini.
Menurut dia, untuk memperbaiki gizi anak diperlukan makanan lengkap yang sehat. Kebutuhan makan pada anak-anak akan tercukupi bila anak sudah tiga kali makan makanan utama dan dua hingga tiga kali makan snack (makanan kecil). Namun makan pagi biasanya diabaikan. Padahal ini penting sekali. Adanya kebijakan baru Pemprov DKI Jakarta yang mewajibkan anak sekolah masuk pukul 06.30 juga makin memperparah kondisi gizi anak-anak
sekolah. Sebab, anak-anak masih terlelap tapi harus buru-buru berangkat sekolah. Sehingga makin banyak anak sekolah yang tidak sempat sarapan.
Karena itu disarankan agar ibu membawakan bekal sarapan untuk anak-anaknya ke sekolah. Dijelaskan, cadangan energi pada tubuh manusia hanya cukup untuk menyuplai kebutuhan energi selama 8-10 jam saja. "Jangan sampai anak-anak kekurangan energi, karena ini mengakibatkan dia tidak bisa berpikir," tuturnya.
Itulah sebabnya, sarapan penting bagi anak-anak agar bisa menyerap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Selain itu, anak yang sarapan juga tidak gampang tergoda untuk jajan di sekolah karena perutnya kenyang. Sehingga, kualitas makan anak-anak juga lebih terjaga. "Kalau jajanan di sekolah seringnya tidak memenuhi kebutuhan gizi anak, bahkan cenderung menggunakan bahan tambahan makanan berbahaya seperti pewarna tekstil, pengawet, dan sebagainya," katanya.
Makanan untuk anak-anak harus memenuhi 45% - 65% karbohidrat, 10% - 25% protein dan 25% - 40% lemak. "Anak-anak nggak boleh mengurangi lemak, karena lemak dibutuhkan sekali untuk mengantarkan vitamin A, D, E, dan K ke seluruh tubuh. Lemak merupakan sumber energi yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. Selain itu, pertumbuhan otak juga butuh lemak. Kalau orang dewasa memang dianjurkan mengurangi lemak karena kebutuhan lemaknya maksimal 30% saja," jelasnya.
Maka tak heran anak yang pertumbuhan dan perkembangannya optimal akan mendapat kecerdasan yang optimal pula. Salah satu tanda yang gampang dikenali adalah tinggi badan anak-anak. "Anak-anak yang tinggi badannya kurang menggambarkan kekurangan gizi yang kronis," jelasnya.
Ditegaskan, pemilihan jenis makanan juga kadang-kadang salah. "Masih banyak kita lihat anak-anak makan nasi tapi lauknya mie. Tidak ada proteinnya maupun sayurannya. Ini salah, karena nasi dan mie sama-sama mengandung karbohidrat," tandasnya.
Ahli gizi dari RSCM/Fakultas Kedoteran UI itu juga menyarankan agar jangan membekali anak-anak dengan permen atau gula-gula. Sebab, efek gula terhadap kesehatan sangat buruk. "Bisa menyebabkan kurang gizi," jelasnya.
Gula, lanjut dr. Fiastuti, adalah kalori kosong. Walaupun kalorinya tinggi tetapi zat gizinya rendah. Selain itu, gula juga bisa menyebabkan gigi berlubang. O rya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar