19 April 2009

Gubernur - WFP Minta Polisi Selidiki Bantuan Biskuit

Sab, Apr 18, 2009


Berita Sore


Kupang ( Berita ) : Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya dan Program Pangan Dunia (WFP) minta aparat kepolisian di daerah ini untuk menyelidiki bantuan biskuit dari WFP yang kemudian ketahuan berisi benda tajam, seperti silet, jarum suntik, serpihan kaca dan anak hekter.


Bantuan WFP melalui Care International itu bagikan kepada sejumlah sekolah di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Belu secara cuma-cuma, namun ketahuan berisi benda-benda tajam seperti silet, jarum suntik, serpihan keca dan anak hekter.


"Kami minta dan serahkan sepenuhnya kepada aparat Polda NTT untuk menyelidiki kasus tersebut guna mengetahui akar masalahnya," kata Gubernur Lebu Raya dan Pejabat sementara Direktur WFP, Bradley Busseto dalam jumpa pers bersama di Kupang, Jumat [17/04] .


Gubernur NTT, Frans Lebu Raya sebelum menggelar jumpa pers bersama itu, terlebih dahulu memimpin rapat tertutup membahas kasus biskuit bantuan WFP untuk anak-anak sekolah di Timor Tengah Utara, Belu dan Timor Tengah Selatan.


Rapat tertutup yang dihadiri Pejabat sementara Direktur WFP, Bradley Busseto, Deputi Bidang Perlindungan Sosial Menko Kesra, Adang Setyana, dan sejumlah pejabat provinsi, Kabupaten Kupang, TTS, TTU dan Belu itu dipandang penting, karena biskuit bantuan WFP itu mengandung benda-benda tajam seperti silet, jarum suntik dan anak hekter.


Sesudah pertemuan, Gubernur Lebu Raya menggelar konperensi pers untuk menjelaskan sikap pemerintah Provinsi NTT menghadapi kasus tersebut.


Pada prinsipnya pemerintah Provinsi NTT mendukung program WFP di NTT karena sangat membantu anak-anak NTT yang kekurangan gizi, dengan tetap meminta aparat Polda NTT untuk terus melakukan investigasi guna menemukan penyebab masuknya benda-benda tajam di dalam biskuit tersebut.


"Dari hasil investigasi independen memang ditemukan adanya benda asing di dalam biskuit, tetapi tidak ada yang menemukan secara langsung," kata Gubernur Lebu Raya dan menambahkan, benda-benda asing itu adalah, jarum, peniti, pecahan silet dan kaca, bahkan jarum suntik.


Pertanyaannya, kata Gubernur Lebu Raya, benda-benda asing itu datang dari mana atau dimasukkan oleh siapa, apakah dari pabrik ataukah di dalam proses distribusi atau penyaluran.


Karena biskuit sejenis, tidak hanya didistribusikan untuk anak-anak di TTU dan Belu, tetapi juga di Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan (TTS), namun di dua kabupaten terakhir itu tidak ditemukan benda tajam di dalam biskuit.


Segera setelah kasus itu mengemuka, kata Gubernur Lebu Raya, lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga melakukan investigasi independen dan memastikan bahwa tidak ada masalah mulai dari pabrik sampai di titik distribusi.


Karena itu, untuk mengungkap apa sebenarnya yang tengah terjadi, Gubernur Lebu Raya menunggu hasil investigasi yang dilakukan aparat Polda NTT.


Pada prinsipnya, Gubernur Lebu Raya menyatakan, pemerintah provinsi menghargai bantuan dari WFP untuk anak-anak di empat kabupaten di Pulau Timor itu dan meyakini bahwa bantuan itu tidak diikhtiarkan untuk mencelakai anak-anak di Timor tetapi untuk meningkatkan gizi anak-anak.


Program WFP untuk membantu anak-anak di Timor itu telah berlangsung dua tahun dan akan dievaluasi empat tahun mendatang.


Sambil menunggu hasil investigasi yang dilakukan kepolisian, WFP untuk sementara menarik bantuan tersebut, meskipun sejumlah sekolah menyatakan keberatan atas penarikan biskuit bantuan WFP itu.


Deputy Bidang Perlindungan Sosial Meko Kesra, Adang Setyana, pada kesempatan itu menjelaskan, pihaknya juga baru melakukan invetigasi ke pabrik biskuit tersebut dan menyaksikan proses produksi yang higienis di bawah gugus kendali mutu yang ketat, serta menggunakan "metal detector" untuk mendeteksi benda-benda asing di dalam biskuit.


"Kami sendiri mencoba menyelipkan jarum ke dalam biskuit dan metal detector membacanya sehingga berhenti," kata Setyana dan menambahkan, proses distribusi pun dilakukan tidak hanya ke NTT, tetapi juga ke sejumlah wilayah lain seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), Pulau Jawa dan Madura, serta sebelumnya ke Aceh.


Karena semua pihak merasa aneh dengan penemuan benda-benda tajam di dalam biskuit bantuan WFP tersebut, Setyana pun mendukung Gubernur Lebu Raya, yang meminta aparat Polda NTT membongkar kasus ini.


Ada Sabotase

Seorang pejabat dari Program Pangan Dunia (WFP), Bradley Busseto menduga ada unsur sabotase dalam kasus biskuit untuk anak-anak sekolah di Timor Tengah Utara dan Belu di Nusa Tenggara Timur (NTT).


"Sepertinya ada unsur sabotase dalam biskuit itu, setelah ditemukannya benda-benda tajam dalam biskuit seperti jarum, potongan silet, serpihan kaca, peniti serta jarum suntik," katanya kepada pers di Kupang, Jumat.


Pejabat sementara Direktur Program Pangan Dunia (WFP) yang didampingi Gubernur NTT, Frans Lebu Raya dan Deputy Perlindungan Sosial Menko Kesra, Adang Setyana itu mengklarifikasi masalah tersebut kepada pers setelah ditemukan benda-benda tajam dalam biskuit bantuan WFP untuk anak-anak sekolah di TTU dan Belu.


Bradley mengatakan, pihaknya menanggapi dengan sangat serius kasus tersebut, sehingga memutuskan untuk menarik biskuit tersebut bagi anak-anak sekolah dasar di Kabupaten TTU, Belu, Timor Tengah Selatan (TTS) dan Kabupaten Kupang itu dari pihak sekolah yang sudah terlanjut menerima paket bantuan tersebut.


"Kami 'concern' dengan masalah ini sehingga menarik kembali biskuit itu, melapor ke polisi dan meminta polisi melakukan investigasi," kata Bradley dan menambahkan, bantuan itu sebenarnya sangat diperlukan oleh anak-anak, namun karena ada sabotase, sehingga harus menunggu hasil investigasi dari kepolisian.


Dia menegaskan, pihaknya memberikan jaminan kepada publik bahwa biskuit yang disalurkan untuk anak-anak sekolah dasar di empat kabupaten di Pulau Timor itu 100 persen aman untuk dikonsumsi, setelah melakukan investigasi ke pabrik dan proses distribusi dari pabrik sampai ke tangan sekolah penerima bantuan.


Biskuit sejenis yang dipesan khusus untuk meningkatkan gizi anak-anak, kata dia, tidak hanya disalurkan untuk NTT, tetapi juga untuk anak-anak di Nusa Tenggara Barat, Jawa, Madura dan sebelumnya ke Aceh.


Bantuan biskuit ke daerah-daerah selain NTT itu, tidak pernah bermasalah seperti temuan adanya benda tajam seperti jarum, potongan silet, serpihan kaca, peniti dan jarum suntik.


Dia mengaku, sangat terpukul dengan kasus di Pulau Timor itu dan karena itu, menarik untuk sementara bantuan tersebut dari tangan sekolah-sekolah yang telah menerimanya, sambil menunggu hasil investigasi yang dilakukan Polda NTT untuk mengungkap siapa di balik sabotase ini.


Bradley juga mengungkapkan, bantuan biskuit yang dipesan dengan komposisi gizi khusus untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak di NTT itu, telah berhasil mengurangi angka kurang gizi di NTT dari 60 persen menjadi 30 persen, namun tersandung masalah.


"Kami juga sangat menantikan hasil investigasi dari Polda dan pihak yang bersalah mendapat hukuman sepantasnya," kata Bradley.


Sementara Gubernur NTT, Frans Lebu Raya menyatakan, penarikan bantuan biskuit untuk anak-anak di NTT itu sangat merugikan rakyat dan mengharapkan bantuan terus berlanjut agar pada empat tahun kemudian pemerintah daerah bisa melakukan evaluasi atas program untuk meningkatkan gizi anak-anak tersebut. ( ant )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar