25 Mei 2009

Program Sagita di Wilayah Eks Gempa

Republika Newsroom
Jumat, 22 Mei 2009

KLATEN -- PT Sari Husada peduli warga kaum miskin. Ini dilakukan dengan program Sagita (Sadar Gizi Ibu dan Balita) diwilayah eks bancana gempa bumi sebagai bentuk kegiatan CSR (Coorporate Social Responsibility) perusahaan produsen susu bermerk SGM ini.

Program Sagita dimulai dari lima wilayah kecamatan ; Prambanan I dan II, Jogonalan I dan II, dan Manisrenggo. Wilayah eks bencana gempa bumi tersebut dipilih lantaran yang paling dekat dengan pabrik Sari Husada di Desa Kemudo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.

''Banyak hal yang dicapai dan diambil pelajaran dari program Sagita,'' kata Ignatius Ari Joko Purnomo, Corporate Communications Manager PT Sari Husada kepada Republika. Diantaranya, penyadaran tentang arti pentingnya asupan gizi bagi ibu dan anak dalam kehidupan sehari-hari.

Disamping itu, program ini bertujuan memberi edukasi pada keluarga, terutama kaum ibu, tentang bagaimana memberikan asupan gizi yang dibutuhkan manusia. Terutama asupan gizi yang cukup memanfaatkan bahan yang ada disekitar warga. Jadi, tidak perlu modal atau mengeluarkan uang banya. Tapi, cukup memaanfaatkan bahan yang ada disekitar, berikut cara memasak dan pemanfaatannya.

Program Sagita dilakukan dengan cara membentuk kelompok-kelompok warga. Seperti, kelompok Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), PKK, dan sebagainya. Kelompok ini didampingi dengan membentuk kader sadar gizi. Disamping itu, juga mencatat pertumbuhan anak -- seperti KMS (Kartu Menuju Sehat) dalam Posyandu.

Dalam ''rapor'' KMS tersebut, ada cacatan tentang kondisi anak. Dari data jumlah anak tersebut dilakukan monitoring oleh petugas pendamping dari tim kesehatan, ahli gizi, dan melibatkan LSM pendamping. Mereka diberi PMT (Pemberian Makanan Tambahan). Seperti, sup, kacang hijau, daging, susu, dan sebagainya.

Program yang sudah dicanangkan sejak November 2008 lalu, membuahkan hasil. Hasil catatan Sagita banyak kasus ibu dan anak yang mengalami gizi buruk, tampak ada perkembangan menggembirakan. Ari Joko Purnomo tak merinci detail angka penurunan jumlah gizi buruk ibu dan anak Balita diwilayah tersebut. ''Cacatan ada. Yang jelas ada perbaikan, angka gizi buruk menurun drastis,'' katanya.

Ari Joko Purnomo berharap, pembentuk kelompok yang dibentuk program Sagita tersebut bisa mandiri dikemudian hari. PT Sari Husada menyediakan dana Rpn 800 juta untuk ini. Sehingga diharapkan kelompok tersebut cepat mandiri. Kemudian menularkan pengetahuan dan pengalaman tentang kebutuhan asupan gizi kepada kelompok lain. Demikian seterusnya bergulir.

Diakui, kaum ibu yang pernah mendapat pengetahauan, ketrampilan tentang gizi tambah percaya diri. Mereka lebih berani tampil -- tidak minder lagi -- ketika berhadapan dimuka umum untuk mengkapanyekan arti pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak.

Tahun depan, lanjut dia, akan dikembangkan ke wilayah kecamatan lain. Terutama, eks wilayah gempa bumi. Seperti, Kecamatan Gantiwarno, Kecamatan Wedi, Kecamatan Bayat -- yang cukup parah akibat digoncang gempa tektonik sedikit-banyak mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizinya.

Program Sagita intinya bagaimana menyadarkan kaum ibu bisa memanfaatkan materi makanan yang ada disekitar untuk pemenuhan asupan gizi yang sehat. Tidak butuh beaya mahal. Sebenarnya, hanya tinggal mengolahg materi yang ada saja. Ini butuh penguatan pengetahuan dan ketrampilan oleh bahan makan yang sehat dan bergizi tinggi. eds/pur


Tidak ada komentar:

Posting Komentar