14 Mei 2009

Delapan Juta Penduduk Jawa Barat Sakit Jiwa

Delapan Juta Penduduk Jawa Barat Sakit Jiwa

Kamis, 14 Mei 2009 | 20:12 WIB

TEMPO Interaktif, Bandung:Seperlima warga Jawa Barat mengalami gangguan emosional. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar Departemen Kesehatan, 85 ribu diantaranya terkena gangguan jiwa berat.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan provinsi Jawa Barat Alma Lucyati, di kantornya hari ini, survey itu dilakukan pada 2007 dan berlaku selama 3 tahun sebelum dimulai riset baru. Hasil itu menempatkan provinsi berpenduduk 41 juta orang ini menduduki ranking pertama dalam masalah kesehatan jiwa tersebut.

Dia mengatakan, sakit jiwa harus segera diobati, terutama yang tergolong berat. Walau kemungkinan sembuhnya kecil karena sudah puluhan tahun, katanya, setidaknya beban hidup keluarganya tidak semakin berat, begitu pula gangguan keamanan dan kenyamanan orang-orang di sekitarnya. "Kalau minum obat kan jadi tenang," katanya.

Tapi masalahnya, obat-obatan untuk pasien gangguan jiwa di Jawa Barat tidak memadai. Tahun ini dan beberapa tahun sebelumnya, persediaan obat di kantor Dinas Kesehatan Jawa Barat dalam keadaan kosong. "Karena tak ada kota dan kabupaten yang mengajukan, kami jadi tidak menyediakan," ujar Lucy.

Kini saat penderita gangguan jiwa terasa makin banyak, daerah-daerah banyak yang meminta obat. Pihaknya, kata dia, tidak bisa segera memenuhi tanpa mekanisme tender. "Kalau melanggar aturan, kami nanti dipanggil kejaksaan," keluhnya.

Dilema itu telah disampaikan ke Menteri Kesehatan saat datang ke Bandung beberapa hari lalu. Walau didorong Siti Fadilah Supari agar kebutuhan masyarakat itu didahulukan daripada aturan yang berlaku, Dinas Kesehatan Jabar masih mempertimbangkannya.

Yang jelas, ajuan pengadaan obat baru akan dilakukan tahun depan. Dinas Kesehatan mengusulkan 139 ribu tablet obat anti psikotik untuk pasien sakit jiwa berat. Sementara obat anti depresan dan anti cemas masing-masing hingga 9 miliar tablet.

Rencana penanganan lainnya, pihaknya akan membuat jaringan rumah sakit jiwa di seluruh Jawa Barat. Tiap rumah sakit khusus itu akan mengkoordinir rumah sakit dan puskesmas binaan berdasarkan wilayah kerja.

Sementara itu, Kepala Bagian Psikiatri RS Hasan Sadikin, Bandung, Teddy Hidayat mengatakan, biaya berobat pasien yang tinggal di pedesaan masih terasa berat. "Transportasi untuk berobat itu mahal," katanya. Karena itu, banyak pasien yang tak kunjung sembuh karena pengobatannya tidak kontinyu, selain keluarga merasa malu membawa pasien berobat.

Secara medis, kata dokter spesialis penyakit jiwa itu, penyebab gangguan jiwa diakibatkan faktor keturunan, kejiwaan, dan sosial. Ketiga penyebab itu kadang muncul bersamaan atau hanya sebagian sehingga tingkatnya berjenjang, dari yang ringan hingga berat. Tanda-tandanya, antara lain, sering menyendiri, mudah curiga, marah-marah, dan yang berat jika sampai sering mengamuk. "Ya, seperti sering kita lihat di jalan saja," ujarnya.

ANWAR SISWADI


http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/05/14/brk,20090514-176320,id.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar