09 Juni 2009

68 Balita Busung Lapar

Selasa, 9 Juni 2009

BANDAR LAMPUNG (Lampost)
: Sebanyak 68 anak berusia di bawah lima tahun di Lampung mengidap busung lapar (gizi buruk). Untuk mengantisipasi penyebarannya, pemerintah daerah harus mengoptimalisasi dan menambah pos pelayanan terpadu.

Data pada Dinas Kesehatan Lampung menyebutkan hingga Maret 2009 Pesawaran merupakan kabupaten dengan jumlah kasus busung lapar tertinggi, yakni 27 kasus (selengkapnya dalam tabel). "Untuk Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Tanggamus belum ada laporan," kata Kepala Seksi Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Lampung, Uki Basuki, Senin (8-6).

Data yang dihimpun Lampung Post di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUAM) menyebutkan sejak Januari, 10 anak pengidap busung lapar dirawat di ruang Alamanda dan satu di antaranya meninggal dunia.

Kesepuluh anak tersebut, Wahyu (6,5) asal Metro, Wiji (12) asal Tanggamus, Feri (2 bulan) asal Lamsel, Zahra (3,4 bulan) asal Tanjungbintang, Rukmana (2,5 bulan) asal Natar, Emi Laila (3) asal Kedondong, Sultan (2 bulan) asal Kedaton, Suhenah (40 hari) asal Pulau Legundi, dan Sukriya (9) asal Lampung Timur. Satu pasien, yakni Maulana (5) asal Panjang meninggal, Rabu (3-6).

Untuk menangani penderita busung lapar di Lampung, menurut Uki, Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes menyosialisasikan program tata laksana gizi buruk di puskesmas. Dalam program ini penderita gizi buruk akan dilayani dokter dan ahli gizi yang menyarankan pemberian makanan khusus. "Balita yang menderita gizi buruk tanpa disertai penyakit bawaan, persentase sembuhnya mencapai 70%," kata Uki.

Kepala Ruangan Alamanda RSUAM P. Henny Priliyanti menambahkan sebagian besar pasien anak yang dirawat memiliki penyakit bawaan seperti jantung, lever, TBC, diare, dan lainnya. "Asupan gizi yang diberikan sulit terserap tubuh karena penyakit bawaan itu," kata Henny.

Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Lampung Wiwiek Ekameini berjanji memprioritaskan penanganan kasus busung lapar. "Kami sudah memprediksi kasus ini akan bertambah karena krisis global dan krisis ekonomi," kata dia, kemarin.

Menurut Wiwiek, untuk menangani kasus busung lapar dan mencegah bertambahnya penderita, Dinkes akan kembali mengaktifkan pemberian makanan pendamping ASI. "Kami meminta kader posyandu tiap minggu (pekan) ikut memantau program ini," kata dia.

Secara terpisah, mantan Kadis Kesehatan Lampung Zamahsjari Sahli menyebutkan tiga penyebab busung lapar, yakni masalah sosial ekonomi, pendidikan, dan penyakit kronis. Penanganannya harus dilakukan seluruh sektor. Contohnya, memperbanyak posyandu untuk meminimalisasi penderita. "Semua sektor harus aktif memantau dan mengantisipasi bertambahnya kasus gizi buruk," kata widyaiswara Diklat Provinsi Lampung itu.

Terkait upaya yang sudah dilakukan Pemprov, ia menghargai langkah-langkah yang sudah diambil. "Jika dihubungkan dengan ketahanan pangan, lebih melihat kondisi makro. Sedang kasus gizi buruk lebih terkait kondisi mikro," kata dia.

Sementara itu, Plt. Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Lampung Mozes Herman mengatakan pemberantasan dan pencegahan busung lapar dilakukan dengan mengidentifikasi pola hidup, penghasilan, dan faktor lingkungan. Setelah menemukan akar masalahnya, baru dicarikan jalan keluarnya. "Kami akan mengusulkan kepada Gubernur untuk menambah posyandu," kata dia. n UNI/MG3/MG10/U-1

Penderita Gizi Buruk di Lampung

------------------------------------

No. Daerah Jumlah Kasus

------------------------------------

1. Pesawaran 27

2. Bandar Lampung 12

3. Lampung Selatan 11

4. Metro 6

5. Way Kanan 5

6. Lampung Utara 3

7. Lampung Barat 2

8. Tulangbawang 2

------------------------------------

Total 68

------------------------------------

Sumber: Dinas Kesehatan Lampung hingga Maret 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar