18 Oktober 2009

Keluarga Miskin di Jakarta Meningkat

Kamis, 15 Oktober 2009 14:04
Keluarga Miskin di Jakarta Meningkat


Jakarta - Upaya pemerintah daerah (pemda) dalam penanganan kemiskinan di DKI Jakarta dipertanyakan anggota Dewan.


Berdasarkan data, jumlah keluarga miskin di Jakarta tidak berkurang, justru sebaliknya mengalami pening-katan beberapa tahun terakhir.
Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD DKI Jakarta Asyraf Ali mempertanyakan hal ini, Rabu (14/10). Berdasarkan data tahun 2005, sebagaimana dikemukakan Asisten Kese-jahteraan Masyarakat DKI Jakarta Effendi Anas, jumlah orang miskin di Jakarta 160.480 kepala keluarga (KK). Sementara itu, data tahun 2008, jumlah orang miskin bertambah menjadi 180.660 keluarga.
Bila jumlah keluarga miskin bertambah, berarti ada yang salah dalam menangani orang miskin.
Karena itu, harus ada evaluasi untuk melihat persoalan dan hambatan yang muncul dalam penanganan orang msikin di Jakarta.
Bagi Asyraf, gubernur mempunyai kepedulian yang besar terhadap orang miskin. Hanya saja, kepedulian gubernur saja belum cukup. Paling penting adalah bagaimana penanganan di lapangan sehingga makin hari jumlah keluarga miskin berkurang, bukannya bertambah.
Untuk itu, kata Asyraf, unit-unit atau instansi yang melaksanakan kebijakan gu-bernur harus fokus. Guna me-ngetahui secara pasti mengenai warga miskin, pemimpin unit atau pihak yang melaksanakan program harus terjun langsung ke lapangan untuk melihat dari dekat bagaimana tingkat pendidikan warga miskin dan bagaimana lingkungannya.
Dengan terjun secara langsung dan mengetahui persoalan secara pasti, akan lebih mudah mengatasinya. Bahkan, model penanganan orang miskin di setiap wilayah bisa berbeda sesuai dengan kondisi warga miskin yang bersangkutan.
"Pemimpin unit pun harus benar-benar peduli terhadap kaum miskin sehingga memberikan perhatian penuh. Program kemiskinan harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan kaum miskin, bukan pada proyek,'' kata Asyraf.
Asyraf yang juga anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta berpendapat, bukan selamanya orang yang tidak mampu atau tidak berdaya secara ekonomi harus selalu dibantu dengan uang dan barang kebutuhan. Mereka yang masih segar atau sehat bisa dipekerjakan pada kegiatan-kegiatan yang disiapkan.
Dicontohkan, ada dana rutin untuk penyiraman taman-taman atau dana untuk kebersihan di tingkat kelurahan atau bisa juga memanfaatkan dana pembersihan saluran-saluran yang tidak memakai tender melibatkan orang miskin.
Caranya sederhana, yakni melibatkan lurah setempat. Para lurah dengan bantuan RT dan RW akan mengetahui berapa jumlah orang miskin di kelurahan. Orang miskin ini yang dikoordinasi untuk menangani taman-taman atau saluran maupun kebersihan di lingkungan kelurahan dengan lurah dan unit-unit terkait sebagai koordinator.
Bila cara ini dipakai, akan lahir banyak manfaat. Selain memberikan penghasilan kepada orang miskin, juga memberi rasa tanggunga jawab kepada warga setempat atas keindahan, kebersihan ling-kungan, dan kenyamanan.
Gubernur dengan pembantu-pembantunya harus segera mencari terobosan baru dan tidak bisa hanya dengan menggunakan pola yang sama seperti yang dipraktikkan selama ini.
Karena terbukti, jumlah orang miskin meningkat dan itu berarti pola yang digunakan salah atau orang-orang yang menangani program pena-nganan kemiskinan tidak pas.

(andreas piatu)


Kamis, 15 Oktober 2009 14:04
Keluarga Miskin di Jakarta Meningkat


Jakarta - Upaya pemerintah daerah (pemda) dalam penanganan kemiskinan di DKI Jakarta dipertanyakan anggota Dewan.


Berdasarkan data, jumlah keluarga miskin di Jakarta tidak berkurang, justru sebaliknya mengalami pening-katan beberapa tahun terakhir.
Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD DKI Jakarta Asyraf Ali mempertanyakan hal ini, Rabu (14/10). Berdasarkan data tahun 2005, sebagaimana dikemukakan Asisten Kese-jahteraan Masyarakat DKI Jakarta Effendi Anas, jumlah orang miskin di Jakarta 160.480 kepala keluarga (KK). Sementara itu, data tahun 2008, jumlah orang miskin bertambah menjadi 180.660 keluarga.
Bila jumlah keluarga miskin bertambah, berarti ada yang salah dalam menangani orang miskin.
Karena itu, harus ada evaluasi untuk melihat persoalan dan hambatan yang muncul dalam penanganan orang msikin di Jakarta.
Bagi Asyraf, gubernur mempunyai kepedulian yang besar terhadap orang miskin. Hanya saja, kepedulian gubernur saja belum cukup. Paling penting adalah bagaimana penanganan di lapangan sehingga makin hari jumlah keluarga miskin berkurang, bukannya bertambah.
Untuk itu, kata Asyraf, unit-unit atau instansi yang melaksanakan kebijakan gu-bernur harus fokus. Guna me-ngetahui secara pasti mengenai warga miskin, pemimpin unit atau pihak yang melaksanakan program harus terjun langsung ke lapangan untuk melihat dari dekat bagaimana tingkat pendidikan warga miskin dan bagaimana lingkungannya.
Dengan terjun secara langsung dan mengetahui persoalan secara pasti, akan lebih mudah mengatasinya. Bahkan, model penanganan orang miskin di setiap wilayah bisa berbeda sesuai dengan kondisi warga miskin yang bersangkutan.
"Pemimpin unit pun harus benar-benar peduli terhadap kaum miskin sehingga memberikan perhatian penuh. Program kemiskinan harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan kaum miskin, bukan pada proyek,'' kata Asyraf.
Asyraf yang juga anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta berpendapat, bukan selamanya orang yang tidak mampu atau tidak berdaya secara ekonomi harus selalu dibantu dengan uang dan barang kebutuhan. Mereka yang masih segar atau sehat bisa dipekerjakan pada kegiatan-kegiatan yang disiapkan.
Dicontohkan, ada dana rutin untuk penyiraman taman-taman atau dana untuk kebersihan di tingkat kelurahan atau bisa juga memanfaatkan dana pembersihan saluran-saluran yang tidak memakai tender melibatkan orang miskin.
Caranya sederhana, yakni melibatkan lurah setempat. Para lurah dengan bantuan RT dan RW akan mengetahui berapa jumlah orang miskin di kelurahan. Orang miskin ini yang dikoordinasi untuk menangani taman-taman atau saluran maupun kebersihan di lingkungan kelurahan dengan lurah dan unit-unit terkait sebagai koordinator.
Bila cara ini dipakai, akan lahir banyak manfaat. Selain memberikan penghasilan kepada orang miskin, juga memberi rasa tanggunga jawab kepada warga setempat atas keindahan, kebersihan ling-kungan, dan kenyamanan.
Gubernur dengan pembantu-pembantunya harus segera mencari terobosan baru dan tidak bisa hanya dengan menggunakan pola yang sama seperti yang dipraktikkan selama ini.
Karena terbukti, jumlah orang miskin meningkat dan itu berarti pola yang digunakan salah atau orang-orang yang menangani program pena-nganan kemiskinan tidak pas.
(andreas piatu)

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/keluarga-miskin-di-jakarta-meningkat/?tx_ttnews%5Byears%5D=2009&tx_ttnews%5Bmonths%5D=10&tx_ttnews%5Bdays%5D=15&cHash=ab85e1f481


Tidak ada komentar:

Posting Komentar