Kamis, 20 Agustus 2009
Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar RI Abu Dhabi, M. Wahid Supriyadi mengunjungi sejumlah TKW yang mendekam di dalam penjara Al Wathba atas tuduhan melanggar norma kesusilaan , mulai dari kepergok pacaran di taman sampai membawa teman pria masuk rumah.
"Pacaran kan manusiawi, Pak," ujar salah seorang dari 22 tenaga kerja wanita (TKW) dengan lugunya saat ditanya Dubes Wahid dalam pertemuan di lembaga pemasyarakatan (LP) Al Wathba, sekitar 60 km dari kota Abu Dhabi, demikian siaran pers KBRI Abu Dhabi, Kamis.
Kunjungan Dubes Wahid Supriyadi ke Al Wathba yang disertai staf KBRI dan Dharma Wanita Persatuan KBRI Abu Dhabi adalah berkaitan dengan peringatan HUT RI ke-64.
Seorang TKW lainnya mengaku pacaran dengan seorang warga negara India karena penampilannya seperti yang dia lihat di film-film India.
Dalam dialog yang berlangsung sekitar 40 menit tersebut tidak tampak ada rasa stres dan tertekan di kalangan para TKW itu. Sebaliknya, mereka kadang-kadang tertawa kecil dengan malu setelah menyebut alasan masuk penjara.
Di antara 22 TKW tersebut , hanya dua orang dikenakan tuduhan pelanggaran keimigrasian dan satu terlibat pencurian.
Hampir semua TKW sudah dijatuhkan putusan hukuman, rata-rata antara tiga bulan sampai satu tahun penjara, kecuali dua orang lainnya yang masih dalam proses persidangan.
Dari hasil dialog dengan Dubes Wahid, umumnya mereka mengaku tidak tahu bahwa berduaan di taman dan memasukkan teman laki-laki ke rumah adalah suatu pelanggaran hukum.
Kunjungan Dubes RI ke Al Wathba merupakan yang ketiga kalinya selama lebih setahun bertugas di Abu Dhabi dan banyak diperoleh hasil positif dari hasil pertemuan dengan pihak penjara setempat.
Sementara itu, Kepala LP Al Wathba, Brigadir Jenderal Yousef Abdul Karem Al Ahmed, yang telah beberapa kali ke Indonesia, menyetujui usul Dubes Wahid agar WNI yang berada di dalam penjara dapat diizinkan melakukan berbagai kegiatan berkaitan dengan peringatan HUT RI mulai tahun depan.
Kepala LP itu juga mengatakan bahwa WNI di penjara Al Wathba termasuk yang paling tertib dan aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak penjara.
Secara umum kondisi fisik dan mental para WNI di penjara dalam keadaan sehat dan mendapat perlakuan yang baik dari pihak penjara Al Wathba dan tidak ada yang masuk dalam pelanggaran berat.
Pada kesempatan tersebut, Dubes Wahid menyerahkan majalah dan buku-buku bacaan serta sejumlah uang untuk pemenuhan kebutuhan mereka sehari-hari di LP Al Wathba.
Masalah perbedaan budaya terkait tenaga kerja asing menjadi perhatian pemerintah Uni Emirat Arab (UAE). Menjelang akhir tahun 2009, pemerintah UAE akan menerapkan kebijakan tes budaya kepada tenaga kerja asing yang akan bekerja di negara itu.
Hal ini dimaksudkan sebagai upaya mengatasi "bentrokan budaya" dan memberikan pemahaman yang mendalam mengenai kebiasaan dan budaya UAE sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan dalam bekerja.
Data di KBRI Abu Dhabi menunjukkan sekitar 42 persen permasalahan yang dihadapi para TKW yang melarikan diri adalah karena minimnya pengetahuan mereka tentang budaya lokal.
Mereka kabur karena "majikan cerewet". (*)
Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar RI Abu Dhabi, M. Wahid Supriyadi mengunjungi sejumlah TKW yang mendekam di dalam penjara Al Wathba atas tuduhan melanggar norma kesusilaan , mulai dari kepergok pacaran di taman sampai membawa teman pria masuk rumah.
"Pacaran kan manusiawi, Pak," ujar salah seorang dari 22 tenaga kerja wanita (TKW) dengan lugunya saat ditanya Dubes Wahid dalam pertemuan di lembaga pemasyarakatan (LP) Al Wathba, sekitar 60 km dari kota Abu Dhabi, demikian siaran pers KBRI Abu Dhabi, Kamis.
Kunjungan Dubes Wahid Supriyadi ke Al Wathba yang disertai staf KBRI dan Dharma Wanita Persatuan KBRI Abu Dhabi adalah berkaitan dengan peringatan HUT RI ke-64.
Seorang TKW lainnya mengaku pacaran dengan seorang warga negara India karena penampilannya seperti yang dia lihat di film-film India.
Dalam dialog yang berlangsung sekitar 40 menit tersebut tidak tampak ada rasa stres dan tertekan di kalangan para TKW itu. Sebaliknya, mereka kadang-kadang tertawa kecil dengan malu setelah menyebut alasan masuk penjara.
Di antara 22 TKW tersebut , hanya dua orang dikenakan tuduhan pelanggaran keimigrasian dan satu terlibat pencurian.
Hampir semua TKW sudah dijatuhkan putusan hukuman, rata-rata antara tiga bulan sampai satu tahun penjara, kecuali dua orang lainnya yang masih dalam proses persidangan.
Dari hasil dialog dengan Dubes Wahid, umumnya mereka mengaku tidak tahu bahwa berduaan di taman dan memasukkan teman laki-laki ke rumah adalah suatu pelanggaran hukum.
Kunjungan Dubes RI ke Al Wathba merupakan yang ketiga kalinya selama lebih setahun bertugas di Abu Dhabi dan banyak diperoleh hasil positif dari hasil pertemuan dengan pihak penjara setempat.
Sementara itu, Kepala LP Al Wathba, Brigadir Jenderal Yousef Abdul Karem Al Ahmed, yang telah beberapa kali ke Indonesia, menyetujui usul Dubes Wahid agar WNI yang berada di dalam penjara dapat diizinkan melakukan berbagai kegiatan berkaitan dengan peringatan HUT RI mulai tahun depan.
Kepala LP itu juga mengatakan bahwa WNI di penjara Al Wathba termasuk yang paling tertib dan aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak penjara.
Secara umum kondisi fisik dan mental para WNI di penjara dalam keadaan sehat dan mendapat perlakuan yang baik dari pihak penjara Al Wathba dan tidak ada yang masuk dalam pelanggaran berat.
Pada kesempatan tersebut, Dubes Wahid menyerahkan majalah dan buku-buku bacaan serta sejumlah uang untuk pemenuhan kebutuhan mereka sehari-hari di LP Al Wathba.
Masalah perbedaan budaya terkait tenaga kerja asing menjadi perhatian pemerintah Uni Emirat Arab (UAE). Menjelang akhir tahun 2009, pemerintah UAE akan menerapkan kebijakan tes budaya kepada tenaga kerja asing yang akan bekerja di negara itu.
Hal ini dimaksudkan sebagai upaya mengatasi "bentrokan budaya" dan memberikan pemahaman yang mendalam mengenai kebiasaan dan budaya UAE sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan dalam bekerja.
Data di KBRI Abu Dhabi menunjukkan sekitar 42 persen permasalahan yang dihadapi para TKW yang melarikan diri adalah karena minimnya pengetahuan mereka tentang budaya lokal.
Mereka kabur karena "majikan cerewet". (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar