JAKARTA, KOMPAS.com - Jangankan di pelosok desa, anak-anak miskin di perkotaan pun punya mimpi yang sama untuk bisa mengenyam pendidikan yang layak. Pendidikan layak bisa menghindarkan mereka dari kemungkinan menjadi pekerja anak ataupun anak jalanan (anjal).
Hal tersebut dikemukakan oleh Direktur Eksekutif Indonesian Street Children Organization (ISCO) Ramida H.F. Siringoringo, di sela jumpa pers '10 Tahun ISCO Berkarya' di Jakarta, Selasa, (30/6). Ramida menambahkan, masalah kemiskinan di Indonesia sampai hari ini masih menjadi "pekerjaan rumah" yang belum juga terselesaikan, akibatnya pemerataan pendidikan pun ikut bermasalah.
"Jadi sebelum anak-anak miskin itu menjadi pekerja anak atau menjadi anak jalanan, kita harus mendahuluinya melalui upaya pemberian sekolah gratis," ujar Ramida.
Selama 10 tahun ini, ISCO telah membantu memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak miskin kota. Tercatat, mulai Juli 2009 nanti, ISCO sudah memberikan pendidikan gratis bagi 2.000 anak miskin dari 26 wilayah kumuh di tiga Provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, serta Sumatera Utara.
"Bantuan sebesar satu juta rupiah per tahun untuk tiap anak mulai TK hingga SMA, mulai uang pangkal, SPP, buku pelajaran, bahkan seragamnya, tetapi jika si siswa ingin terus kuliah tetap kami arahkan tanpa ada biaya," ujar Ramida.
Sementara itu, menurut pendiri ISCO Josef Fuchs, mimpi semua anak adalah sama. Selama masih banyak anak yang berada di jalanan, baik sebagai pengamen, pemulung, pengemis, dan sebagainya untuk bekerja dan tidak sekolah akibat kemiskinan hidupnya, selama itu pula semua pihak punya tanggung jawab mewujudkan mimpi anak-anak tersebut.
"Banyak pihak mendukung kami, untuk itu sepuluh tahun mendatang kami bertekad membantu pendidikan gratis bagi 200.000 anak di Indonesia," ujar Josef.
LTF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar