09 Juli 2009

LUMPUR LAPINDO Kondisi Siring Memburuk

LUMPUR LAPINDO
Kondisi Siring Memburuk

Jumat, 10 Juli 2009 | 04:00 WIB

SIDOARJO, KOMPAS - Kondisi Desa Siring di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, makin berbahaya. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo, di desa yang berjarak 100 meter dari kolam penampungan lumpur Lapindo itu ada sekitar 20 semburan gas, air, dan lumpur. Sekitar 20 rumah warga rawan ambles akibat penurunan tanah.

"Hasil penelitian tim independen yang dibentuk Gubernur Jawa Timur Imam Utomo tahun 2007, wilayah itu dinyatakan tidak layak huni. Sekarang, kondisinya lebih buruk," kata Kepala Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Achmad Zulkarnain, Kamis (9/7) di Sidoarjo.

Akhir Juni 2009, muncul tiga semburan gas di RT 3 RW 1 Desa Siring. Salah satunya di rumah Okky Andriyanto. Hari Selasa, semburan gas di rumah Okky terbakar dan mengakibatkan seorang pembantu Okky menderita luka bakar ringan. Hal itu membuat warga Siring panik. Mereka khawatir peristiwa serupa terjadi di semburan lain.

Menurut Zulkarnain, semburan gas melalui rekahan tanah sulit ditangani. Oleh karena itu, Bupati Sidoarjo Win Hendrarso, Kepala BPLS Sunarso, dan Dewan Pengarah Panitia Khusus Lumpur Sidoarjo DPRD Sidoarjo Jalaluddin Alham berulang kali mengimbau warga Siring agar mengungsi dan mengontrak rumah dengan dana bantuan sosial dari BPLS.

"Aset tanah dan rumah, kita bicarakan kemudian," kata Jalaluddin. Imbauan yang sama juga dikatakan Gubernur Jatim Soekarwo, Kamis.

Terkait imbauan itu, perwakilan warga Siring, Mahmud Marzuki, mengatakan, warga akan pindah selama pemerintah menjamin aset tanah dan rumah yang mereka tinggalkan. Selain itu, uang kontrak rumah yang diberikan hanya setahun dinilai belum dapat menjamin nasib warga bila masa kontrak habis. Mahmud mengusulkan agar pemerintah menyediakan lahan relokasi sehingga warga dapat berkumpul bersama dalam satu lahan.

Perlu sosialisasi

Peneliti Pusat Studi Bencana Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Amien Widodo, mengatakan, pemerintah hendaknya menyosialisasikan pemahaman tentang cara hidup berdampingan dengan gas kepada warga di sekitar pusat semburan lumpur. Hal itu dilakukan agar warga lebih waspada dan dapat terhindar dari kecelakaan atau musibah akibat semburan gas.

"Bila gas metana itu terhirup manusia, yang menghirup akan pusing. Semestinya pemerintah memberikan pemahaman bagaimana cara hidup berdampingan dengan gas bila upaya relokasi warga tidak bisa diwujudkan," kata Amien. (APO/ABK)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar