25 Mei 2009

Jumlah Penderita Gizi Buruk di Karimun Bertambah

Republika Newsroom
Minggu, 24 Mei 2009

KARIMUN, KEPRI--Yosi Wiryanti (9 th) anak dari pasangan Yanti dan Wira, warga Kampung Asam, Teluk Radang, Kecamatan Kundur Utara merupakan penderita gizi buruk di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepri yang terus bertambah.

"Bertambahnya jumlah penderita gizi buruk itu merupakan bukti nyata bahwa banyak pelaksanaan program oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Karimun tidak tepat sasaran," ucap Anggota Komisi A DPRD Karimun yang membidangi Kesehatan, Jamaluddin, di Meral, Ahad.

Jamaluddin mengaku tidak heran, setelah mengetahui ada anak penderita gizi buruk kembali dicuatkan oleh media massa, bernama Yosi Wiryanti, yang hanya memiliki berat sekitar 9 kg, saat ini anak itu dirawat di lantai 3, kamar 302 RSUD Karimun, atas jaminan dari dokter Wirda.

"Daftar anak penderita gizi buruk itu akan terus bertambah selama pelaksanaan tiga program milik Dinkes yakni Program Perbaikan Gizi, Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak dan Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat, sekedar `lip service`. Bukankah, Maret lalu, di pusat kota Pulau Karimun besar juga ditemukan, dua anak penderita gizi buruk, dan saat itu, saya sudah memprediksi bahwa daftar penderita gizi buruk akan terus bertambah," tuturnya.

Dia juga menjelaskan, anggaran yang dialokasikan untuk kesehatan masyarakat cukup besar dan tiap tahun terus meningkat.

"Tahun 2008, alokasi anggaran untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin sebesar Rp290 juta," jelasnya

Dengan rincian alokasi untuk pelacakan dan pengawasan penderita gizi buruk dan kurang saja senilai Rp80 juta dan pelayanan kasus gizi buruk mencapai Rp40 juta, dan Rp50 juta untuk peningkatan status gizi buruk.

"Sisanya yang mencapai ratusan juta lagi digunakan untuk membiayai kegiatan seremonial, yakni Program Kemitraan Jambore Kader Posyandu. Untuk apa menghabiskan anggaran besar, sedangkan kasus gizi buruk terus mencuat," katanya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun di RSUD Karimun, putri pertama dari pasangan Yanti dan Wira yang berprofesi sebagai penoreh getah itu, telah menderita gizi buruk sejak berusia 2 tahun (tahun 2002). Disebabkan faktor ekonomi, orang tua Yosi tidak membawa anaknya berobat ke Puskesmas terdekat.

"Beberapa waktu lalu, saya pernah bertanya kepada RT, bagaimana caranya agar cucu saya bisa mendapat perawatan di RSUD, dia malah balik bertanya, apa saya punya uang. Menurut dia, biaya pengobatan di RSUD itu besar sekali, sebab itu kami hanya bisa pasrah," ucap Nenek Yosi, Komariah.

Selain itu, dia mengatakan, cucunya itu pernah dibawa berobat ke dokter di daerahnya, namun untuk membeli obat dirinya tidak mampu.

Setelah 7 tahun cucunya menderita kurang gizi, niat nenek itu akhirnya terkabulkan.

"Berkat bantuan dari dokter Wirda, akhirnya cucu saya bisa dirawat di RSUD," ujarnya.

Terkait dengan temuan anak kurang gizi itu, Jamaluddin, meminta kepada tenaga auditor Badan Pengawas Keuangan (BPK), agar melakukan audit dengan sebenar-benarnya, terutama pada dana yang dialokasikan untuk membiayai tiga program dan pelayanan untuk masyarakat miskin di dinkes tersebut.

"Bila program itu betul-betul dilakukan, tentunya penderitaan Yosi, akan cepat diketahui," katanya. ant/pur


Tidak ada komentar:

Posting Komentar