30 Oktober 2009
Menakertrans diminta tangani TKI
MALANG: Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar diharapkan dapat menyelesaikan berbagai masalah perlindungan dan pengawasan terhadap proses penempatan dan pemulangan tenaga kerja Indonesia.
J. Siswo, Direktur Utama PT PA Tunggal Kota Malang, perusahaan pengerah TKI ke luar negeri, mengatakan pengawasan harus ditingkatkan karena ada praktik-praktik ilegal di luar negeri yang berpotensi merugikan TKI dan perusahaan pengerah jasa TKI.
Praktik tersebut berupa perpanjangan kontrak secara ilegal, tanpa sepengetahuan perusahaan pengerah TKI.
"Yang sulit, terkadang kami tetap diminta bertanggung jawab jika TKI tersebut bermasalah. Padahal, mereka telah memperpanjang kontrak dengan tanpa melibatkan perusahaan pengerah tenaga TKI," ujarnya kemarin. (Bisnis/k24)
27 Oktober 2009
Rumah Dibongkar, Warga Depok Menangis
Rumah Dibongkar, Warga Depok Menangis
Pemkot Jakbar Bongkar Bangunan di Bantaran Kali Angke
Antisipasi Banjir Pemkot Jakbar Bongkar Bangunan di Bantaran Kali Angke JAKARTA--MI: Pemkot Jakarta Barat membongkar paksa ratusan bangunan liar di bantaran Kali Angke, Rawa Buaya, Jumat (23/10). Sekitar 200 aparat gabungan satpol PP, polisi, dan TNI dikerahkan dalam melakukan penertiban tersebut. Penulis : Intan Juita Beberapa warga mencoba menghalang-halangi petugas yang melakukan pembongkaran menggunakan palu dan linggis. Beberapa diantaranya mengajak petugas beradu mulut. Namun hal tersebut tak digubris petugas yang terus melanjutkan aksinya. "Saya sudah tinggal di rumah ini selama bertahun-tahun. Sekarang pemerintah main bongkar begitu saja, terus kita mau tinggal dimana lagi," ujar Eli, warga RT 01/012, di depan tempat tinggalnya yang telah rata dengan tanah . Menurut Eli, ia memang telah beberapa kali menerima surat peringatan dari pihak kelurahan. Ia dan warga lain yang tinggal di bantaran kali diminta Untuk membongkar sendiri bangunannya dan pindah dari lokasi tersebut. Namun, Eli megaku tak menuruti perintah tersebut lantaran tak punya tujuan lagi. "Saya bingung mencari tempat tinggal lain, jadi saya tetap bertahan," ujarnya. Sementara itu, Sinta, warga lainya mengaku tidak punya uang untuk mencari rumah baru. "Jangankan rumah, membayar kontrakan saja saya tidak sanggup," lirihnya. Kepala Suku Dinas PU Tata Air Jakarta Barat Heryanto menjelaskan, keberadaan bangunan liar di bantaran Kali Angke, Rawa Buaya telah membuat lebar kali yang semula 40 meter menyempit menjadi 20 meter. Sehingga, ketika musim penghujan tiba, air yang seharusnya bisa mengalir menjadi terhambat dan meluap ke permukiman warga. Hal inilah yang membuat wilayah Rawa Buaya menjadi daerah langganan banjir. "Diharapkan dengan normalisasi Kali Angke ini, predikat daerah banjir bagi kelurahan Rawa Buaya bisa dihilangkan," harapnya. Lebih lanjut kata Heryanto, saat ini Pemkot Jakbar tengah gencar melakukan penanganan banjir. Setidaknya, pada penghujung 2009 ini, Pemkot Jakbar telah menargetkan pembersihan terhadap bangunan liar di dua bantaran kali yang melintasi wilayahnya, yakni bantaran Kali Kali Mookervart dan Kali Angke. Selain pembersihan bangunan di kedua kali tersebut, pembersihan saluran air mikro yang ada di 8 kecamatan di Jakbar juga tengah dilakukan. Setidaknya, dari 8 kecamatan, sudah 3 kecamatan yang saluran air dinormalkan, yakni Tamansari, Grogol Petamburan, Tambora. Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Jakarta Barat Djunaedi yang memantau berlangsungnya pembongkaran mengatakan, Pemkot terpaksa membongkar bangunan, karena masih ada sebagian warga yang tidak kooperatif. "Mereka menolak pindah, padahal sudah jelas bangunan mereka yang berdiri di bantaran kali adalah salah satu penyebab utama terjadinya banjir," paparnya. Ia menambahkan, keberadaan bangunan di bantaran kali juga mengganggu proyek normalisasi kali yang saat ini tengah dilakukan oleh pemerintah. "Setelah bantaranya bersih dari bangunan liar, Pemprov DKI berencana akan melakukan pengerukan pada 2010 mendatang," ungkap Djunaedi. (Jui/OL-03) http://www.mediaindonesia.com/index.php/read/2009/10/23/101869/37/5/Pemkot_Jakbar_Bongkar_Bangunan_di_Bantaran_Kali_Angke |
200 Bangunan Liar Dibongkar
200 Bangunan Liar DibongkarOktober 26, 2009 - 12:13 JATINEGARA (Pos Kota)- Sekitar 200 bangunan liar di bawah jembatan Kampung Melayu RW 01 Kelurahan Kampung Melayu dibongkar aparat Kecamatan Jatinegara. Pasalnya selain tanpa izin, keberadaan mereka juga berbahaya karena berada di kolong jembatan dan saat hujan air tidak bisa mengalir karena tersumbat bangunan. Meski sebelumnya sudah berulangkali diberitahu agar segera pindah oleh pihak kelurahan dan kecamatan, namun mereka tetap membandel. "Kalau mau pindah kemana Pak? Boro-boro buat cari kontrakan, untuk makan saja nggak jelas setiap hari," keluh Ny. Nana, penghuni. Tidak tahu harus pindah kemana, penghuni akhirnya hanya menggelar barang-barang mereka di Bantaran Kali Ciliwung. "Yah, mau gimana lagi, suami saya masih mulung, dia nggak tau kalau rumah kita dibongkar. Mudah-mudahan nggak hujan, kalau hujan bingung neduh dimana," paparnya. Wakil Camat Jatinegara Ali Murthado yang memimpin pembongkaran mengatakan bangunan liar di kolong jembatan Kampung Melayu tersebut pernah dibongkar. "Tapi mereka kembali lagi karena setelah dibongkar, lahan kosong itu tidak ditutup oleh instansi terkait," katanya. Untuk itu ia berharap setelah pembongkaran ini paling tidak Sudin PU Jalan dan Sudin PU Tata Air Jaktim bisa segera memagarnya. "Tidak mungkin aparat kami menjaga lahan itu terus menerus karena banyak masalah di wilayah lain juga yang perlu penanganan aparat," lanjut Ali. (dieni/B) http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2009/10/26/200-bangunan-liar-dibongkar |
Sebuah Rumah di Pal Batu Terbakar
Minggu, 25/10/2009 02:06 WIB Sebuah Rumah di Pal Batu Terbakar Aprizal Rahmatullah - detikNews Ilustrasi "Tadi pukul 01.35 WIB," kata petugas sudin pemadam kebakaran Jakarta Selatan, Sana saat dihubungi detikcom, Minggu (25/10/2009). Menurut Sana, saat ini petugas masih terus berusaha memadamkan api. Belum diketahui penyebab terjadinya kebakaran. "Apinya cukup besar," imbuhnya. (ape/ape) http://www.detiknews.com/read/2009/10/25/020624/1227817/10/sebuah-rumah-di-pal-batu-terbakar- |
Pemukiman Kumuh di Kuningan Terbaka
Pemukiman Kumuh di Kuningan TerbakarMinggu, 25 Oktober 2009 - 10:50 wib Hariyanto Kurniawan - OkezoneJAKARTA - Pemukiman kumuh yang berada berdekatan dengan Mal Ambassador terbakar. Kebakaran terjadi sekira pukul 10.35 WIB. http://news.okezone.com/read/2009/10/25/338/268953/pemukiman-kumuh-di-kuningan-terbakar |
Kebakaran di Mampang Berhasil Dipadamkan
Kebakaran di Mampang Berhasil DipadamkanMinggu, 25 Oktober 2009 | 22:04 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta - Sekitar 21 unit mobil dinas pemadam kebakaran berhasil memadamkan kebakaran yang terjadi di Mampang Prapat 4, tepat di belakang Hotel Maharani Buncit Raya, Jakarta Selatan. VENNIE MELYANI http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2009/10/25/brk,20091025-204422,id.html |
Sehari Lima Kebakaran
Sehari Lima Kebakaran Gardu Hangus, KRL Alami Keterlambatan Penghuni rumah di Jalan Mampang Prapatan 4, Kelurahan Tegal Parang, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, mencari barang-barang yang tersisa di antara puing kebakaran setelah api melalap rumah tersebut, Minggu (25/10) malam. Senin, 26 Oktober 2009 | 06:28 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran lagi-lagi terjadi di Jakarta, Minggu (25/10) dini hari hingga menjelang sore. Kebakaran terjadi di lima lokasi yang menghanguskan rumah dan lapak-lapak pedagang barang bekas di Jakarta Selatan dan di Jakarta Timur. Petugas Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan, Sana, mengatakan, kebakaran pertama terjadi pada Minggu sekitar pukul 01.30. "Sebuah rumah di Jalan Pal Batu 2 terbakar. Dikerahkan 17 mobil pemadam kebakaran karena apinya cukup besar dan dikhawatirkan meluas. Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran yang belum diketahui sebabnya ini," tutur Sana. Para petugas pemadam di Jakarta Selatan tidak sempat beristirahat lama karena, pada pukul 10.00, lapak-lapak pedagang barang bekas di Gang Dogel, dekat Mal Ambasador, Kuningan, Jakarta Selatan, terbakar. "Kami juga belum tahu api berasal dari lapak atau apa sebenarnya. Tahu-tahu api menyambar atap lapak saya. Cuma bisa menyelamatkan barang-barang dagangan saja sudah lumayan," kata Wiryo, salah satu pedagang. Kebakaran yang terjadi di Gang Dogel ini membuat arus lalu lintas di Jalan Prof Satrio ke arah Cawang dan ke arah Karet tersendat. Petugas pemadam dengan empat mobil pemadam kebakaran terhambat oleh banyaknya orang yang menonton dan kemacetan. Sementara pada Minggu pukul 19.00, kebakaran menghanguskan dua rumah di permukiman padat di Jalan Mampang Prapatan 4, di belakang Hotel Maharani. Sebanyak 19 mobil pemadam dikerahkan untuk memastikan api segera padam dan tidak meluas. "Ceroboh. Itu penyebab utamanya. Yang di Pal Batu amat mungkin karena instalasi listriknya tidak benar. Yang di Gang Dogel dan di Mampang diduga serupa penyebabnya. Beberapa hari lalu malah ada yang meninggalkan lilin menyala di rumahnya. Begitu pulang, rumahnya sudah hangus. Kami berharap warga lebih waspada," kata Teja, petugas pemadam. Pada waktu yang sama, di Jakarta Timur, tujuh kios di Pasar Ciplak, Cipinangbesar Selatan, juga ludes terbakar. Minggu siangnya, menyusul dua kios ludes di Pasar Pramuka, Jalan Pramuka Raya. Humas PD Pasar Jaya Nur Havidz menjelaskan bahwa musibah kebakaran yang terjadi di dua pasar itu disebabkan oleh hubungan pendek arus listrik. Sambil menunggu perbaikan instalasi listrik dan kios usai, pedagang memilih tidak berdagang. Besarnya kerugian akibat kebakaran diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. PD Pasar Jaya berjanji akan memperketat pengawasan instalasi listrik dan pemakaiannya di pasar-pasar. Gardu terbakar Akhir pekan kemarin juga diwarnai kebakaran gardu listrik penyuplai kebutuhan listrik kereta rel listrik di Stasiun Universitas Indonesia, Depok, disusul terbakarnya gerbong KRL di Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat. Humas PT Kereta Api Daerah Operasi Satu Jabodetabek Sugeng Prijono mengatakan, gerbong yang terbakar di Stasiun Gondangdia disebabkan hubungan pendek arus listrik pada motor traksi di bawah gerbong penumpang. "Korsleting terjadi di salah satu gerbong di KA 951 tujuan Bogor-Jakarta, pukul 17.55, Minggu. Seluruh penumpang sudah dievakuasi ke kereta AC ekonomi KA 413 dari Stasiun Gambir menuju Jakarta Kota," ujar Sugeng. KA 951 masih bisa melanjutkan perjalanan dari Gondangdia ke Gambir dengan mengaktifkan dua motor traksi. Terkait kebakaran gardu listrik di Stasiun UI, Sabtu (24/10), Sugeng menjelaskan, perjalanan KRL antara Depok dan Pasar Minggu akan mengalami keterlambatan dari kedua arah hingga awal Desember nanti. Waktu keterlambatan 10 sampai 15 menit untuk setiap KRL. Jumlah perjalanan KRL di jalur itu per hari mencapai sedikitnya 90 KRL. "Kami harus mengganti enam unit high speed circuit breaker yang harus didatangkan dari luar negeri. Pasokan listrik di Stasiun UI akan dibantu dari Stasiun Depok dan Tanjung Barat. Untuk itu, akan terjadi penurunan daya sehingga dibatasi empat rangkaian saja pada saat bersamaan di jalur Depok dan Pasar Minggu," papar Sugeng. (ONG/NEL) http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/10/26/06280086/Sehari.Lima.Kebakaran |
Pak SBY-Boediono, Sudah Tahukah Kenyataan (Bukan Statistik) Nasib Orang Miskin Yang Sebenarnya?
Rabu, 21 Oktober 2009Pak SBY-Boediono, Sudah Tahukah Kenyataan (Bukan Statistik) Nasib Orang Miskin Yang Sebenarnya? Jumlah orang miskin yang ditangkap dan diusir dari kota setiap bulannya, rata-rata kasus pembakaran/kebakaran dalam satu tahun di Jakarta (71% pemukiman miskin) serta orang miskin yang mengalami gangguan jiwa...... Di Jakarta dan sekitarnya, setiap bulan rata-rata 3.223 orang miskin ditangkap dan diusir dari kota. Mereka bukan hanya dikejar dan diusir, tetapi rumah dan tempat usaha mereka juga dibakar. Setiap tahun rata-rata terjadi 700 kasus pembakaran/kebakaran di Jakarta dan sekitarnya, 71 persen mengena pada permukiman miskin dan 21 persen pada pasar tradisional dan bangunan publik. Bahkan, di Mojokerto dan Nganjuk, kota kecil di Jawa Timur, orang-orang miskin yang hidup dari jalanan ditangkap dan dibuang ke hutan layaknya membuang binatang. Kebijakan yang berpihak kepada konglomerat dan kriminalisasi orang melarat telah melahirkan pemiskinan yang kian dalam. Pada tahun 2006 WHO mencatat, 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa dan mayoritas berasal dari kelompok miskin. Jumlah penderita gangguan jiwa meningkat 10 persen-20 persen setiap tahun. Sepanjang tahun 2005-2007, sedikitnya 50.000 orang bunuh diri karena alasan kemiskinan dan impitan ekonomi. Tidak terhitung berapa ibu membunuh anaknya karena alasan serupa. Kian dalamnya pemiskinan tidak pernah terlihat oleh kacamata pemerintah yang mengukur kemiskinan hanya dengan garis kemiskinan yang sungguh menipu akal sehat. Dipetik dari artikel Sri Palupi Ketua Institute for Ecosoc Right, Bank Century dan Hukum Rimba, Kompas 15 September 2009 selengkapnya http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/09/15/02511499/.bank.century.dan.hukum.rimba |
Pak SBY -Boediono, Kusnan Sehari Hidup Hanya Dengan Rp 4.00
Rabu, 21 Oktober 2009Pak SBY -Boediono, Kusnan Sehari Hidup Hanya Dengan Rp 4.000?berikut ini beritanya..........Kemiskinan Sehari Hidup dengan Rp 4.000 Kompas Rabu, 21 Oktober 2009 Nyeruput teh dulu di sini, Neng. Panas banget," ajak Kusnan (47) sambil menuju lapak warung minuman di sudut Pasar Cipulir, Jakarta Selatan, Selasa (20/10). Setumpuk celana pendek dagangannya disampirkan di sandaran kursi plastik. Tas pinggang dibukanya, hanya tampak empat lembar uang ribuan dan buku catatan kecil kumal. Kusnan mencomot sepotong tempe goreng dan meneguk teh hangat, makan siangnya hari itu. "Beginilah, sudah dari jam delapan keliling pasar, baru empat orang yang bayar kredit celana. Kalau lagi untung, setengah hari begini sudah dapat Rp 15.000, bisa makan nasi saya," katanya. Kusnan salah satu dari banyak penjual pakaian secara kredit dengan daerah operasi di pasar-pasar dan perkampungan di Jakarta. Selain celana pendek, dagangan mereka antara lain daster, pakaian anak-anak, celana jin, busana muslim, hingga pakaian dalam perempuan. Konsumen mereka mulai dari pekerja di pasar, pemilik lapak-lapak kecil, hingga ibu-ibu rumah tangga. Harga dagangan mulai dari Rp 10.000 untuk tiga pakaian dalam anak-anak sampai Rp 200.000 untuk satu setel busana muslim plus kerudung atau jilbab. Waktu dan besar cicilan disesuaikan dengan kemampuan konsumen. Harga celana pendek dagangan Kusnan, misalnya, rata–rata Rp 10.000-Rp 20.000. Yang berminat cukup membayar Rp 1.000 per hari. "Setiap hari, paling tidak ada satu sampai 20 celana bisa saya jual. Cicilan pertama dibayar saat itu juga. Pemasukan lain dari nagih ke pembeli sebelumnya. Sayangnya, selalu saja ada yang menunggak, bahkan tidak bayar karena pindah atau benar-benar tidak punya uang. Mau ditarik barangnya tidak mungkin, sudah telanjur dipakai," katanya. Kusnan menambahkan, ia mengambil celana itu dari perajin konveksi yang juga tetangga sebelah rumah petak kontrakannya, tak jauh dari Pasar Cipulir. Bergantung model, bahan, dan ukuran, celana jualannya dipatok Rp 6.000-Rp 12.000 per potong. Kalau lancar, Kusnan sebenarnya bisa untung Rp 4.000-Rp 8.000 setiap satu celana yang lunas terbayar. Sekitar enam tahun lalu, Kusnan mengaku memiliki lapak kecil tempat ia dan istrinya berdagang pakaian di dekat Pasar Kebayoran Lama. Namun, nasib membawanya menjadi korban gusuran. Lusinan pakaian dan lapak disita petugas, tak pernah kembali. Tanpa modal, Kusnan kesulitan memulai lagi membuka usahanya. "Saya sudah dari umur 15 tahun merantau dari Tegal, Jawa Tengah, ke sini. Pernah jadi tukang batu sebelum akhirnya bisa buka lapak. Setelah digusur, istri dan tiga anak saya masih butuh makan. Ya sudah, jadi tukang kredit celana. Pendapatan turun, tetapi antigusuran," katanya tergelak. Bagi Kusnan, tidak ada alasan untuk tidak tertawa di sela-sela keletihan akibat berkeliling Pasar Cipulir dan kampung-kampung di sekitarnya. Selasa kemarin, jika nasib baik belum menghinggapinya, dipastikan hanya kurang dari Rp 4.000 yang bisa diberikannya kepada sang istri. Yang penting usaha, tegasnya. *Belum tersentuh* "Mau tidak mau, harus mau. Tidak ada yang menolong. Kucuran kredit dari pemerintah kata Neng? Tidak pernah ditawarkan ke kami. Tempat untuk pedagang kecil saja susah, apalagi bantuan modal. Mungkin karena kami enggak punya, jadi enggak pernah ditanyain maunya apa?" tambah Kusnan. Pekerja nonformal seperti Kusnan hanyalah segelintir orang yang terselip di antara jutaan warga miskin. Di jalanan Ibu Kota, sudut-sudut perempatan, hingga kolong jembatan, tampak kehidupan orang-orang yang tidak punya jalan keluar menggantungkan hidup dari mengemis. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2009, tingkat kemiskinan sekarang mencapai 15,4 persen dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia. Bagaimana mengentaskan mereka dari kemiskinan? Tentu ini menjadi pekerjaan rumah bagi kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden baru, Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono. Apalagi dalam pidato kenegaraan saat dilantik di Gedung MPR/DPR, Selasa kemarin, SBY menekankan bahwa target utama kinerja pemerintahan dalam lima tahun ke depan adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Masyarakat masih menunggu bisakah target periode pemerintahan terdahulu mereduksi angka kemiskinan menjadi 8,2 persen terpenuhi dalam lima tahun ke depan? Lihat saja nanti. (NELI TRIANA) sumber http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/21/04250154/sehari.hidup.dengan.rp.4.000 Baca juga Pak SBY-Boediono, Tahukah Anda Nasib Orang Miskin yg Sebenarnya? Kenyataan (Bukan Seolah-olah Statistik Loh) |
Pengamen Cilik Tewas Dilempar
Pengamen Cilik Tewas Dilempar
|
Dirazia, Pedagang Jalanan Rusak Pasar
26/10/2009 22:28Liputan6.com, Makassar: Penertiban pedagang kaki lima atau PKL di Pasar Terong, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (26/10), berlangsung ricuh. Ratusan pedagang jalanan mengamuk dan merusak sebagian sudut pasar. Tindakan ini sebagai protes atas penertiban yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Makassar. Sekeras apa pun perlawanan para pedagang, petugas tetap melakukan penertiban serta membongkar lapak-lapak liar. Penertiban dilakukan sebab para pedagang yang berjualan di emperan pasar dan trotoar mengganggu lalu lintas serta menghalangi pejalan kaki. Protes para pedagang juga terjadi di Pasar Palapa, Medan, Sumatra Utara. Para pedagang marah karena khawatir penggusuran akan membuat mereka semakin terpuruk. Apalagi, pemerintah daerah tidak menyediakan lokasi baru bagi mereka untuk berdagang. Namun, protes para pedagang tak digubris. Petugas tetap membongkar lapak-lapak liar yang dianggap melanggar ketertiban dan kebersihan. Selengkapnya simak video berikut.(BOG/ANS) http://berita.liputan6.com/daerah/200910/248920/Dirazia.Pedagang.Jalanan.Rusak.Pasar |
Pengawasan Kendor, Pedagang Senang
Pengawasan Kendor, Pedagang SenangOktober 27, 2009 - 1:58 KEBAYORAN LAMA (Pos Kota) – Ratusan pedagang Kaki-5 yang menggunakan lapak maupun gerobak dorong di sepanjang Jl. Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, kembali menguasai pinggir jalan. Mereka enggan masuk ke dalam karena dinilai kegiatan penertiban maupun pengusiran hanya setengah hati saja. "Kami mau jika semua pedagang seluruhnya masuk ke dalam lokasi belakang pasar yang ada tapi jangan hanya setengah-setengah mengusir atau menindaknya," kata Ny. Iroh, pedagang ikan basah di pinggir Jl. Raya Pasar Kebayoran Lama, Senin (26/10). Menurut dia, tindakan pengusiran maupun penertiban pedagang yang selama ini membuka usaha di pinggir jalan maupun trotoar terkesan pilih kasih sehingga banyak pedagang senang setelah diusir kembali mereka buka usaha. Tindakan pengawasan dan penjagaan yang dilakukan puluhan anggota Tramtib Jaksel belakangan memang kendor terlebih setelah melakukan tugas selama satu bulan penuh atau usai malam lebaran pada September lalu. Hal serupa juga dinilai Susanto, warga Cipulir, yang menilai tindakan penjagaan maupun pengusiran terhadap pedagang kagetan yang menggunakan lapak maupun gerobak dorong terkesan hanya seadanya. Baru satu jam diusir petugas, tambah dia, pedagang tersebut kembali datang dan buka lapak di lokasi yang dilarang akibatnya kesemrawutan maupun kemacetan tetap terjadi selama ini. "Mereka kembali jualan di jalanan karena saat buka lapak di dalam lokasi penampungan ternyata pedagang lainnya tak diusir malah dibiarkan sehingga mereka iri," tuturnya kecewa. DUA LOKASI DISIAPKAN Sementara itu, Wakil Walikota Jaksel, Anas Effendi, didampingi Kasudin Tramtib Jurnalis dan Kepala Area 12 PD Pasar Jaya Kebayoran Lama, Royani, menegaskan bahwa semua pedagang tak boleh jualan di pinggir jalan maupun trotoar. Mereka harus masuk ke lokasi yang sudah ada, tambahnya ada dua lokasi yaitu di lahan bekas penampungan pedagang KUKMI atau areal parkir dan lokasi penampungan di Pasar Bata Putih. "Jumlah lapak maupun tempat jualan tentunya mencukupi jika mereka semua mau menata ulang lokasi yang sudah ada," tuturnya. Pemantauan Pos Kota lokasi penampungan di belakang Pasar Kebayoran Lama atau areal parkir (KUKMI) selama ini malah dibiarkan tak terpakai dan dijadikan gudang gerobak maupun tidur pedagang. Sejumlah pedagang mengaku jualan di dalam sini rugi karena tak ada calon pembeli yang masuk. Di sisi lain kegiatan penertiban tak serius sehingga banyak pedagang tetap buka di pinggir jalan maupun trotoar hingga membuat iri pedagang di lokasi penampungan. (anton/sir) http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2009/10/27/pengawasan-kendor-pedagang-senang |
Petugas Razia Pedagang Bunga di Bandung
26/10/2009 19:17Liputan6.com, Bandung: Petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (26/10) siang, merazia pedagang bunga hias di kawasan Tegallega. Tanpa panda bulu petugas mengangkut tanaman hias milik para pedagang yang dinilai melanggar ketertiban dan keindahan kota. Tak hanya di lapak pedagang, petugas juga merazia tanaman hias di atas trotoar.Tak hanya itu, sejumlah pedagang sayuran juga tidak luput dari penertiban. Namun, kali ini petugas memberikan toleransi dan pedagang pun membereskan dagangannya sendiri. Tapi bagi pedagang yang membandel petugas tak segan-segan menyita gerobak dan peralatan. Penertiban ini digelar untuk mengembalikan citra Kota Bandung yang terkesan kumuh lantaran keberadaan pedagang kaki lima melanggar aturan. Selengkapnya simak video berikut.(BOG/ANS) http://berita.liputan6.com/daerah/200910/248904/Petugas.Razia.Pedagang.Bunga.di.Bandung |
PKL Tolak Pembongkaran Lapak
PASAR PERMAI PKL Tolak Pembongkaran Lapak Senin, 26 Oktober 2009 | 06:46 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Kemarin, ratusan personel dari Satuan Polisi Pamong Praja, Polsek Koja, dan Polres Metro Jakarta Utara membongkar dan mengangkut beberapa lapak pedagang kaki lima (PKL). Wakil Wali Kota Jakarta Utara Atma Sanjaya dan Kepala Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Jakarta Utara Baharudin menghentikan pembongkaran karena pedagang melakukan perlawanan. Syamsul Rizal, Ketua Forum Komunikasi Pedagang Pasar Tradisional Sentra Usaha Kecil Permai, mengatakan, pedagang belum menerima pemberitahuan rencana pembongkaran itu. "Berdasarkan informasi yang kami terima, pemerintah akan bekerja bakti bersama pedagang untuk membersihkan lingkungan. Namun, ternyata lapak-lapak pedagang dibongkar dan diangkut," papar Syamsul. Baharudin mengatakan, aparat sebenarnya hanya akan membersihkan lapak yang lama ditinggalkan pedagang atau dijadikan sebagai hunian. Namun, sebagian pedagang memahaminya sebagai penggusuran. Menurut Baharudin, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Jakarta Utara ingin mengembalikan lokasi binaan di Pasar Permai sebagai lokasi dagang, dan lorong sebagai jalan umum. Baharudin menjelaskan, selain dijadikan tempat hunian, sebagian lokasi dagang juga dimanfaatkan sebagai gudang. Hal itu menyalahi peruntukan sehingga pemerintah berhak menertibkan dan mengambil alih. Salah seorang pedagang makanan di Pasar Permai bernama Masri Sulaeman mengatakan bahwa sebagian pedagang pada dasarnya ingin dibina. Mereka juga ingin kawasan dagang ditata agar tidak merugikan pihak lain. Iswanto, pedagang lainnya di Pasar Permai, berharap pemerintah melibatkan pedagang, termasuk dalam rencana relokasi. http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/10/26/06462488/PKL.Tolak.Pembongkaran.Lapak |
PKL di Ciputat Enggan Pindah ke Tempat Baru
PKL di Ciputat Enggan Pindah ke Tempat Baru JAKARTA--MI: Kendati sudah ditertibkan, para pedagang kaki lima (PKL) Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, masih menolak dipindahkan ke tempat kios baru yang masih kosong. Penulis : Syarief Oebaidillah Mereka khawatir dagangan tidak laku dan sepi pembeli. "Saya berharap dapat tempat berjualan yang tidak sepi, karena kami punya anak-istri untuk menyambung hidup," kata Iman ,pedagang kelapa, yang mencoba bertahan berjualan di lorong pasar Ciputat yang telah ditertibkan. Begitupun Ibu Nur, yang mengaku sudah berjualan 10 tahun, keberatan dipindahkan. "Wah, tempat baru itu sepi dan tidak menampung semua PKL yang di lorong pasar. Tolonglah kami dialihkan ke lokasi lain yang tidak sepi," harapnya. Kepala Pasar Ciputat, Odih Supriatna, mengaku, penertiban yang dilakukan para PKL tersebut langsung kebijakan Pemkot Tangerang Selatan. Sekitar 100 personel Satpol PP Pemkot Tangsel dikerahkan pekan lalu menertibkan sekitar 100 PKL di bahu jalan Aria Putra Ciputat dan lorong Pasar Ciputat. " Penertiban terpaksa dilakukan karena aspirasi warga Ciputat juga yang sudah jenuh dengan kekumuhan, kesemrawutan, dan kemacetan di lokasi ini," kata Odih, Senin (26/10). Selain itu, kata dia, Pemkot Tangsel telah menjadikan Ciputat sebagai ibu Kota Tangsel, sehingga Ciputat mesti menjadi kota yang bersih dan tertib. Menanggapi keluhan PKL itu, ia meminta kesadaran PKL bahwa dipilihnya tempat baru akan membuat pedagang lebih aman dan tidak kehujanan. "Maunya PKL kan begitu, tempat yang ramai dan banyak pembeli. Tapi, demi ketertiban, harusnya mereka memahami. Kami juga memerlukan mereka untuk berkontribusi pada pasar Ciputat," cetusnya. (Bay/OL-04) http://www.mediaindonesia.com/index.php/read/2009/10/26/102284/37/5/PKL_di_Ciputat_Enggan_Pindah_ke_Tempat_Baru_ |
Bongkar Kios PKL, Empat Orang Ditahan Warga
26 Oktober 2009 | 19:24 wib | Daerah Sengketa Tanah Fasilitas UmumBongkar Kios PKL, Empat Orang Ditahan Warga
( Leonardo Agung , Saptono Joko Sulistyo/ CN14 ) http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2009/10/26/38856 |
Pedagang di Medan Tolak Penggusuran
Penertiban Kaki-5 Ricuh di Medan
Penertiban Kaki-5 Ricuh di MedanOktober 26, 2009 - 14:31 MEDAN (Pos Kota) - Penertiban pedagang Kaki-5 kembali diwarnai kericuhan. Kejadian ini di Pasar Palapa, Pulo Brayan, Medan, Senin (26/10). Puluhan pedagang yang berjualan di pasar tersebut memprotes aksi penggusuran yang dilakukan petugas Sat Pol PP setempat. Menurut pedagang, penggusuran ini membuat mereka semakin terpuruk dalam mencari rejeki. Kedatangan ratusan petugas Sat Pol PP, langsung disambut aksi protes para pedagang. Mereka berteriak-teriak sambil mendatangi petugas. Namun, protes ini tetap saja tak digubris dan petugas menghancurkan seluruh lapak dagangan yang berada di luar pasar Palapa karena dianggap melanggar aturan. Satu pedagang Rosdiana Sitinjak, mengungkapkan semestinya pemerinta kota jangan asal melakukan penggusuran tanpa ada solusi. Karena pedagang yang berada di lokasi ini sudah berjualan selama puluhan tahun. Tak puas dengan tindakan petugas, sejumlah pedagang mendatangi Kantor Dinas Pasar setempat. Namun, upaya itu kembali gagal dan penggusuran tetap dilaksanakan. Bahkan untuk membersihkan lokasi disepanjang jalur menuju Pasar Palapa, Pemko Medan juga menurunkan alat berat. (samosir/sir) http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2009/10/26/penertiban-kaki-5-ricuh-di-medan |
Lahan Mau Digusur, Demo ke DPR
Lahan Mau Digusur, Demo ke DPROktober 26, 2009 - 15:17 JAKARTA (Pos Kota) - Warga Kebun Sayur Ciracas Jakarta timur, berdemo di depan Gedung DPR, Senin pagi. Mereka menolak penggusuran atas tanah mereka yang diklaim milik PPD, Senin (26/10) siang ini. Warga yang berasal dari Jalan Asem RT 05/RW 06, Kelurahan Namun oleh warga di kelola menjadi lahan produktif dengan menanami sayur-sayuran, yang kemudian dijual. Lahan tersebut juga mereka gunakan sebagai tempat pembibitan ikan. Sekarang setelah 20 tahun lahan seluas 7,5 hektar tersebut dikelola warga , tiba-tiba diakui PPD. Tiga kali sudah warga mendapatkan surat peringatan untuk mengosongkan lahan tersebut. Selain itu warga juga mendapat ancaman dari preman dan Satpol PP trun untuk mengusir warga. Menurut juru bicara warga,Pandiangan, mereka telah Warga juga meminta DPRD DKI untuk turut andil dalam Setelah mereka beunjuk rasa di DPR, mereka akan kembali untuk berdemo ke gedung BUMN, untuk terus mendesak Meneg BUMN membantu bertangung jawan atas kasus penggusuran lahan mereka.Sebab PPD adalah BUMN yang dikelolan Departemen Perhubungan.( Mega/B) http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2009/10/26/lahan-mau-digusur-demo-ke-dpr |
Pedagang Pasar Permai Tolak Penggusuran
Pedagang Pasar Permai Tolak PenggusuranMinggu, 25 Oktober 2009 | 08:41 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta - Seratusan lebih pedagang Lorong 104 Pasar Permai, Jakarta Utara, menolak penggusuran yang akan dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Wali Kota Jakarta Utara. Penolakan ini berujung pada adu mulut antara sejumlah pedagang dengan Wakil Wali Kota Jakarta Utara Atma Sanjaya.Ketua Forum Komunikasi Pedagang Tradisional Pasar Sindang Syamsul Rizal mengatakan pembongkaran dan penertiban tersebut ilegal. Pasalnya, para pedagang belum pernah menerima surat pemberitahuan. "Yang ada hanya pemberitahuan lisan dari Wakil Kepala Kepolisian Sektor Koja dan Wakil Kepala Kamanan dan Ketertiban Kecamatan Koja," kata Rizal, saat aksi penolakan penertiban Pasar Permai, di Jakarta, Ahad (25/10). Ia menganggap penertiban ilegal ini bisa dikenai Pasal 170 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang perusakan. "Kalau ini diteruskan, kami akan berdemo dengan cara menggelar dagangan di Istana Presiden," ujar dia. Sebanyak 100 personel Satpol PP telah diterjunkan sejak pukul 07.00 WIB untuk penertiban ini. Para petugas Satpol PP ini didukung oleh 100 polisi gabungan dari Kepolisian Sektor Koja dan Kepolisian Resor Metro Jakarta Utara. Pedagang di Lorong 104 Pasar Permai itu rencananya akan direlokasi ke Pasar Sindang, Pasar Kompleks, dan Pasar Sukapura. WAHYUDIN FAHMI http://www.tempointeraktif.com/hg/tata_kota/2009/10/25/brk,20091025-204330,id.html |
Di Medan, Eksekusi Lahan Diwarnai Protes
24 Oktober 2009
Cerita TKW yang Bebas dari Irak
Hery Winarno - detikNews
Jakarta - Homsina bersama belasan temannya tampak bahagia setelah berhasil kembali mendarat di tanah air. Raut mukanya memperlihatkan ekspresi kebahagiaan yang tiada tara tatkala ia berhasil keluar dari daerah konflik di Irak.
Homsina adalah seorang TKW asal Ciranjang, Cianjur, Jawa Barat, yang telah tiga tahun terjebak di daerah konflik di Kurdistan, Irak. Perempuan kurus (42) itu mengaku diselundupkan secara ilegal oleh Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang memberangkatnya. Semula dia dijanjikan akan dipekerjakan di Abu Dhabi, tetapi ternyata ia justru dikirim ke daerah konflik Erbel Ibukota Kurdistan, Irak Bagian Utara.
"Seram, orang-orang banyak yang bawa pistol. Pistolnya panjang-panjang," ujar Homsina di kantor perlindungan WNI dan BHI, Departemen Luar Negeri, departeman Luar Negeri, Jl Pejambon, Jakarta Pusat, Kamis (22/10/2009).
Dari penuturannya, ia didaftarkan ke sebuah PJTKI bernama PT. Cemerlang yang beralamat di Tebet, Jakarta oleh Adiknya . Homsina tidak sendirian ada 16 TKW lagi yang satu rombongan dengan dia dari berbagai daerah di Indonesia.
Pada tanggal 21 januari 2007, Homsina mulai meninggalkan Indonesia, tapi tidak ke Abu Dhabi, melainkan ke Dubai. Dari Dubai, Homsina lalu dibawa ke Erbil. Di Dubai, Homsina dan temannya sempat terlantar dan harus tidur di bandara tanpa makan.
"Untung ada penjaga toko yang kasihan. kita dikasih makan sama dia," kenang Homsina
Sesampai di Erbel, Homsina mulai dipekerjakan pada salah seorang pejabat disana. Sejak saat itu dia berpisah dan tidak bisa lagi bertemu dengan 16 rekannya yang lain.
"Kita dipisah-pisah. saya tidak tahu mereka kemana," papar Homsina.
Pada awal Oktober 2009, dia sempat dititipkan di kantor polisi selama 13 hari, lalu tidur di atap sebuah hotel selama 8 hari karena masa kontraknya dengan sang majikan sudah berakhir. Dengan bantuan KBRI di Amman, Yordania, dia bisa pulang ke Indonesia. Rencananya Homsina malam ini akan langsung dipulangkan ke Ciranjang, Sukabumi oleh pihak BNP2TKI.
"Senang banget bisa pulang ke Indonesia lagi. Saya kira saya nggak akan pulang ke Indonesia," ujar Homsina dengan terbata-bata, menahan tangis harunya.
Terkait dengan penyelundupan TKW ke daerah konflik oleh PJTKI tersebut, pihak Departemen Luar Negeri sepenuhnya menyerahkan hal tersebut ke Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan tenaga Kerja
Indonesia (BNP2TKI) untuk menindaklanjuti kasus ini.
"Kita tidak bisa menindak itu, kita serahkan ke BNP2TKI. Tapi itu bisa dikenai sanksi administrasi, denda hingga sanksi pidana," ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI Teguh Wardoyo.
Namun Teguh berharap jika PJTKI nakal tersebut bisa mendapatkan hukuman yang berat karena telah menelantarkan warga negaranya ke daerah konflik. "saya berharap bisa dipidanakan," pungkasnya.
(her/van)
TKW Indonesia Dianiaya, Pasutri Malaysia Ditahan Polisi
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews
Penampungan TKI di Malaysia (AFP)
Kuala Lumpur - Lagi-lagi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia mengalami kekerasan dari majikannya. Dia ditinggalkan di sebuah toilet dalam keadaan terikat dan dikunci selama dua malam.
Mautik Hani (36) seorang TKI asal Surabaya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, ditemukan terkunci dalam rumah majikannya. Dia ditemukan dalam keadaan tangan dan kaki terikat di dalam kamar mandi. Demikian seperti dilansir AFP, Kamis (22/10/2009).
"Ketika ditemukan, dia berada di kamar mandi di belakang rumah. Mata kirinya lebam, kaki kanannya terluka parah hingga terlihat tulang, dan terdapat memar di sekujur tubuhnya," ujar Kepala kepolisian setempat Mohamad Mat Yusop.
Mohamad mengatakan, majikan Mautik, pasangan suami istri asal Malaysia, ditahan oleh kepolisian setempat. Si suami (30) yang bekerja sebagai pialang saham menyerahkan diri kepada polisi Rabu (21/10) kemarin, sedangkan si istri yang berusia 29 tahun ditangkap polisi sehari sebelumnya, pada Selasa (20/10). Keduanya dituduh telah melakukan penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga mereka.
Menurut media setempat, Mautik ditemukan oleh pembantu baru yang menggantikannya, yang kebetulan juga berasal dari Indonesia. Si pembantu baru tersebut mencium bau busuk dari dalam kamar mandi yang terkunci. Mautik dikabarkan telah mengalami penganiayaan oleh majikannya hampir setiap hari selama 2 bulan dia bekerja di rumah tersebut.
Dikatakan Mohamad, saat ini Mautik masih menjalani perawatan di rumah sakit.
(nvc/nrl)
TKW Disiksa & Dikurung di WC
Nurfajri Budi Nugroho - Okezone
KUALA LUMPUR - Tenaga kerja wanita asal Indonesia kembali menjadi korban kekerasan di Malaysia. Pekerja bernama Mautik Hani dilaporkan disiksa majikannya. Dia bahkan diikat dan dikurung di dalam kamar mandi selama dua malam.
Majikan korban, seorang pedagang pasar dan istrinya,diyakini memukuli Mautik (36) secara kejam. Mautik yang diketahui berasal dari Surabaya ditemukan terkunci di kamar mandi rumah majikannya.
Kepala Kepolisian Taman Sentosa, Klang, Mohamad Mat Yusop mengatakan majikan Mautik, pria berusia 30 tahun dan istrinya yang berumur 29 tahun, sudah ditahan pada Selasa lalu.
Surat kabar melaporkan bahwa Mautik ditemukan terikat di tangan dan kakinya oleh seorang pekerja asal Indonesia lainnya yang disewa untuk menggantikannya.
"Ketika ditemukan, dia ada di toilet di belakang rumah. Mata kirinya bengkak, di tangan kanannya ada luka besar yang membuat tulang terlihat, dan ada luka memar di sekujur tubuhnya," kata Mohamad dikutip dari AFP, Kamis (22/10/2009).
Saat ini Mautik menjalani perawatan di Rumah Sakit Tengku Ampuan Rahimah.
Surat kabar New Straits Times melaporkan hampir setiap hari Mautik disiksa majikannya. Dia sudah bekerja untuk pasutri itu selama dua bulan.(jri)
TKW di Irak Korban Trafficking Dipulangkan
Okezone
BREBES - Departemen Luar Negeri (Deplu) akhirnya berhasil memulangkan Supriyatin (20) seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Desa Prapag Kidul Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang menjadi korban perdagangan manusia (traffiking) di Irak.
Korban terlantar di Irak selama lebih dua tahun. Supriyatin tiba di Bandara Soekarno-Hatta, dan dijemput pihak Deplu, BNP2TKI dan SBMI. Korban kemudian diantar pulang ke Brebes sekira pukul 05.00 WIB, Rabu (21/10/2009). Selanjutnya korban diserahkan ke pihak keluarga oleh Kasi Direktorat Perlindungan BNP2TKI, Melvin Jhon Rafles Hutagalung didampingi Koordinator Tim Advokasi SBMI, Jamaluddin Suryahadikusuma.
Jamaludin menuturkan, Supriyatin terlantar di Irak akibat ulah agensi di Bruska. Korban sebelumnya berangkat menjadi TKW melalui PJTKI PT Cemerlang Bintang Sekawan, Jakarta, pada awal Januari 2007 lalu bersama 17 TKW lainnya asal Brebes, termasuk Hidayah.
Mereka awalnya dijanjikan oleh PJTKI itu untuk ditempatkan di Dubai. "Tapi, ternyata korban bersama 17 TKW lainnya dibelokkan ke Irak. Padahal, Irak merupakan zona merah dan daerah terlarang untuk penempatan TKI," katanya.
Selama berada di Irak, Supriyatin tinggal di Kota Arbil. Korban sebelumnya sempat di penampungan agen Bruska, Irak. Dengan kepulangan Supriyatin ini, berarti sudah dua TKW asal Brebes yang menjadi korban trafficking di Irak yang berhasil dipulangkan ke Indonesia.
"Pada 2008 lalu, kita berhasil memulangkan Nur Hidayah, TKW asal Kecamatan Tanjung, yang juga menjadi korban trafficking," jelasnya.
Orangtua Supriyatin, Koniah (55) mengaku sangat bersyukur anaknya bisa kembali pulang dengan selamat.
"Selama dua tahun saya bingung mencari informasi tentang anak saya. Tapi, alhamdulillah, dia (Supriyatin) sekarang sudah pulang," katanya. (Kastolani/Koran SI/ton)
Pekerjakan TKW di Karaoke, PJTKI Ilegal Digerebek
TANGERANG, KOMPAS.com — Aparat Kepolisian Resor Metropolitan Tangerang menahan Hendiyan (65) selaku penanggung jawab perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia atau PJTKI ilegal di rumahnya di Perumahan Palem Ganda Asri, Blok B8 Nomor 2 RT 01/RW 06 Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, Selasa (20/10). Tersangka selama kurun tiga tahun terakhir telah mengirim 200 calon tenaga kerja wanita secara ilegal ke Malaysia dan Singapura.
"Tersangka sudah kami tahan," ungkap Kasat Reskrim Polres Metropolitan Kota Tangerang Komisaris Budhi Herdi Susianto, Rabu (21/10). Menurut Budhi, penangkapan itu dilaksanakan setelah pihaknya melakukan penyelidikan dan memintai keterangan dari dua calon tenaga kerja Indonesia.
Berdasarkan pengakuan tersangka dan dokumen yang disita polisi, Budhi mengatakan bahwa selama kurun tiga tahun, Hendiyan telah mengirim 200 calon TKW untuk dipekerjakan di sebuah kafe dan tempat karaoke di Kuala Lumpur Malaysia dan Singapura.
"Mereka menggunakan visa kunjungan turis sehingga lolos melewati bandara," kata Budhi.
Menurut Budhi, penempatan calon TKI di luar negeri bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan norma kesusilaan.
Selain itu, PJTKI tersebut juga tidak terdaftar dalam dinas tenaga kerja atau disnaker. Perbuatan tersangka melanggar Pasal 102 ayat 1 Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri.
"Ancaman hukumannya maksimal 10 tahun penjara," ujar Budhi.
Saat ditanya mengenai informasi bahwa calon TKI tersebut dijadikan pekerja seks komersial di luar negeri, Buhdi mengatakan bahwa kasus ini masih dalam pendalaman. "Kita masih kumpulkan bukti-bukti dan keterangan dari beberapa saksi lain," papar Budhi.
Budhi mengatakan, hingga kini pihaknya sedang melakukan penyelidikan terhadap keberadaan 200 TKI yang sudah diberangkatkan ke luar negeri, apakah mereka sudah pulang atau belum.
"Kita akan berkerja sama dengan dinas terkait atau perwakilan kedutaan di negara tersebut untuk menelusuri keberadaan para TKI yang dikirim secara ilegal tersebut," ungkapnya.
Menurut pengakuan tersangka kepada petugas, para calon TKI itu direkrut dari berbagai daerah, di antaranya Subang, Indramayu, Bogor, dan Jakarta, melalui sponsor. Kemudian, mereka datang sendiri ke Tangerang setelah mendapat pengarahan dari sponsor.
"Dengan perjanjian, jika sudah bekerja, maka nanti gajinya dipotong. Kalau di penampungan, gratis," kata Hendiyan.
Sehari sebelumnya, Selasa (20/10), Polres Metro Tangerang menggerebek salah satu rumah di Perumahan Palem Ganda Asri, Blok B8 Nomor 2 RT 01/RW 06 Kecamatan Karang Tengah. Rumah tersebut digerebek karena dijadikan kantor PJTKI secara ilegal.
Dalam penggerebekan itu, polisi mengamankan dua gadis muda yang hendak dikirim ke Kuala Lumpur, Malaysia. Mereka diduga akan dijadikan pekerja seks komersial di negeri jiran tersebut.
Sent from Indosat BlackBerry powered by
PIN
Editor: acandra
TKW Asal Brebes Korban "Trafficking" Dipulangkan
21 Oktober 2009
Dua Tahun Berada di Irak
Brebes, CyberNews. Seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Kabupaten Brebes yang menjadi korban perdagangan manusia (trafficking) di Irak, berhasil dipulangkan Departemen Luar Negeri (Deplu). Korban adalah Supriyatin binti Basirun (20), warga Desa Prapag Kidul, Kecamatan Losari, Brebes.
Korban yang berada di Irak lebih dua tahun itu, diserahkan BNP2TKI dan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) kepada keluarganya melalui Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigarasi Pemkab Brebes, Rabu (21/10). Penyerahan dilakukan Kasi Direktorat Perlindungan BNP2TKI, Melvin Jhon Rafles Hutagalung didampingi Koordinator Tim Advokasi SBMI, Jamaluddin.
Supriyatin tiba di Indonesia Selasa (20/10) dan tiba di Brebes Rabu (21/10) sekitar pukul 05.00. Korban berhasil dipulangkan melalui bantuan perwakilan Deplu di Yordania. Sebelumnya, di Bandara Sukarno Hatta, Jakarta, korban dijemput pihak Deplu, BNP2TKI dan SBMI.
Sebelumnya, Supriyatin berangkat menjadi TKW melalui PT Cemerlang Bintang Sekawan, Jakarta, pada awal Januari tahun 2007 lalu bersama 17 orang TKW lainnya asal Brebes, termasuk Hidayah. Mereka awalnya dijanjikan akan ditempatkan di Dubai. Namun, kenyataanya mereka dibelokan ke Irak. Padahal, Irak merupakan zona merah dan menjadi negara larangan bagi penempatan TKI.
Menurut Jamaluddin, Supriyatin memiliki keinginan pulang sejak tahun 2008 lalu. Namun, baru bisa terealisasi tahun ini. Itu setelah ia berhasil mendapatkan majikan di Kota Arbil. Melalui majikannya tersebut, Supriyatin dibantu untuk pulang ke Indonesia.
( Bayu Setiawan / CN14 )
TKW Asal Trenggalek Tewas Disiksa Majikan Taiwan
Korban bernama Sriyati (26) itu diduga tewas akibat disiksa majikannya. Jenazah Sriyati, warga Desa Tanggaran, Kecamatan Pule itu tiba di RSUD Dr. Soedomo sekitar pukul 06.00 WIB.
"Begitu tiba di rumah sakit, kami selaku pihak keluarga meminta polisi dibantu dokter rumah sakit melakukan otopsi," kata suami korban, Jaenal Arifin (29).
Ia menjelaskan, kecurigaan atas kematian tak wajar Sriyati berawal dari keluhan korban yang sempat beberapa kali mengadu lewat telefon sebelum meninggal. Katanya, dia sering diperlakukan kasar bahkan disiksa oleh majikannya di Taiwan.
"Istri saya mengaku selama sebulan terakhir bekerja di sana hanya diberi makan mie instan sehari satu kali. Salah sedikit saja dipukul, sehingga istri saya dipulangkan ke Indonesia dalam keadaan sakit," kata Jaenal.
Ibu muda yang masih berusia 26 tahun ini tidak langsung dibawa ke Trenggalek, tetapi dirujuk ke RS Sukanto, Jakarta Timur, pada hari Minggu (11/10), dengan diagnosa menderita gejala tipus, radang otak, dan TBC.
Sayang, upaya dokter menyelamatkan nyawa Sriyati tak berhasil. TKW malang ini akhirnya meninggal pada Kamis (15/10) di rumah sakit yang sama."Kami lalu memutuskan untuk membawa jenazah almarhumah pulang ke Trenggalek," kata Jaenal.
Saat dikonfirmasi secara terpisah, Dr. Fonita selaku dokter yang melakukan otopsi mengatakan, pihaknya tidak menemukan adanya tanda-tanda bekas penganiayaan.
Bekas memar bagian sekitar jari kaki dan tangan seperti dikeluhkan oleh pihak keluarga korban disangkal Dr. Fonita karena bekas memar dimaksud diyakini akibat tali kain kafan yang diikatkan pada kaki dan tangan almarhumah.
Informasi dari warga sekitar rumah korban, Sriyati baru sebulan bekerja di Taiwan. Korban berangkat pada 2 september 2009 lalu melalui perwakilan pengerah tenaga kerja PT Jabung Perkasa Jakarta.
Keluarga Sriyati bersikukuh korban meninggal secara tidak wajar sehingga polisi dan tim dokter RSUD Dr Soedomo yang melakukan otopsi lalu menyarankan agar jenazah diotopsi ulang di RSUD Dr Soetomo Surabaya.
Saran tersebut ditolak keluarga dengan alasan biaya. Jenazah kemudian dibawa pulang ke kampung halamannya untuk dimakamkan. (*)
Diduga Dianiaya, TKW Asal Trenggalek Tewas
Okezone
TRENGGALEK - Kisah pilu pahlawan devisa kembali terjadi. Sriyati (26) seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) Negara Taiwan asal Dusun Ngledok, Desa Tenggaran, Kecamatan Pule, Kabupaten Trenggalek meninggal dunia.
Kematian korban yang baru bekerja selama satu bulan ini diduga akibat perlakuan kurang manusiawi dari pihak majikan tempatnya bekerja. Sebab, sebelum dikabarkan tewas pada 15 Oktober 2009, ibu dari Rifan (2,5) tersebut sempat mengeluh kekurangan makan.
Melalui komunikasi telepon seluler, Sriyati juga mengaku kerap mendapat perlakuan kasar hanya karena kesalahan kecil. "Bahkan pernah sehari hanya dikasih makan sebungkus mie hanya karena salah memegang barang," tutur Zaenal Arifin (29) suami korban kepada wartawan, Jumat (16/10/2009).
Akibat tekanan fisik dan mental itu, penyakit tifus ditambah gejala TBC Pembantu Rumah Tangga (PRT) ini kambuh. Menurut Zaenal, dalam kondisi sakit, pada 11 Oktober 2009, istrinya dipulangkan ke Indonesia dan langsung dirawat di RS Dr Sukanto, Jakarta Timur.
Empat hari opname, buruh migran yang berangkat melalui PT Jabung Perkasa Jakarta ini mengembuskan nafas terakhirnya. Pada 16 Oktober 2009 ini, jasad Sriyati tiba di rumah duka. Karena keterbatasan biaya, pihak keluarga menolak dilakukan otopsi ulang oleh petugas RSU dr Soetomo Surabaya
Keluarga hanya berharap, hak-hak Sriyati bisa diberikan, termasuk adanya tali asih dari pihak PT. "Kita berharap pemerintah bisa membantu dengan memperjuangkan hak istri saya," pungkas Zaenal dengan nada pasrah.
Sebelum dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum setempat, peti jenazah sempat dibuka beberapa petugas medis RSUD dr Soedomo Trenggalek. Pada bagian kaki dan Sriyati terdapat bekas memar. Namun oleh Fonita, dokter RSUD dr Soedomo Trenggalek, memar itu merupakan bekas tali jenazah yang mengikat tangan dan kaki. "Kita tidak menemukan tanda penganiayaan pada tubuh korban," tuturnya.
Sementara itu, menanggapi hal ini Kabag Humas Pemkab Trenggalek Joko Setyono mengatakan, akan lebih dulu memastikan apakah status Sriyati sebagai TKW legal atau ilegal. Sebab jika berstatus ilegal, Sriyati tidak akan memperoleh haknya secara penuh. "Sementara itu kita juga melihat masa kerjanya. Namun minimal tentu ada tali asih dari pihak yang memberangkatkan," pungkasnya. (Solichan Arif/Koran SI/teb)
Muhaimin Diminta Tegas Soal BNP2TKI By Republika Newsroom
"Jika kondisi ini dibiarkan maka akan memperbesar pemborosan keuangan negara," kata Ketua Himpunan Pengusaha Jasa TKI (Himsataki) Yunus di Jakarta, Jumat.
Dia mempertanyakan, bagaimana mungkin satu kegiatan (pelayan penempatan dan perlindungan) TKI ditangani oleh dua instansi yang berbeda (Departemen dan BNP2TKI).
Kondisi ini pula yang membuat program penempatan dan perlindungan TKI tidak lancar, termasuk dalam penegakan peraturan perundangan. "Kesannya seperti perebutan wewenang," kata Yunus.
Dia mencontohkan, jika sebuah konsorsium asuransi TKI tidak dilayani oleh Depnakertrans (karena suatu sebab) maka dia akan beralih ke BNP2TKI atau sebaliknya.
Begitu juga jika ada perusahaan jasa TKI (PJTKI) yang dihentikan pelayanan (diskorsing) oleh Depnakertrans untuk kurun waktu tertentu (tiga bulan) maka dia akan beralih ke BNP2TKI, atau sebaliknya, sehingga sanksi tidak efektif.
"Masih banyak contoh yang terlalu panjang untuk diungkapkan akibat dualisme pelayanan selama ini," kata Yunus. Dia juga menunjuk kontroversi penunjukan Lembaga Bantuan Hukum KOMPAR untuk menangani TKI yang pulang dari luar negeri di terminal khusus TKI di Bandara Soekarno-Hatta.
Dia juga menunjukkan penanganan kasus dan pemulangan TKI bermasalah di luar negeri yang terkatung-katung dan jumlahnya mencapai ribuan di penampungan di luar negeri, akibat adanya dualisme itu.
Yunus mengusulkan agar Menakertrans yang baru mengambil inisiatif, segera memanggil pejabat teknis Depnakertrans, mengundang Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Deplu, mengundang seluruh Konsorsium Asuransi TKI, mengundang asosiasi PJTKI untuk segera mengambil langkah kongkrit memulangkan TKI bermasalah itu.
Yunus mencatat seribuan TKI bermasalah menanti di penampungan milik KBRI di sejumlah negara di Timur Tengah. "Mereka sudah lama terkatung-katung," kata Yunus.
Untuk jangka panjang, tim itu juga berguna untuk menangani setiap permasalahan TKI agar penuntasan suatu kasus tidak seperti seperti pemadam kebakaran. "Kalau ada kejadian atau peristiwa baru semua orang bicara dan teriak, saling menyalahkan dan masing-masing ingin menjadi pahlawan," katanya. ant/ah
Dubes RI Prihatin Lihat Kondisi TKI Asal Jember yang Disiksa Majikannya
23 Oktober 2009
KUALA LUMPUR | SURYA Online - Dubes RI untuk Malaysia Da'i Bachtiar menyatakan prihatin setelah melihat kondisi Munti binti Bani (36), TKI asal Jember, Jawa Timur (Jatim), yang disiksa majikannya dan kini dirawat di ruang ICU rumah sakit Tengku Ampuan Rahimah, di Klang, Selangor, Jumat (23/10).
"Walaupun begitu, kami terima kasih dan respek atas langkah kepolisian Malaysia yang telah menahan ke dua majikannya warga Malaysia etnis India serta upaya dokter yang merawat korban dengan sangat baik," kata Da'i.
Da'i menengok Munti yang masih tidak sadarkan diri di rumah sakit, Jumat siang, didampingi kepala polisi Klang Mohd Mat Yusop. Karena tidak bisa berkomunikasi dengan korban, Da'i melakukan pembicaraan dengan tiga dokter yang merawat Munti.
Menurut laporan dokter, Munti mengalami retak tulang rusuk dan tulang punggung, patah tulang pergelangan tangan, lebam-lebam di muka dan kaki sebagai tanda luka yang telah lama. Ada luka di kaki hingga kulitnya terkelupas dan terlihat tulangnya. Akibat luka di kaki yang infeksi akhirnya ketahanan tubuh korban menurun drastis hingga tidak sadarkan diri.
"Oleh sebab itu, dokter masih belum berani melakukan operasi pada tulang-tulang yang retak dan patah karena kondisi fisik Munti yang tidak memungkinkan," katanya.
Diselamatkan
Munti binti Bani (36), disiksa oleh majikannya warga Malaysia etnis India, kepalanya dibotaki, dipukuli dengan besi, dan disuruh tidur di WC. Berkat laporan Gerald Lazarus, seorang pengacara Malaysia yang juga etnis India, Munti berhasil diselamatkan polisi Malaysia.
Menurut pengakuan Gerald kepada media massa Malaysia, ia menerima informasi adanya penyiksaan itu dari seorang wanita yang menelponnya. Informasi itu menyebutkan, ada wanita yang tidak sadarkan diri dalam WC. Ketika tiba di lokasi, Gerald tidak berani masuk karena ada seorang laki-laki berdiri di pintu luar. Ia segera melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi Sentosa.
Setelah menerima laporan Gerald, lima orang polisi Malaysia langsung menuju ke rumah majikan Munti di kawasan Taman Sentosa, Klang Selangor, Selasa (20/10) sore, dan menemukan Munti dalam keadaan tidak sadarkan diri di dalam WC majikannya. Tangan dan kakinya terikat dengan luka-luka parah di badannya. Cedera yang dialami Munti sangat parah karena terdapat luka hampir lima cm sehingga terlihat tulang pada kakinya diduga dipukul dengan batang besi. ant
Berita Terkait
Majikan Wanita Bebas dengan Uang Jaminan, Suaminya Diburu
TKI Disiksa di Malaysia
Ken Yunita - detikNews
Jakarta - Majikan perempuan Mautik Hani, yang diduga menyiksa tenaga kerja Indonesia (TKI) itu, ternyata dibebaskan polisi. Sementara majikan pria hingga kini belum diketahui keberadaannya.
"Majikan istri bebas dengan uang jaminan, suami masih dicari polisi," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Tengku Faizasyah kepada detikcom, Jumat (23/10/2009).
Sebelumnya, kepala polisi setempat Mohamad Mat Yusop mengatakan, majikan perempuan Mautik telah ditahan polisi sejak Selasa 20 Oktober. Perempuan 29 tahun ditangkap di rumahnya.
Sementara itu Mohamad juga menyebut, suami majikan perempuan yang bekerja sebagai pialang saham telah menyerahkan diri pada 21 Oktober. Keduanya dituduh menganiaya Mautik dengan kejam.
Akibat kekerasan yang diterimanya, Mautik mengalami luka-luka cukup serius. Perempuan asal Surabaya itu menderita luka lebam di sekujur tubuhnya.
Bahkan luka di kaki sebelah kanan sudah membusuk hingga terlihat tulangnya. Mautik ditemukan di kamar mandi oleh pembantu baru di rumah tersebut dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
Pihak KBRI di Kuala Lumpur telah menengok perempuan 36 tahun itu namun belum dapat mewawancarainya. Mautik masih dalam perawatan intensif di rumah sakit setempat.
Informasi sementara dari Departemen Luar Negeri, Mautik baru 2 bulan bekerja di Malaysia. Mautik pun diduga TKI ilegal karena tidak dilengkapi dokumen.
(ken/nrl)
Deplu: Mautik Baru Kerja 2 Bulan, Tanpa Dokumen
TKI Disiksa di Malaysia
Ken Yunita - detikNews
Jakarta - Mautik Hani, tenaga kerja Indonesia (TKI) yang disiksa majikannya baru 2 bulan bekerja di Malaysia. Boleh jadi, perempuan asal Surabaya itu seorang TKI ilegal karena tidak memiliki dokumen apapun.
"Yang bersangkutan baru 2 bulan bekerja dan tanpa dokumen," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Tengku Faizasyah kepada detikcom, Jumat (23/10/2009).
Sebelumnya, Faiz mengatakan, KBRI di Kuala Lumpur telah menengok kondisi Mautik di rumah sakit. Namun karena masih dalam pengawasan dokter, pihak KBRI belum bisa mendapatkan keterangan dari perempuan 36 tahun itu.
Mautik disiksa oleh pasangan suami istri Malaysia hingga mengalami luka-luka yang cukup serius. Menurut polisi setempat, perempuan asal Surabaya itu menderita luka lebam di sekujur tubuhnya.
Bahkan luka di kaki sebelah kanan sudah membusuk hingga terlihat tulangnya. Mautik ditemukan di kamar mandi oleh pembantu baru di rumah tersebut dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
(ken/iy)
Mautik Masih Dirawat Intensif, Belum Bisa Diajak Bicara
TKI Disiksa di Malaysia
Ken Yunita - detikNews
Jakarta - KBRI di Kuala Lumpur, Malaysia telah mengunjungi tenaga kerja Indonesia (TI) Mautik Hani, korban kekerasan majikannya. Namun hingga kini, pihak KBRI belum dapat berbicara dengan Mautik karena masih dirawat intensif di rumah sakit.
"Mautik masih dalam pemantauan dokter, untuk sementara tidak bisa diwawancarai," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Tengku Faizasyah kepada detikcom, Jumat (23/10/2009).
Mautik disiksa oleh pasangan suami istri Malaysia hingga mengalami luka-luka yang cukup serius. Menurut polisi setempat, perempuan asal Surabaya itu menderita luka lebam di sekujur tubuhnya.
Bahkan luka di kaki sebelah kanan sudah membusuk hingga terlihat tulangnya. Mautik ditemukan di kamar mandi oleh pembantu baru di rumah tersebut dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
(ken/iy)
Kredit Rumah TKI Mulai Dilirik, BNI-Perumnas Bidik 150.000 TKI Hongkong
SURABAYA - SURYA - Tenaga kerja Indonesia (TKI) masih menjadi lirikan kalangan perbankan untuk pengembangan bisnisnya. Bukan hanya menyangkut remittance (layanan kiriman uang), tetapi kini berupa pemberian kredit perumahan khusus untuk TKI.
Salah satunya dilakukan PT Bank Nasional Indonesia Tbk (BNI). Pertimbangannya, menurut Regional Sales Consumer Loan BNI Kanwil 06 Iwan Abdi, TKI merupakan penyumbang devisa terbesar, selain masih belum banyak TKI yang sukses berinvestasi di negara asal mereka. "Rata-rata sekembali ke Indonesia, mereka hanya bisa beli tanah dan motor," kata Iwan, Kamis (22/10).
Padahal, lanjut Iwan, investasi rumah secara jangka panjang lebih menguntungkan. Kebutuhan akan perumahan terus naik, demikian pula harganya. Seandainya mereka beli tidak untuk ditempati maka kelak bisa dijual kembali dengan harga menarik.
Menurut Iwan, tahap awal BNI bakal mengucurkan kredit rumah bagi para TKI, yang rencananya untuk 2.000 unit rumah di lima kota. Pembangunan perumahan untuk TKI ini akan dilakukan oleh PT BNI yang menggandeng Perumnas.
"Saat ini prosesnya dalam tahap pembebasan lahan di beberapa titik kantong-kantong TKI. Empat kota, Kediri, Malang, Madiun, dan Blitar, sudah siap. Berikutnya, Ponorogo," kata Iwan.
Segmen TKI yang dibidik yakni TKI Hongkong, karena sistem penyerapan TKI lebih tertib dan tertata. "Kalau di Malaysia dan Timur Tengah masih banyak yang ilegal, sehingga kalau kita tawarkan dikhawatirkan tidak ada jaminan," ujarnya.
Selain TKI Hongkong, akan menyusul TKI di Taiwan dan Korea. "Kita tahu remitansi TKI dari Hongkong cukup tinggi, permintaan tenaga kerja juga masih tinggi. Artinya, segmen ini punya potensi yang cukup besar," imbuh Iwan.
Promosi ke beberapa PJTKI akan dilakukan mulai November mendatang. Sedikitnya, dalam tiga bulan ke depan perumahan baru bisa dihuni. Harga yang ditawarkan untuk kredit BNI Griya kategori Pekerja Migran Indonesia ini bervariasi mulai Rp 55 juta-an. Harganya relatif terjangkau, mengingat program ini menjadi bagian dari program satu juta unit rumah sederhana.
"Bunga KPR juga standar 11,5 persen efektif per tahun dengan jangka waktu pembayaran disesuaikan dengan sisa masa kontrak TKI. Misalnya, masa kontrak di Hongkong tinggal empat tahun, maka jangka waktu pembayaran cicilan KPR ya selama empat tahun itu," jelasnya.
Pemberian KPR untuk TKI ini sebetulnya bukan kali pertama bagi BNI. Iwan mengungkapkan, dukungan pada TKI sebenarnya sudah dilakukan awal 90-an. Bentuknya juga kredit BNI Griya, tapi waktu itu terkendala tidak adanya kesiapan lahan di daerah kantong-kantong TKI.
"Akhirnya, pada 2005-2006 kita support pembiayaan pemberangkatan TKI melalui sejumlah Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI)," ucap Iwan.
Kerja sama BNI dengan Perumnas ini juga difasilitasi PT Panca Setia Bhakti, sebagai salah satu sister company dari PJTKI. PT Panca Setia Bhakti ini akan menjadi penyeleksi pekerja yang berhak mendapat KPR dari BNI. Kerja sama ini ditargetkan membidik sekitar 150.000 orang TKI Hong Kong dengan penghasilan Rp 4,5 juta-Rp 6 juta per bulan. ame
Pertumbuhan KPR Lambat
Pertumbuhan KPR BNI Griya di Jatim sampai akhir semester II/2009 diprediksi tidak lebih dari 10 persen. Sampai triwulan III/2009, pertumbuhannya tak lebih dari 8 persen. "Tumbuhnya agak sulit karena Januari-Mei pertumbuhannya sangat lambat, baru terbantu di semester II/2009," katanya.
Sampai dengan triwulan III/2009 kredit bermasalah (NPL) BNI Griya tercatat di bawah 1,5 persen. Target pertumbuhan KPR BNI Griya secara nasional Rp 9 triliun, hingga triwulan III/2009 sudah terealisasi Rp 7,8 triliun. BNI saat ini menawarkan bunga KPR 11 persen untuk rumah nonsubsidi. Namun, jika melalui developer yang bekerja sama dengan BNI, bunga bisa sampai 8 persen.
Portofolio KPR BNI Griya secara nasional tercatat 75.000 nasabah. Untuk KPR sederhana dengan harga rumah tak lebih dari Rp 50 juta, jumlahnya sekitar 18.500 nasabah. Sedang nasabah bersubsidi bekerja sama dengan Kementerian Negara Perumahan Rakyat per Agustus terealisasi 3.400 unit rumah.
Head of Sales and Distribution Jatim dan Indonesia Timur PT CIMB Niaga Tbk M Pujiono Santoso menambahkan, pihaknya juga tengah menggenjot pertumbuhan KPR hingga 10 persen di 2009.
"Pertumbuhan KPR ini agak lesu dibandingkan periode sama tahun lalu. Kalau permintaan akhir tahun lalu kan pembeliannya sebelum krisis, jadi pertumbuhannya masih bagus," katanya.
Pertumbuhan KPR yang bergerak dinamis terutama untuk rumah tipe menengah ke bawah dengan kisaran Rp 150-500 juta per unit. Sementara, rumah seharga di atas Rp 500 juta permintaannya relatif menurun. "Tak banyak orang yang benar-benar berinvestasi di perumahan. Rata-rata mereka beli ya langsung untuk ditempati, bukan dijual kembali," sambungnya.
Penyaluran KPR Ekstra Dinamis di CIMB Niaga Jatim-Indonesia Timur rata-rata Rp 40 miliar per bulan dengan pinjaman Rp 200 juta-an per debitur. Nasabah KPR CIMB Niaga di wilayah ini kisaran 100.000 orang. "Kita optimistis penyaluran KPR akan tumbuh sampai 10 persen di akhir tahun. NPL KPR juga sudah menurun beberapa bulan terakhir," ujarnya. ame
Rp 11 Juta Lenyap, Gagal Jadi TKI
KEDUNGKANDANG -SURYA - Bisnis makelar kerja palsu yang dijalankan Abdurrahman alias Rohani, 54, warga Jl Tutut, Kelurahan Arjowinangun, Kedungkandang selama satu tahun berakhir sudah.
Petugas Polsekta Kedungkandang membekuk kakek empat cucu ini di salah satu tempat persembunyiannya di kawasan Lawang, Selasa (20/10) setelah sempat berpindah-pindah tempat tinggal untuk mencari mangsa lain.
Abdurrahman diincar petugas sejak Februari silam, setelah salah satu korban yang diiming-imingi pekerjaan di luar negeri asal menyetor dana hingga jutaan rupiah melapor ke polisi karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan yang dimaksud.
Slamet, 48, warga Jl Kyai Parseh Jaya, Kelurahan Bumiayu, Kedungkadang, kesal setelah sadar kena tipu Abdurrahman sebesar Rp 11 juta. Uang itu untuk biaya pembuatan paspor, visa dan surat izin kerja anaknya, Imam, 27, ke Saudi Arabia.
"Namun setelah ditunggu beberapa bulan, realisasi yang dijanjikan hanya omong kosong belaka, anak saya tidak berangkat," kata Slamet dalam laporannya.
Di depan penyidik, Abdurrahman yang mengaku berkali-kali menunaikan ibadah haji saat bekerja di Saudi, berdalih seluruh uang milik Slamet sudah habis untuk proses pengurusan surat surat yang dibutuhkan. "Uangnya habis untuk urusan surat lewat calo pengerah tenaga kerja di Jakarta. Saya sendiri hanya ambil Rp 2 juta," dalih Abdurrahman.
Kapolsekta Kedungkandang, AKP Anang Tri Hananta menjelaskan, jumlah korban Abdurrahman bisa jadi lebih dari satu orang. Karena itu, tim peyidik masih terus mengembangkan kasus ini. "Banyak laporan penipuan dengan modus ini masuk ke polisi.
Karena itu kami terus mendalami kasus ini untuk mencari korban lain yang telah tertipu Abdurrahman," terangnya. why
Pemulangan TKI Bermasalah Jadi Salah Satu Fokus Muhaimin
22 Oktober 2009
Penulis : Andreas Timothy
JAKARTA--MI: Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar berjanji memasukan agenda pemulangan ribuan tenaga kerja Indonesia (TKI) bermasalah yang masih terdapat di penampungan kedutaan besar dan konsul jendral Republik Indonesia di sejumlah negara penampungan, sebagai salah satu program 100 hari kepemimpinannya.
"Akan masuk dalam program 100 hari, termasuk kunjungan saya ke negara yang ada penampungan," janji Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar seusai acara serah terima jabatan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kamis (22/10).
Ia menjelaskan, para TKI bermasalah akan secepatnya dipulangkan ke daerah asal mereka dengan difasilitasi oleh negara, bekerja sama dengan instansi dan lembaga terkait agar pemulangannya pun bisa terkoordinasi dengan baik.
Sementara itu bagi TKI bermasalah yang berada di penampungan akan diperjuangkan hak-hak mereka, baik itu gaji yang tertunda atau hak hukum lainnya, terutama bagi yang memiliki kasus di negara penempatan dengan pengguna jasa/majikan mereka.
Data Depnakertrans menunjukkan, hingga sampai September 2009, tercatat ada 1.678 orang TKIB di penampungan KBRI/KJRI di sejumlah negara penempatan, yakni di Arab Saudi ada 257 orang, di Jordania 404 orang dan di KBRI di Kuwait sekitar 506 orang.
Sementara itu di penampungan KBRI di Qatar terdapat sedikitnya 35 orang TKIB, di Malaysia sebanyak 276 orang, Singapura 113 orang, Hong Kong ada enam orang, Brunei Darussalam 44 orang, Taiwan 37 orang. (*/OL-03)