20 Oktober 2009

Membangun Rumah, Membangun Harapan

Selasa, 20 Oktober 2009 13:25
Membangun Rumah, Membangun Harapan


JAKARTA – Nasib korban kebakaran di Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta Utara, hingga kini masih belum jelas.


Sebagian dari mereka masih bertahan di kolong Tol Wiyoto Wiyono. Ultimatum agar mereka pindah setelah pelantikan presiden pada Selasa (20/10) membuat warga korban kebakaran deg-degan.
Memang masih ada warga yang bertahan di kolong Tol Wiyoto Wiyono, tetapi ada pula yang memilih untuk membangun kembali rumah mereka yang ludes terbakar pada 27 September 2009 lalu. Salah satunya adalah Arsanah (30), warga RT 01/12, Penjaringan, Jakarta Utara, yang rumahnya telah rata dengan tanah akibat kebakaran besar tersebut. Ia mengaku telah mulai membangun rumahnya.
Dana yang dibutuhkan sebesar Rp 25 juta, cukup besar untuk ukuran Arsanah yang mengandalkan warung sebagai tempat penghidupannya, suami, serta dua orang anaknya. "Tetapi, sekarang warungnya sudah hangus," ujar Arsanah lirih.
Sejauh ini, Arsanah dan suami telah menghabiskan biaya sebesar Rp 15 juta untuk membangun rumahnya. Dana sebesar itu mereka dapatkan dengan cara meminjam dari berbagai pihak, khususnya sanak kerabat terdekat mereka. "Masih butuh Rp 10 juta lagi. Kami sudah bingung mau dapat dari mana uang sebesar itu," ujarnya.
Hal serupa juga dilakukan Sutarman (48), Ketua RW 12 di lokasi kebakaran Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta Utara. Seperti halnya Arsanah, dia pun mulai kembali membangun rumahnya yang ludes terbakar dengan biaya sendiri. Ia melakukan hal itu karena hingga kini, hampir satu bulan setelah kebakaran besar pada tanggal 27 September 2009 yang menghanguskan ribuan rumah di wilayah padat penduduk tersebut, bantuan berupa material bangunan tidak pernah diterima warga. "Padahal kami sangat membutuhkannya," ujarnya.
Sutarman menjelaskan, bantuan sembako dan peralatan sekolah sudah sering mereka terima dari berbagai pihak yang peduli terhadap nasib mereka. "Kami akan terima semua bantuan, namun saat ini kami sangat membutuhkan bantuan material," ucapnya.
Dia menambahkan, pihak Wali Kota Jakarta Utara memang pernah memberikan bantuan sebesar Rp 50 juta dan diterima secara tunai olehnya. Namun, bila dibagi rata kepada seluruh kepala keluarga (KK) korban kebakaran, setiap warga hanya akan menerima sebesar Rp 30.000 per KK. "Mana cukup?" tukasnya.
Akhirnya, atas kesepakatan dari seluruh warga, dana tersebut nantinya akan mereka gunakan untuk membeli peralatan-peralatan sosial. "Namun, kami belum tentukan jenis barang yang akan kami beli menggunakan dana wali kota itu," katanya.
Ribuan warga korban kebakaran Penjaringan mengalami kesulitan seperti yang dialami oleh Sutarman dan Arsanah. Mereka sangat membutuhkan bantuan material. Perhatian dan bantuan dari semua pihak, khususnya Pemda Jakarta, sangat mereka harapkan. "Kami sangat berharap ada bantuan dari Bapak Gubernur," ucap Arsanah.

Ditertibkan Paksa
Terkait keberadaan warga yang masih bertahan di kolong Tol Wiyoto Wiyono, Kepala Suku Dinas Tramtib dan Linmas Jakarta Utara Sulistiarto telah menegaskan bahwa warga harus segera meninggalkan kolong jalan tol. Selain telah melebihi batas 15 hari penanganan bencana, lokasi tersebut tidak diperuntukkan sebagai tempat tinggal.
Dia menambahkan, pihaknya khawatir kebakaran dijadikan alasan oleh sebagian orang untuk tinggal di kolong jalan tol. "Yang jelas, kami akan tertibkan mereka setelah pelantikan presiden pekan ini," tambahnya.
Kebakaran yang melanda kawasan Kampung Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta Utara, terjadi 27 September 2009 lalu, membuat sedikitnya 5.761 jiwa di RW 11 dan 12 Kelurahan Penjaringan kehilangan tempat tinggal. Mereka kini sedang membangun rumahnya kembali. Sebagian lain sudah mengganti tenda terpal plastik dengan tripleks dan asbes agar lebih tahan jika turun hujan.

Kini warga korban kebakaran Kampung Rawa Bebek menunggu nasib pascapelantikan Presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono. (cr-9)


http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/membangun-rumah-membangun-harapan/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar