19 Agustus 2009

Warga Gusuran Belum "Merdeka"

SUARA PEMBARUAN DAILY

Warga Gusuran Belum "Merdeka"

Falcao Silaban

Sejumlah warga korban gusuran yang tergabung dalam Rakyat Miskin Kota (RMK) menggelar aksi di depan Museum Fatahillah, Kota Tua, Minggu (16/8).

Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-64 RI, ternyata masih menyisakan penderitaan bagi sebagian warga miskin yang kehilangan rumahnya. Mereka hampir tidak mengerti apa makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Hanya tangisan dan jeritan yang mereka lakukan pada peringatan kemerdekaan kali ini.

Seperti yang diungkapkan oleh seorang ibu bernama Diah (40), warga Muara Baru, Jakarta Utara yang kini terpaksa harus menumpang tidur di masjid bersama suami dan kedua anaknya. Dengan terbata-terbata, ia pun menuturkan bahwa rumahnya yang terletak di bantaran rel kereta api, diratakan oleh tanah sebulan yang lalu.

"Dengan sewenang-wenang, kami digusur dan dianggap sebagai warga liar. Padahal, kami adalah warga negara Indonesia yang datang ke Jakarta hanya untuk mencari nafkah. Beberapa di antara kami kini harus tinggal di kolong-kolong jembatan, stasiun, dan menumpang di sanak saudara," katanya, ketika merayakan hari kemerdekaan bersama Rakyat Miskin Kota (RMK) di depan Museum Fatahillah, Kota Tua, Minggu (16/8).

Pada peringatan itu, juga dibacakan teks "Proklamasi Rakyat Miskin Kota", yang berisi pernyataan kemerdekaan dari penggusuran dan meminta pemerintah secepat mungkin melakukan kewajibannya untuk memenuhi hak dasar mereka.

"Segala hal yang mengenai penggusuran dan kebutuhan kaum rakyat miskin kota harus dipenuhi secara seksama dan dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya. Atas nama rakyat tergusur, rakyat miskin kota," ujar salah seorang orator, Mochtar, saat membacakan salah satu penggalan yang mirip dengan teks proklamasi tersebut.

Lebih lanjut Mochtar menyampaikan, peringatan hari kemerdekaan tidak hanya digunakan sebagai simbol atas kemenangan melawan penjajah. Namun, kemerdekaan melawan kemiskinan dan kebodohan. Namun, apa yang terjadi pada peringatan HUT RI, pemerintah justru menjadi "penjajah" bagi rakyatnya sendiri.

Pada peringatan kali itu, dihadiri oleh sekitar 300 orang, korban gusuran di Budi Darma dan Muara Baru, Jakarta Utara. Sebelumnya, mereka melakukan karnaval dengan becak, dari stasiun wisata Ancol. Selain berorasi, RMK juga menampilkan tari-tarian yang menunjukkan penderitaan mereka setelah digusur.

Lebih Ironis lagi, penggusuran yang dilakukan oleh pemerintah kali ini dilakukan beberapa hari sebelum HUT RI dan bulan puasa atau Ramadan. Saat penggusuran terjadi, warga sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi, walaupun sudah mendapat beberapa kali peringatan.

"Kami tidak tahu harus pindah ke mana, saat diberitahukan akan terjadi penggusuran. Suami saya hanya seorang buruh panggul di pelabuhan, yang penghasilannya hanya Rp 20.000 per hari. Lantas, kami harus berbuat apa?" tutur Diah. [FLS/U-5]


Last modified: 18/8/09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar