07 April 2009

G-8: Dunia Terancam Krisis Pangan

2009-04-07

Suara Pembaharuan

[LONDON] Dunia saat ini menghadapi ancaman krisis pangan permanen dan instabilitas global apabila banyak negara tidak melipatgandakan produksi pertanian mereka sekarang, demikian rancangan keputusan pertemuan menteri-menteri G-8.

Dokumen kebijakan yang dipersiapkan, sempat dilihat Financial Times, Senin (6/4), di London, Inggris, menyebutkan bahwa kini dibutuhkan intervensi sesegera mungkin. Pertemuan G-8 akan membahas bidang pertanian.

Rancangan keputusan itu, juga memperingatkan bahwa produksi pertanian dunia harus digandakan sampai tahun 2050.

Pada masa itu adalah dunia akan berada pada tahap pertumbuhan penduduk paling cepat, sehingga dibutuhkan bahan pangan yang cukup dan mengatasi dampak perubahan iklim.

Apabila tidak dilakukan penggandaan produksi, menurut dokumen itu, krisis pangan akan terjadi dalam dua tahun di sebagian wilayah dunia berlanjut menjadi berkepanjangan.

Disebutkan, krisis pangan ini akan berdampak serius tidak hanya terkait dengan dunia bisnis, tetapi juga di bidang sosial dan hubungan internasional. Pada gilirannya keadaan itu berdampak langsung menciptakan ketidakstabilan keamanan dan politik.


Kerusuhan

Menteri-menteri pertanian anggota G-8 direncanakan bertemu bulan April ini di Italia. Pertemuan itu dilatarbelakangi melonjaknya harga komoditi pertanian tahun lalu, termasuk beras dan gandum. Kenaikan harga ini memicu tejadinya kerusuhan di lebih dari 30 negara mulai dari Bangladesh sampai Haiti.

Walaupun harga komoditas itu kemudian turun sekitar 40 persen-50 persen, namun masih berada di atas tingkat harga sebelum krisis.

Sementara itu, harga komoditas domestik di banyak negara masih berada pada posisi tingkat harga tahun lalu. Tapi, ada beberapa harga komoditi itu naik cukup tinggi di beberapa negara Afrika.

"Masalah perubahan harga masih menjadi elemen yang krusial bagi keamanan pangan dunia," tulis laporan itu. "Kini dibutuhkan meningkatkan produksi pertanian dengan cepat di negara-negara berkembang."

James Bolger, Ketua Forum Pertanian Dunia (WAF) dan juga mantan Perdana Menteri Selandia Baru, menegaskan bahwa pertemuan menteri-menteri pertanian G-8 adalah sangat penting.

Bersatunya pendekatan politik bidang pertanian sudah pasti tidak dapat menghindari usaha masing-masing negara, secara individu, dalam menjamin ketersediaan pangan mereka, ujarnya.

Sedangkan, menurut Menteri Pertanian Amerika Serikat, Tom Vilsack, Washington berencana menggandakan bantuan keuangan untuk pembangunan pertanian di negara-negara miskin. Tahun depan bantuan senilai US$ 1 miliar itu akan disalurkan.

"Kita menghadapi kenyataan pertumbuhan penduduk dunia sebesar 79 juta per tahun. Angka ini bisa menjadi tantangan untuk memacu pertumbuhan kapasitas produksi pangan yang cukup," ungkapnya. [E-4]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar