Jakarta, Kompas -
Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah kepada Kompas, Senin (6/4) di Jakarta. Anis tengah di Hongkong dan akan memantau pelaksanaan Pemilu 2009.
"Kami sempat bertemu dengan buruh migran di Victoria Park di Hongkong. Dari sekitar 6.000 buruh migran yang ada di situ, hanya 10-12 persen yang tertarik dengan pemilu," kata Anis.
Migrant Care adalah organisasi nonpemerintah yang memperjuangkan hak buruh migran. Organisasi itu adalah salah satu lembaga pemantau pemilu yang sah tercatat di Komisi Pemilihan Umum.
Menurut Anis, alasan lain rendahnya partisipasi di Hongkong adalah ketidakpedulian TKI terhadap pemilu. Pasalnya, selama ini pemerintah yang dibentuk dari hasil pemilu mengabaikan masalah TKI. Selain itu, TKI juga tidak merasa terwakili oleh calon anggota legislatif pada Pemilu 2009, baik dari sisi kedaerahan maupun emosional.
"Di Hongkong, pada hari pemungutan suara bukan hari libur. Tak semua majikan memberikan izin untuk melakukan pemungutan suara," kata Anis.
Dalam daftar pemilih tetap Pemilu 2009 yang dikeluarkan KPU pada 7 Maret 2009, pemilih di luar negeri sebanyak 1.475.847 orang. Sebanyak 103.931 orang terdaftar sebagai pemilih tetap di Hongkong. Seluruh pemilih di luar negeri akan memilih calon anggota DPR pada Daerah Pemilihan DKI Jakarta II.
Samuel Gultom, Program Officer for Human Rights and Access to Justice Yayasan Tifa, memaparkan, Yayasan Tifa terlibat sebagai lembaga donor bagi organisasi nonpemerintah yang memantau pemilu di luar negeri, yakni Migrant Care.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar