Pengamen Jalanan
Warning: pack() [function.pack]: Type H: illegal hex digit in /home/surya/www/wp-content/plugins/wp-recaptcha/recaptchalib.php on line 242
WAKTU itu, 19 Juni 2009, matahari cukup terik. Akivitas di jalan utama menuju Malang dari Kepanjen masih tetap ramai seperti biasanya. Ketika saya berhenti di perempatan jalan Galunggung, seorang pengamen jalanan yang berumur 10 tahun menghampiri seluruh pengguna jalan yang sedang berhenti untuk menunggu lampu hijau menyala.
Ketika anak itu menghampiri saya dan menanyakan apa dia bisa ikut numpang menuju perempatan sebelah ITN Malang, karena ada rasa iba di hati, maka saya menyanggupi. Di dalam perjalananm saya menanyakan berbagai pertanyaan. Salah satunya adalah tujuan dia mengamen untuk apa?
Dia menjawab agar tetap bisa sekolah. Dari peristiwa itu, banyak pikiran yang ada di benak saya.
Bagaimana anak jalanan membagi waktunya untuk belajar dan waktunya untuk mengamen di jalan? Dan jika mendekati Ujian Nasional, apakah anak jalanan tersebut dapat belajar dengan baik sehingga mereka dapat lulus?
Kita tahu bahwa Malang merupakan kota pendidikan. Banyak orang dari berbagai daerah di Indonesia ini pergi menuju kota Malang untuk menimba ilmu dan meraih impian. Tetapi ketika melihat anak-anak di bawah umur yang masih harus menerima pendidikan berkeliaran di jalanan untuk mencari rezeki dengan cara mengamen, apakah benar pernyataan seperti itu bahwa Malang merupakan kota pendidikan.
Pada 15 agustus 2008, dalam pidatonya, Presiden SBY menetapkan bahwa anggaran 20 persen APBN untuk pendidikan harus terealisasi. Dengan anggaran itu, diharapkan agar angka penganguran di Indonesia ini turun. Banyak faktor yang membuat anggaran pendidikan tidak dapat terealisasi dengan baik, yaitu salah satunya tidak ada dukungan dari berbagai pihak.
Sebenarnya masalah tersebut sangat sepele tetapi masalah tersebut bisa menjadi besar jika menyangkut nama semua pihak terkait. Seperti yang kita tahu bahwa di masyarakat sendiri banyak pihak yang menantikan anggaran 20 persen ini turun. Salah satunya, adanya sekolah gratis bagi SD dan SMP.
Program ini juga hampir terlaksana di kota Malang sendiri tetapi belum dapat menyeluruh. Dengan adanya program tersebut, anak-anak pengamen jalanan di kota Malang dapat berkurang dan anak-anak dapat menikmati hak mereka sebagai generasi penerus bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar