30 Juli 2009

Bali meeting postponed

2009/07/14


News Straits Times


KUALA LUMPUR: The Malaysia-Indonesia working group meeting on Indonesian foreign workers in Malaysia has been deferred to a later date this month.

The Indonesian authorities were to have made a decision on whether they would lift the temporary ban of sending maids to Malaysia at the meeting, which was to be held in Bali tomorrow.

Human Resources Minister Datuk Dr S. Subramaniam, however, said that Indonesia had requested for a postponement of the meeting because of logistics issues.

Asked if Indonesia would lift the ban after the meeting, Subramaniam said that was what Indonesian Manpower and Transmigration Minister Dr Erman Suparno had said at their meeting here last Monday.

The temporary ban which took effect on June 26, was in response to public anger over the ill-treatment of Indonesian maid Siti Hajar Sadli, 33, by her Malaysian employer, who has since been arrested and charged.


Speaking after opening the Asia e-Learning Conference 2009 here yesterday, Subramaniam said: "I think they're trying to resolve the issue by July."

Subramaniam said there were certain matters which Malaysia had agreed to, including allowing a day off for maids.

"We have also decided on widening the workmen's compensation to cover maids, having a standard contract and ensuring prompt monthly payment of their salaries."

Subramaniam said Malaysia had decided on these matters about seven months ago.

There are 1.2 million Indonesians working in Malaysia, of whom 300,000 are maids.


Migrant workers` protection should begin at home : official


Meutia : Jangan Kirim TKW ke Negara Rawan Kekerasan


Tiga Hari Bekerja di Hongkong, TKW Kediri Gantung Diri

Rabu, 29/07/2009

Samsul Hadi - detikSurabaya

Kediri - Seorang TKW asal Indonesia diduga meninggal dunia setelah 3 hari bekerja di Hongkong. Korban meninggal dengan gantung diri bernama, Sundari (22) asal Dusun Ngelowan, Desa Duwet, Kecamatan Wates, Kediri.

Kematian putri kedua dari pasangan Sukidi dan Marokah tersebut diketahui keluarga 20 Juli 2009, atau setelah 4 hari berangkat melalui Bandara Internasional Juanda. Namun sayang, penyebab pasti kematiannya, pihak keluarga enggan membeberkan secara gamblang.

Jenazah Sundaritiba di rumah duka sejak Rabu dini hari sekitar pukul 01.30 WIB dengan mobil ambulans yang disewa oleh PT Bina Mandiri, PJTKI asal Malang sebagai perusahaan yang memberangkatkannya. Untuk pemakaman juga telah dilakukan pada pukul 08.30 WIB.

"Saat ini kami masih berduka, dan kami mohon pengertian," kata Sukidi pelan saat ditemui wartawan di rumah duka, Rabu (29/7/2009).

Meski demikian, informasi yang berhasil didapatkan dari pihak keluarga lain menyebutkan, Sundari meninggal dunia akibat gantung diri di rumah majikannya.

"Kalau memang benar demikian terus terang kami ya kaget, apalagi dia selama ini dikenal anaknya pendiam dan lugu. Terus keberangkatannya ke Hongkong untuk jadi TKW juga bukan paksaan dan atas keinginannya sendiri," kata Heri, salah satu kerabat Sundari.

Meski penyebab kematian korban belum diketahui, pihak keluarga mengaku tidak menaruh perasaan curiga kepada siapapun. Pihak keluarga jutga mengaku sudah mengikhlaskan kematian Sundari.

"Tadi bapaknya sudah bilang, keluarga sudah mengikhlaskan dan tidak akan menuntut apapun. Tapi kalau memang masih ada hak dia yang belum dibayarkan, kami hanya berharap itu dapat segera diberikan," papar Heri.

Secara terpisah perwakilan PT Bina Mandiri saat dikonfirmasi terkait penyebab kematian Sundari, justru enggan memberikan keterangan. 2 orang yang dikirimn kompak mengaku dokumen terkait kematian Sundari telah diberikan kepada keluarganya dan untuk penjelasan kepada media diakui bukan menjadi kewajiban mereka.

(fat/fat)


Gadis Indramayu Lebih Suka Jadi TKW

28/07/2009


Indramayu, CyberNews. Sejumlah gadis dari berbagai desa di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat lebih tertarik untuk menjadi TKW di negara-negara Timur Tengah ketimbang bekerja di sawah.

"Kami sangat prihatin menyaksikan luar biasanya minat kaum wanita di sini menjadi TKW, terbukti dengan meningkatnya jumlah mereka yang berangkat ke luar negeri dari tahun ke tahun," kata Kepala Desa Juntiyuat, Andi Amsikin di Indramayu, Selasa.

Menurut dia, dorongan untuk menjadi TKW semakin kuat di tengah meningkatnya jumlah penggangguran sehingga pada tahun 2008 saja tercatat 790 TKW yang sudah diberangkatkan ke berbagai negara tujuan di Timur Tengah.

Angka tersebut tercatat hanya dari mereka yang mendaftar di kantor kelurahan, padahal, karena pihak desa saat ini semakin selektif mengeluarkan surat ijin keberangkatan TKW, banyak di antara mereka memilih mendaftarkan diri di kabupaten lain.

"Kami sengaja memperketat keberangkatan para TKW karena mereka umumnya masih dibawah umur sehingga tidak memperhitungkan kemungkinan buruk yang akan mereka hadapi," kata Andi Amsikin.

Sedangkan di desa tetangganya yaitu Desa Juntikedokan tercatat 870 TKW pada 2008 dengan negara tujuan utama negara di Timur Tengah, sebagian ada juga yang berangkat ke Taiwan hanya jumlahnya masih terbatas.

"Di desa kami pemberangkatan TKW tiap tahun terus bertambah karena para calon TKW tersebut melihat keberhasilan pendahulunya, sedangkan kejadian buruk seperti TKW yang pulang jadi gila, dihamili oleh majikan, disiksa, tidak pernah jadi pelajaran bagi mereka," kata Kepala Desa Lombang, Sardina.

Pada tahun 2009, menurut dia, tercatat yang gila ada dua orang, dihamili oleh majikan empat orang, sedangkan yang mengalami penganiayaan sembilan orang.

Kasus mereka sampai hari ini belum bisa diselesaikan, baik oleh perusahaan pemberangkatan TKW, maupun oleh Pemerintah Daerah setempat.

"Para TKW yang berangkat dari desa kami umumnya bukan tenaga profesional, hanya pembantu rumah tangga dengan latar belakang pendidikan sangat rendah sekali," tuturnya seraya mengharapkan agar Pemda Indramayu bisa menekan keberangkatan para TKW dengan menyediakan lapangan kerja.

"Pemerintah Daerah boleh saja mengirim TKW ke luar negeri, tetapi bekali dulu mereka dengan keahlian yang dibutuhkan di negara tujuan sehingga tidak terjadi lagi hal-hal negatif yang bisa merugikan bangsa ini," demikian katanya menambahkan.

(Ant /CN13)


400 TKW Asal Indramayu Menunggu Dipulangkan

Selasa, 28 Juli 2009


TEMPO InteraktifINDRAMAYU -  Sebanyak 400 Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Kabupaten Indramayu bermasalah di Yordania. Saat ini mereka masih menunggu kepulangan ke tanah air.

Kepala Sub Dinas Penempatan dan Perluasan Tenaga KerjaKabupaten Indramayu, Iwan Hermawan mengatakan, mereka umumnya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Namun banyak dari mereka menghadapi beragam masalah dengan majikannya.

Dari soal tak digaji, diperlakukan kasar juga bekerja yang tidak sesuai dengan kontrak kerja. Sementara ini mereka ditampung di Kedutaan Besar RI di Yordania. "Kami  tengah berupaya memulangkan 400 TKW bermasalah asal Indramayu itu," kata Iwan.

Menurut Iwan, rendahnya perlindungan terhadap TKW bisa dipicu karena sistem perekrutan yang tak benar. Padahal TKW itu menyumbang devisa yang besar bagi negara.

Karena itu, ia berharap Perda tentang perlindungan terhadap TKI/TKW yang akan berangkat keluar negeri segera lahir. "Dengan perda itu diharapkan nantinya akan ada tindakan tegas bagi perusahaan pengerah tenaga kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang nakal dan TKI/TKW pun bisa terlindungi," ujarnya.

IVANSYAH


TKI di Kolong Jembatan, Depag Diminta Membantu

Tim Liputan 6 SCTV

30/07/2009
Liputan6.com, Jakarta: Ratusan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) masih bertahan di kolong jembatan, di Kota Jeddah, Arab Saudi, Kamis (30/7). Sebagian TKI ini berada di sana karena menyalahgunakan visa umrah. Sementara sebagian lainnya melarikan diri dari majikan mereka karena mendapat perlakuan tidak menyenangkan.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Perlindungan Warga Negara Indonesia Departemen Luar Negeri, Teguh Wardoyo menjelaskan bahwa masalah ini lebih rumit dari sekedar negosiasi antarpemerintah. Menurut Teguh, untuk menyelesaikan masalah ini dibutuhkan kerjasama sejumlah instansi terkait di dalam negeri termasuk Departemen Agama.

Ratusan TKI ini hidup terlantar di kolong jembatan tol tanpa alas tidur dan tenda yang layak. Ironisnya, ada TKI yang mengenakan kursi roda. Menurut pengakuan salah satu TKI, di antara mereka ada yang sudah tinggal di tempat itu sejak satu hingga tiga bulan.

Para tenaga kerja yang terlantar itu kebanyakan anak-anak dan perempuan. Anak-anak yang tinggal di kolong jembatan terpaksa melindungi diri dari debu dan terik matahari dengan mengenakan masker pelindung. Menteri Tenaga Kerja Erman Suparno berkeyakinan Pemerintah Arab Saudi akan memulangkan para TKI tersebut. Selengkapnya, simak video berita berikut.(UPI/LUC)

Pelindungan TKI di Timur Tengah Perlu Standar Bersama


Ratusan TKI Bermasalah Akan Dipulangkan

29/07/2009

Liputan6.com, Amman: Sebanyak 456 tenaga kerja Indonesia akan dipulangkan dari Yordania. Selama ini, para TKI ditampung di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Amman, Yordania. Para TKI itu ada di sana karena mengalami masalah seperti sakit, tidak memiliki ijin kontrak tambahan, dikembalikan majikannya, atau memiliki masalah hukum. Beberapa di antara mereka sudah tinggal di penampungan selama dua tahun.

Setiap bulan, pihak KBRI mengeluarkan biaya sekitar Rp200 juta untuk membiayai hidup mereka. "Biaya ini akan bertambah terus kalau tidak ada tindakan mengembalikan mereka," kata Duta Besar Indonesia untuk Yordania, Zainulbahar Noor, Rabu (29/7).

Ketua Badan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia atau BNP2TKI, Jumhur Hidayat mengakui, permasalahan penampungan dan pemulangan TKI masih terjadi di negara Timur Tengah lain. Jumhur berharap, proses pemulangan dapat berjalan lancar di negara lain. "Tidak hanya Yordania yang memberikan amnesti kepada TKI yang bermasalah tapi juga negara Timur Tengah lain," kata Jumhur.(YUS)


460 TKI Bermasalah di Jordania akan Dipulangkan


TKI Telantar Ingin Pulang

Asep Didi dan Teguh Raharjo

29/07/2009
Liputan6.com, Jakarta: Ratusan tenaga kerja Indonesia (TKI) hingga kini masih telantar di Jeddah, Arab Saudi. Salah satu dari TKI yang masih bertahan adalah Ita Rosita, TKI asal Cianjur, Jawa Barat. Di rumah sederhana di Cianjur, Ibunda Ita, Yati Rohayati meratapi nasib putrinya.

Yati mengaku sudah berbulan-bulan tidak mendapat kabar dari Ita. Bahkan, kabar terakhir yang ia dapat pun tidak menggembirakan. Sejak berangkat Ke Arab Saudi 10 Maret silam, Ita memberitahu kepada sang bunda bahwa ia disiksa majikannya.

Saat dihubungi via telewicara di studio Liputan 6 SCTV, Jakarta, Rabu (29/7), Ita mengungkapkan keinginannya untuk kembali ke tanah air. Ia mengatakan sangat merindukan keluarga, terutama Dede sang buah hati. Mendengar pengakuan Ita, sang bunda tak kuasa menahan haru. Dengan terisak-isak, Yanti memanggil-manggil anaknya untuk segera pulang.

Selama di Jeddah, Ita mengaku belum pernah melapor ke Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI). Ia juga mengatakan belum ada satu pun pihak KJRI yang menghubungi dirinya.

Menurut Konjen RI di Jeddah, Gatot Abdullah Mansyur, proses pemulangan TKI sedang dikoordinasikan dengan Pemerintah Arab Saudi.

Ita bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah di sana. Selain perempuan, terdapat pula tenaga kerja pria dan anak-anak yang beberapa diantaranya sedang sakit. Sebagian TKI mengaku terbang ke Arab Saudi secara resmi oleh perusahaan tenaga kerja. Sebagian lagi mengaku berangkat menggunakan visa umroh. Karena tidak memiliki dokumen resmi, mereka tidak dapat pulang ke tanah air.

Arab Saudi dikenal sebagai salah satu negara tujuan utama buruh migran yang tak semuanya menggunakan jalur legal. Menteri Luar Negeri Hassan Wirayuda mengatakan tak sedikit TKI yang berharap dipulangkan cuma-cuma oleh Pemerintah Arab Saudi karena tidak memiliki dokumen resmi. Hassan mengaku hal tersebut menyulitkan pekerjaan perwakilan Indonesia di sana.(WIL/AND)

TKI Asal Blitar Jatuh dari Lantai Tiga

Blitar (ANTARA News) - Sunari (40), Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Desa Dadaplangu, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, meninggal dunia setelah terjatuh dari lantai tiga di Selangor Malaysia.

Menurut saudara korban, Sukarman (50), kabar duka kematian Sunari yang bekerja sebagai tukang batu itu, diterima keluarga Sabtu (25/7) lalu sekitar pukul 17 WIB.

Kabar duka mereka terima dari salah seorang rekan kerja Sunari di Malaysia melalui telepon.

"Orang tersebut mengabarkan jika korban terjatuh dari lantai tiga tempatnya bekerja. Ia sempat dibawa ke rumah sakit, tapi nyawanya tidak dapat diselamatkan," katanya mengungkapkan.

Kabar tersebut, lanjut dia, sangat membuat kaget keluarga. Hal itu dikarenakan, almharhum sempat mengirimkan kabar akan pulang pada hari raya Idul Fitri, bulan September mendatang.

Menurut dia, dalam surat tersebut, ia mengaku kondisinya baik-baik saja. Bahkan, ia juga tidak mengeluhkan mempunyai sakit yang mengganggu kesehatannya.

Sukarman juga mengatakan, almarhum berangkat melalui sebuah perusahaan jasa tenaga kerja di Kuala Tungkal, Kepulauan Riau (Kepri) sejak enam tahun lalu atau sekitar tahun 2003.

Selama itu, korban belum pulang, dan berniat tahun ini untuk berkumpul dengan keluarga.

"Ia berniat mengumpulkan modal yang banyak untuk usaha di Blitar. Tapi, ternyata ia meninggal karena kecelakaan di sana (Malaysia)," kata Sukarman dengan wajah sembab.

Menurut dia, almarhum selama ini dikenal sebagai pribadi yang baik. Sayangnya, ia sudah berpisah dengan istrinya dan meninggalkan seorang putri yang saat ini usianya sekitar lima tahun.

Dengan kecelakaan tersebut, pihak keluarga berharap, pemerintah membantu untuk pengurusan hak-hak alharhum, terlebih saat ini ia memiliki anak kecil.

Jenazah datang ke rumah duka, pada Rabu pagi, dan langsung dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) desa setempat, setelah sebelumnya singgah di rumah duka.

Keluarga yang datang menyambut jenazah, tidak berdaya, dan langsung menangis histeris, hingga ia dimakamkan.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Blitar, Heri Setiono mengatakan, pihaknya belum menerima informasi terkait dengan kematian korban. Pihaknya menduga, korban berangkat secara tidak resmi saat bekerja di Malaysia.

"Kami belum menerima laporan terkait dengan kasus tersebut. Namun, kami akan berusaha melacaknya," kata Heri.
(*)

Kondisi TKI Ilegal Jeddah Mengenaskan


Tim Liputan 6 SCTV

29/07/2009
Liputan6.com, Jeddah: Nahas betul nasib para tenaga kerja Indonesia (TKI) di Jeddah, Arab Saudi. Betapa tidak? Hingga Rabu (29/7), mereka sudah berbulan-bulan tinggal di bawah kolong jalan layang menunggu proses deportasi oleh Pemerintah Arab Saudi.

Di antara ratusan TKI tersebut, terdapat seorang ibu asal Cianjur, Jawa Barat. Angin malam yang tak bersahabat membuatnya terserang sesak napas. Ia pun rindu pulang ke pangkuan keluarga tercinta.

Kini, para TKI tersebut hidup hanya dengan beralaskan karpet tipis layaknya tuna wisma. Bukan cuma itu, sejumlah anak balita yang terpaksa ditinggal bersama ibu mereka karena harus mencari nafkah mulai kekurangan asupan susu. Para TKI itu berangkat ke Jeddah melalui perusahaan resmi dan ada pula yang menggunakan visa umrah.

TKI nahas itu datang dengan berbekal mimpi indah untuk meraup uang. Namun mimpi mereka tak menjadi kenyataan. Sejumlah kisah tragis pun menghiasi pekerjaan mereka. Ada yang melarikan diri karena perlakuan buruk majikan, dan ada juga yang habis masa izin tinggalnya. Kini mereka tidak bisa pulang ke Tanah Air lantaran tidak memiliki dokumen. Mereka malah telantar di bawah kolong jembatan dekat lokasi menuju pintu tanah suci mekah.

Sementara itu, hingga kini belum ada upaya dari Pemerintah Indonesia untuk memulangkan para TKI yang telantar. Pemerintah terkesan hanya berharap pada kebaikan Pemerintah Arab Saudi untuk memulangkan mereka ke Tanah Air secara gratis [baca: Arab Biayai Pemulangan TKI]. Selengkapnya simak di video.(ASW/AND)

TKI Asal Blitar Tewas di Malaysia, Jatuh dari Lantai Tiga

Rabu, 29 Juli 2009


TEMPO Interaktif, Blitar - Sunari, 40, tenaga kerja Indonesia asal Desa Dadaplangu, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar tewas setelah terjatuh dari lantai tiga tempatnya bekerja, Sabtu (25/7) lalu. Korban bekerja sebagai tenaga bangunan di sebuah proyek di Selangor Malaysia.

Sukarman, 50, paman korban mengatakan musibah itu terjadi saat keponakannya menyelesaikan pembangunan sebuah gedung di lantai tiga. Tiba-tiba dia terjatuh ke lantai bawah dengan posisi kepala membentur lantai. Korban akhirnya meninggal dunia meski sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat. "Informasi ini saya dengar dari teman kerjanya di Malysia," kata Sukarman kepada Tempo, Rabu (29/7).

Jenasah Sunari tiba di kampung halamannya dini hari tadi setelah diangkut dengan pesawat cargo. Sayangnya Sukarman mengaku tidak menerima catatan medis tentang riwayat kematian korban di peti jenasah yang diterima. Namun demikian, dia mengaku tidak akan mempersoalkan kematian tersebut dan mempercayakannya pada pemerintah.

Menurut Sukarman, korban berangkat ke Malaysia pada tahun 2003 silam. Dia berangkat melalui Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia di Kuala Tungkal, Kepulauan Riau. Sukarman memastikan keponakannya berangkat sebagai TKI legal karena mengantongi dokumen berupa paspor kerja yang sah. Sayangnya Sukarman mengaku tidak mengetahui perusahaan mana yang mengurus keberangkatannya.

Kematian korban meninggalkan seorang anak perempuan yang masih berusia lima tahun. Sedangkan istrinya yang sudah diceraikan memilih mencari nafkah di luar kota. Sehingga sehari-hari anaknya dirawat oleh mertua Sunari. Korban dimakamkan di pemakaman Desa Dadaplangu dengan dihadiri sejumlah perangkat desa setempat. "Kami berharap pemerintah membantu mengurus gaji Sunari yang belum diberikan," kata Sukarman.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Blitar Heri Setiono mengaku tidak menemukan data korban di daftar TKI legal. Dia memastikan korban berangkat melalui jalur gelap sehingga menyulitkan pengurusan hak-haknya. "Kami sudah cek ke propinsi dan tidak ada datanya," kata Heri.

HARI TRI WASONO

Arab Biayai Pemulangan TKI Ilegal

  Tim Liputan 6 SCTV

29/07/2009

Liputan6.com, Jakarta: Nasib ratusan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang telantar di Arab Saudi dan terpaksa hidup di bawah kolong jembatan kini sedang dalam proses pemulangan. Sebelumnya, para TKI mengaku tidak dapat perhatian dari Perwakilan Pemerintah Indonesia di sana [baca: TKI Ilegal Hidup di Kolong Jembatan].

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Erman Suparno mengungkapkan, permasalahan para TKI yang bermasalah tadi sedang dipilah oleh Pemerintah Arab Saudi. Untuk proses pemulangan, sepenuhnya akan dibiayai oleh Arab Saudi. "Pemerintah Arab mau menanggung pengembalian TKI," terang Erman Suparno di Jakarta, Rabu (29/7).

Permasalahan yang dimaksud Erman antara lain menyangkut masa kontrak kerja yang habis ataupun bermasalah dengan majikan. Selain itu, TKI tersebut kemungkinan tidak mendapat pekerjaan setelah umrah. Selengkapnya simak di video.(BJK/AND)



Baru Tiga Hari Kerja, Ditemukan Tewas

Danang Sumirat

29/07/2009

Liputan6.com, Jakarta: Kemiskinan dan makin sempitnya lahan pekerjaan di dalam negeri menjadi pendorong para tenaga kerja wanita mengais rezeki di negeri orang. Tidak adanya jaminan keselamatan bukan lagi menjadi pertimbangan. Ini pula yang dialami Sundari. Ia tewas hanya tiga hari setelah bekerja di Hongkong. Belum diketahui penyebab kematian korban.

Perusahaan pengerah jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) yang mengirimnya enggan berkomentar. Sejauh ini yang bisa mereka lakukan hanyalah menyewa ambulan untuk mengantar jenazah perempuan berusia 18 tahun ini kembali ke kampung halamannya di Wates, Jawa Timur.

Kemiskinan kadang mampu mengalahkan kecemasan, bahkan bahaya. Cerita duka tenaga kerja Indonesia memang sering terkalahkan ketika kemiskinan begitu mendera. Sementara berharap lapangan pekerjaan yang makin menipis tak kunjung tiba.(YNI/VIN)


Menlu: Moratorium TKI Kurang Efektif

Rabu, 29 Juli 2009

JAKARTA--Menteri Luar Negeri, Nur Hassan Wirajuda, menilai moratorium bukan merupakan sarana yang efektif untuk menekan masalah pelanggaran kerja di Malaysia. Ia menegaskan, pemerintah Indonesia lebih memilih merundingkan kembali mengenai masalah TKI ini dengan Malaysia, sehingga negara jiran tersebut menyadari ada hal-hal yang perlu perbaikan dalam kerja sama ke depan.

"Kita akan merundingkan kembali (dengan Pemerintah Malaysia) mengenai kondisi-kondisi yang sewajarnya berlaku untuk warga kita," kata Hassan kepada wartawan usai memberikan sambutan pada Pembukaan Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) 2009 di Departemen Luar Negeri, Jakarta, Rabu (29/7).

Ia mencontohkan, jangan sampai hari ini ada moratorium kemudian minggu depan ada pertimbangan untuk mengadakan moratorium lagi. "Jadi ada moratorium terhadap moratorium, itu tidak efektif," kata Hassan. Oleh karena itu moratorium idealnya berlangsung sampai memiliki efek positif bagi upaya perbaikan.

Moratorium, atau penghentian sementara pengiriman TKI ke Malaysia, diperpanjang dari 15 hingga 21 Juli 2009, dari sebelumnya 26 Juni hingga 15 Juli 2009. Alasannya, saat itu belum ada kesempatan bagi kedua negara untuk bertemu dan merevisi nota kesepahaman (MoU) tentang TKI.

Jumlah kasus pelanggaran hak-hak kerja TKI Indonesia di Malaysia sampai saat ini pasang-surut. "Oleh karena itu penanganan mengenai hal ini harus sangat menyeluruh," kata Hassan. nan/rif


Menlu RI: Yang Telantar di Arab Bukan TKI

Republika
Rabu, 29 Juli 2009

JAKARTA--Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Hassan Wirajuda menyatakan, tidak ada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang telantar di Arab Saudi. Pernyataan tersebut muncul terkait adanya isu banyak orang Indonesia yang tidak diperhatikan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Arab Saudi.

''Saya ingin meluruskan bahwa orang-orang tersebut bukan TKI,'' kata Hassan kepada wartawan usai memberikan sambutan pada Pembukaan Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) 2009 di Departemen Luar Negeri, Jakarta, Rabu (29/7).

Menlu menjelaskan, orang-orang tersebut adalah warga negara Indonesia yang sengaja menelantarkan diri demi tujuan dideportasi oleh Pemerintah Arab Saudi. Dengan begitu, orang-orang tersebut bisa pulang ke Indonesia tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun. ''Itu adalah perbuatan warga kita yang kurang terpuji,'' ungkapnya.

Orang-orang tersebut, tambah Hassan, memang sengaja tidak melapor ke KBRI dan konsulat jenderal Indonesia di Arab Saudi. Pasalnya, lanjut dia, jika sampai KBRI tahu mereka memiliki dana dari hasil bekerja mereka di Arab Saudi, maka mereka akan diminta pulang ke Indonesia dengan biaya sendiri. ''Jadi memang maksud mereka menelantarkan diri di jalan-jalan, yaitu supaya ditangkap polisi setempat, kemudian dideportasi ke Indonesia,'' cetusnya.

Hassan mengakui, perbuatan orang-orang tersebut adalah sebuah gejala baru yang dilakukan oleh beberapa warga Indonesia di Arab Saudi. Mereka, lanjut dia, berangkat secara terorganisir ke Arab Saudi dengan tiket sekali jalan. Tujuannya adalah melakukan umroh, kemudian menghilang di sana, melakukan pekerjaan gelap, dan kemudian berhaji jika ada kesempatan. ''Lalu selesai haji menjajakan diri di jalan-jalan supaya bisa dideportasi oleh pemerintah Saudi,'' tandasnya. nan/eye


TKI Asal Kediri Meninggal Di Hongkong

28/07/2009


Kediri, CyberNews. Sundari (22), seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Dusun Ngelowan RT 16/RW 04, Desa Duwet, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur yang bekerja di Hongkong, meninggal mendadak.

Informasi yang dihimpun, korban diketahui meninggal sejak tanggal 20 Juli 2009. Kematiannya mengundang banyak pertanyaaan, karena ia baru saja berangkat melalui Bandara Juanda, Surabaya tanggal 16 Juli lewat Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) PT Bina Mandiri, Malang.

Sayangnya, pihak keluarga enggan untuk mengungkapkan penyebab kematian korban. Mereka memilih bungkam perihal kematian putri pasangan Sukidi dan Marokah tersebut.

"Saat ini, kami masih berduka, jadi kami mohon pengertiannya," kata Sukidi dengan wajah masam ditemui di rumah duka, Selasa malam.

Ia mengaku, hingga kini belum mendapatkan kepastian penyebab kematian putri nomor duanya tersebut. Pihaknya hanya mendapat informasi, putri mereka meninggal karena bunuh diri.

Walaupun hingga saat ini pihak keluarga belum mengetahui penyebab pasti dan masih menaruh curiga, Sukidi mengaku ia dan anggota keluarga lainnya sudah mengikhlaskan kematiannya.

"Kami tidak ingin menuntut apa-apa. Kami sudah ikhlas dengan kematiannya," katanya mengungkapkan.

Sementara itu, hingga kini pihak keluarga masih menunggu kedatangan jenazah di rumah duka. Bahkan, sejak kabar kematian Sundari, pihak keluarga juga langsung melakukan kegiatan tahlil. Berdasarkan informasi, korban tiba di rumah duka malam ini.

Beberapa tetangga mengatakan, jenazah kemungkinan tidak akan langsung dimakamkan dan menunggu keesokan harinya. Namun, sempat beredar kabar, jenazah akan diperiksa untuk mengetahui penyebab kematiannya, termasuk adanya indikasi korban terkena virus H1N1 (flu babi) saat bekerja di Hongkong.

(Ant /CN13)



Berangkat Umrah, Lalu Bekerja

Fira Abdurachman

28/07/2009

Liputan6.com, Amman: Ketua Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) M. Jumhur Hidayat menjelaskan, Selasa (28/7), fenomena tenaga kerja Indonesia yang tak jelas statusnya di Jeddah, Arab Saudi, memang kerap ditemui.

Jumhur mengungkapkan, biasanya mereka adalah para TKI yang mengunakan paspor umroh. Bila sudah tak memiliki kerja lagi dan ingin pulang, para TKI akan berkumpul.  Mereka hidup tak menentu seperti gelandangan sambil menunggu dipulangkan kerajaan Arab Saudi.

"Itu memang modus. Orang berangkat dari Indonesia dengan visa umroh. Setelah umroh, mereka bekerja," kata Jumhur.  Lalu, lanjutnya,  "Ketika mendapatkan masalah, mereka menunggu dideportasi." Seperti tahun-tahun sebelumnya, para TKI tersebut akan dipulangkan ke Indonesia atas biaya kerajaan Arab Saudi.

Untuk mengurangi modus-modus seperti itu, pemerintah Indonesia akan memperketat ijin umroh dan pihak kerajaan Arab Saudi juga bakal memperketat pengeluaran visa umroh.

Seperti diberitakan sebelumnya, sekitar 300 sampai 500 TKI di Jasirah, Jeddah, Arab Saudi, kini hidup menghuni kolong jembatan tol tanpa alas tidur dan tenda yang layak sejak beberapa waktu lalu.(YUS)



Konjen RI: Para TKI Tak Punya Izin Tinggal

28/07/2009
Liputan6.com, Jeddah: Konsulat Jenderal RI Jeddah, Gatot Abdullah Mansyur, menyatakan, ratusan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang tinggal di kolong jembatan di Jasirah, Jeddah, Arab Saudi, adalah ilegal. "Mereka sudah tidak punya izin tinggal," kata Gatot dalam wawancara jarak jauh dengan SCTV, Selasa (28/7) petang.   

Menurut Gatot, para tenaga kerja itu, rata-rata memiliki visa umrah dan visa kerja. Setelah beribadah umrah mereka memperpanjang tinggal di Jeddah sambil berusaha mencari kerja. "Tapi ada juga pekerja yang kabur dari majikannya," ujar Gatot.

Konjen RI di Jeddah, kata Gatot, bukan tidak berupaya menolong mereka. Hanya, karena masalah tersebut menyangkut proses deportasi, pihak yang memiliki wewenang untuk memulangkan para TKI adalah pemerintah Arab Saudi.

Pemerintah Arab Saudi tidak mau mengeluarkan surat izin ke luar negeri (exit permit). Untuk mendapatkan surat itu, TKI yang bekerja bisa memperolehnya dari sang majikan. "Bagi yang umrah harus membayar denda 10.000 real dan menjalani hukuman," kata Gatot.
  
Saat ini kondisi para pekerja yang tinggal di Jasirah sangat mengenaskan. Mereka hidup tanpa alas tidur dan tenda yang layak. Bahkan, ada TKI yang mengenakan kursi roda. Salah satunya adalah Anggi. TKI asal Jawa Barat ini sudah dua bulan tinggal di kolong jembatan. Anggi yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga memilih tidak meneruskan pekerjaan karena tidak diberi gaji [baca:  TKI Ilegal Hidup di Kolong Jembatan].(IAN/YUS)

TKI Ilegal Hidup di Kolong Jembatan

28/07/2009
Liputan6.com, Jeddah: Sekitar 300 hingga 500 tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal di Jasirah, Jeddah, Arab Saudi bernasib malang. Kini, mereka hidup terlantar dengan menghuni kolong jembatan tol tanpa alas tidur dan tenda yang layak. Ironisnya, ada TKI yang mengenakan kursi roda. Menurut pengakuan salah satu TKI, di antara mereka ada yang sudah tinggal di tempat itu sejak satu hingga tiga bulan.

Para tenaga kerja yang terlantar itu kebanyakan anak-anak dan perempuan. Anak-anak yang tinggal di kolong jembatan terpaksa melindungi diri dari debu dan terik matahari dengan mengenakan masker pelindung. Mereka hingga kini belum mendapat perhatian dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia.(BJK/AND)

29 Juli 2009

Ratusan Bangunan Liar di Kolong Tol Pluit Hangu

Ratusan Bangunan Liar di Kolong Tol Pluit Hangus
Selasa, 28 Juli 2009 17:46 WIB      0 Komentar
Penulis : Heryadi

JAKARTA--MI: Ratusan bangunan liar di sisi Tol Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, menuju Bandara Soekarno-Hatta hangus dilumat api, Selasa (28/7). Peristiwa mengakibatkan sekitar 300 jiwa kehilangan tempat tinggal.

Api diduga disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik di salah satu rumah warga bernama Marjuki, di RT 022/RW 08. Hanya dalam beberapa menit api segera merembet ke rumah lainnya.

"Rumah yang terbakar bangunan liar. Sedikitnya ada 300 jiwa tinggal di sana," jelas Wakil Lurah Penjaringan Helmi. Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran tersebut.

Kebakaran di kolong tol berulang kali terjadi. Pada Oktober 2008 kebakaran serupa juga terjadi di kolong Tol Sedyatmo. Kebakaran paling besar terjadi pada 2007 di kolong Tol Pluit yang membuat jalan tol menuju bandara tidak bisa dilalui karena rusak. (Hde/OL-01)



100.000 Unit Rusunami Berpotensi Dibangun

Senin, 27 Juli 2009 14:18

100.000 Unit Rusunami Berpotensi Dibangun



Jakarta – Potensi terbesar pembangunan rumah susun sederhana milik (rusunami) berada di Jakarta. Di kota ini, setidaknya bisa dibangun 100.000 unit rusunami setiap tahunnya dan 500.000 unit dalam lima tahun ke depan. Sementara itu, yang menjadi penghuni sasaran adalah warga Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi yang setiap harinya melakukan aktivitas di Jakarta. Jumlah mereka diperkirakan mencapai 3 juta orang.
"Untuk 100.000 unit rusunami yang bisa dibangun dalam satu tahun, diharapkan dapat memindahkan 1 juta warga Bodetabek yang setiap harinya melakukan aktivitasnya di Jakarta," kata pakar perumahan Panangian Simanungkalit, kepada pers, di Jakarta, Minggu (26/7).
Panangian menyebutkan, 3 juta warga Bodetabek yang setiap harinya beraktivitas di Jakarta, merupakan pasar riil yang bisa dibidik pemerintah dengan menempatkannya di rusunami. "Sebenarnya program yang digagas mengenai 1.000 tower rusunami tidak sia-sia jika dapat merumahkan warga Bodetabek ke dalam program itu," paparnya, seraya menambahkan bahwa pasar terbesar proyek tersebut berada di Jakarta. Pasalnya, setiap harinya di kota ini terdapat setidaknya 3 juta orang dari kota lain untuk beraktivitas.
Panangian mengatakan, seandainya program Rusunami di Jabotabek berhasil, maka 15 persen sisanya di seluruh Indonesia akan berhasil juga, sehingga target memang dapat diterima. "Tinggal bagaimana mensosialisasikan kepada warga Bodetabek agar dapat tinggal di Rusunami," tuturnya. Tugas untuk mensosialisasikan pentingnya tinggal di rusunami menjadi tugas pemerintah. Karena dengan merumahkan 1-3 juta warga Bodetabek yang beraktivitas di Jakarta di rusunami, berarti akan ada penghematan luar biasa, baik dari sisi biaya transportasi hingga waktu untuk keluarga.
Dikatakan, apabila program pembangunan 100.000 unit rusunami di Jakarta ini berhasil, berarti akan ada kapitalisasi sebesar Rp  Rp 14,4 triliun dengan asumsi harga setiap unitnya Rp 144 juta. "Bila unit yang ditawarkan tipe 36 berarti lahan yang dibutuhkan tidak lebih dari 180 hektare dan itu bukan hal sulit bagi DKI untuk mewujudkannya," kata dia.
(satoto budi)


Tata Ruang Harus Perhitungkan Sektor Informal

Rabu, 29 Juli 2009 13:19

Tata Ruang Harus Perhitungkan Sektor Informal


Detail Cetak

Jakarta – Penataan ruang Kota Jakarta harus memperhitungkan keberadaan sektor informal, yakni pedagang kaki lima, sebagai salah satu sektor perekonomian. Hal itu disampaikan Direktur Penataan Ruang Wilayah I Departemen Pekerjaan Umum Bahal Edison pada mini workshop bertajuk "Peran Jurnalis dalam Mewujudkan Tertib Tata ruang", Selasa (28/7) siang.
Dia mengungkapkan, dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan, tata ruang kota di dalamnya termasuk tempat-tempat untuk sektor informal.
"Pemda harus memperhitungkan pedagang kaki lima. Selama ini sektor informal dibiarkan liar dan malah merusak rencana tata ruang kota," katanya. Ia mengatakan, sektor ekonomi informal harus tetap ada dan menjadi tugas pemda setempat untuk mengatur keberadaannya.
Dalam kesempatan yang sama, Edison menuturkan, masih ada 136 pemda kabupaten/kota yang belum merevisi rencanan tata ruang dan wilayah (RTRW)-nya. Dia menilai hal itu sebagai rendahnya pemahaman dan kepedulian Pemda setempat atas pentingnya rencana tata ruang.
Dia menilai, masih banyak wilayah di Indonesia, salah satunya Jakarta, yang penataan ruangnya belum sesuai peraturan. "Misalnya, ketersedian ruang terbuka hijau (RTH). Peraturan menyebutkan, sebuah wilayah harus punya RTH sebesar 30 persen luas wilayahnya," jelasnya.
Dia memaparkan, banyaknya penyinpampangan soal tata ruang kota dapat ditekan dengan pengadaan insentif kepada orang atau pengembang yang sejalan dengan rencana tata ruang. Insentif dapat diberikan dalam bentuk keringanan pajak, pemberian kompensasi, kemudahan prosedur peizinan, atau pemberian penghargaan. Sebaliknya, penting untuk menerapkan disinsentif untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, dan mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.(deytri aritonang)


Ada 65 Kelurahan di Jakarta Rawan Kebakaran

Ada 65 Kelurahan di Jakarta Rawan Kebakaran  

Selasa, 28 Juli 2009 | 13:21 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebanyak 65 kelurahan di Jakarta dinilai rawan bencana kebakaran massal, dengan berbagai faktor. Tercatat telah terjadi 407 kasus kebakaran yang menelan puluhan korban jiwa sejak Januari hingga Juli tahun ini.

bakar Menurut Kepala Dinas Kebakaran DKI Jakarta, Paimin Napitupulu, kelurahan-kelurahan rawan tersebut paling banyak berada di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Ia mencontohkan, di Jakarta Barat dua kelurahan rawan yakni Tambora dan Jembatan Besi, sedangkan di
Jakarta Selatan yakni Manggarai dan Petogogan.

"Kelurahan itu rawan karena terdiri dari pemukiman padat penduduk dengan bangunan dari material yang mudah terbakar," kata Paimin, Selasa (28/07).

Faktor penyebab kebakaran, menurut Paimin, hampir semuanya berawal dari kelalaian manusia. Ia mencontohkan, dua sumber utama kobaran api yakni bahan bakar (kompor, gas, lampu minyak) serta hubungan arus listrik dipastikan muncul gara-gara kelalaian. "Misalnya, karena lalai mengecek tabung gas yang bocor atau kerusakan dan kesalahan instalasi listrik," ujarnya.

Selain itu, kewaspadaan warga dinilai kurang. Paimin mencontohkan dalam kasus kebakaran di Manggarai Jakarta Selatan Selasa dinihari tadi, warga terlambat menginformasikan bencana itu pada petugas. "Akibatnya fatal. Api terlanjur menghanguskan rumah beserta penghuninya," kata dia.

Untuk mengurangi bencana kebakaran, yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, Paimin menegaskan perlunya kewaspadaan warga, mulai tingkat rumah tangga hingga lingkungan. Selain itu, Dinas Kebakaran akan melakukan pengecekan rutin pengamanan sumber-sumber api, seperti listrik dan bahan bakar di beberapa lokasi rawan bekerja sama dengan Pertamina dan Perusahaan Listrik Negara (PLN). "Akan diupayakan pengecekan dari tingkat rumah tangga hingga pengamanan gedung bertingkat, bekerja sama dengan instasi terkait," ujarnya.

Dari 407 kasus kebakaran yang terjadi sejak Januari hingga Juli tahun ini, 100 kasus terjadi di Jakarta Barat dan 101 kasus di Jakarta Selatan. Musibah itu telah menelan 27 korban jiwa dan kerugian materil sebesar Rp. 130,7 milyar. Kerugian materil yang timbul di antaranya 1.942 unit rumah yang hangus terbakar.

 

FERY FIRMANSYAH


Puluhan Gubuk Liar di Penjaringan Terbakar

Puluhan Gubuk Liar di Penjaringan Terbakar

Selasa, 28 Juli 2009 | 16:42 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kebakaran kembali terjadi di Jakarta. Kali ini kebakaran menghanguskan puluhan gubuk liar di pinggir Kali Muara Karang, Jalan Raya Pluit Selatan, Penjaringan, Jakarta Utara. Lokasi kebakaran berada diseberang kuil Shiva Mandhir.

Menurut saksi mata bernama Rohman, 32 tahun, kebakaran terjadi sekitar pukul 13.00 WIB. "Saya tadi lagi makan didepan, dari arah belakang api langsung membesar," katanya. Api dengan cepat melahap permukiman liar tersebut karena gubuk sebagian besar terbuat dari kayu, triplek, dan kardus sehingga mudah terbakar. Api juga gampang membesar karena banyak barang bekas seperti kardus dan botol minuman bekas yang dikumpulkan di situ. "Angin juga cukup kencang," katanya. Permukiman ini ditinggali oleh sekitar 100 Kepala Keluarga yang hampir semuanya adalah pemulung dan pengepul barang bekas.

Warga pun bahu-membahu memadamkan api dengan menggunakan air yang berasal dari kali yang tepat berada disamping permukiman. Sekitar setengah jam kemudian, mobil pemadam kebakaran tiba dilokasi. Namun, api sudah melahap habis isi permukiman itu. Menurut Taufik, petugas pemadam kebakaran Jakut, pihaknya mengirim 14 mobil pemadam kebakaran. Tak ada korban jiwa dalam kebakaran ini.

Warga masih sempat menyelamatkan sebagian barang berharga mereka, seperti televisi, kulkas, dan sejumlah pakaian. "Sisanya habis karena api cepat sekali," kata Rohman. Sekarang, warga masih mencari sisa barang berharga yang barangkali masih dapat dipakai. Penyebab pasti kebakaran belum diketahui. "Tapi ada yang bilang gara-gara rokok," kata Rohman.

SOFIAN



Meski Menuai Protes, 450 Gubuk Liar Tetap Dibongkar

Meski Menuai Protes, 450 Gubuk Liar Tetap Dibongkar

Rabu, 29 Juli 2009 | 11:13 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebanyak 450 gubuk liar di kawasan tempat pemakaman umum (TPU) Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat dibongkar paksa oleh satuan polisi pamong praja, Rabu (29/7) siang ini. Sebagian pemilik gubuk sempat melawan tetapi pembongkaran tetap berjalan. "Mereka harus ditertibkan, ini aset pemerintah" kata Asisten Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Barat, Tri Kurniadi, di lokasi penggusuran. Sebelumnya, kata dia, pemerintah sudah memberikan peringatan tertulis kepada warga hingga 4 kali.

Pada tahun 2003 lalu, puluhan gubuk di wilayah ini pernah ditertibkan. Namun, para pemulung sampah yang menjadi penghuni sebagian besar gubuk liar itu, kembali menempati kawasan ini. Tercatat ada 1100 kepala keluarga. Mereka menguasai tanah seluas 15 hektar dari 52 hektar lahan milik pemerintah.

Penertiban ini, kata Kurniadi, bertujuan mengembalikan fungsi lahan yaitu sebagai tempat pemakaman umum. Pengawasan area ini dibawah wewenang Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman, "Itu tugas mereka," ujar Tri Kurniadi.

Mengenai ribuan kepala keluarga yang tergusur, pemerintah tidak menyiapkan lahan khusus sebagai tempat alokasi bagi mereka. "Terserah mereka akan kemana, mungkin akan pulang kampung," kata Lurah Tegal Alur, Unadi, di lokasi.

Pantauan Tempo, ratusan personil satuan polisi pamong praja, aparat Tentara Nasional Indonesia, dan polisi diterjunkan dalam penertiban ini. Mereka menggunakan dua alat berat untuk membongkar ratusan gubuk. Sekitar satu jam kemudian, semua gubuk sudah rubuh.

RINA WIDIASTUTI


Sekitar 500 Makam Tergusur Proyek Kanal Timur

Sekitar 500 Makam Tergusur Proyek Kanal Timur

Rabu, 29 Juli 2009 | 18:09 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kanal Banjir Timur tidak hanya menggusur pemukiman warga. Sebanyak 587 jenazah di Taman Pemakaman Umum Malaka, Pondok Kelapa, Jakarta Timur pun tidak luput dari gusuran.

"Letaknya sekitar 100 meter dari galian BKT (Kanal Timur)," kata Kepala Suku Dinas Made Sudiartha kepada Tempo dan Warta Kota, Rabu (29/7) sore. Menurutnya, sejak kemarin sudah 40 jenazah yang dipindahkan atas inisiatif ahli waris.

Pemerintah menyediakan lahan relokasi di tempat pemakaman umum Kalisari, Pasar Rebo, sekitar 15 kilometer dari Pondok Kelapa. "Disediakan mobil jenazah, kain kafan, dan sebagainya," kata Made. "Pihak keluarga tidak dikenakan biaya."

Namun anggaran Rp 560 ribu per kerangka itu belum tersedia. "Akan kami turunkan secepatnya, sedang koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum," ujarnya.

Saat ini Suku Dinas Pemakaman sedang mensosialisasikan pemindahan itu ke pihak keluarga. "Kami harap mereka mau terima, karena ini demi kebaikan seluruh warga Jakarta," kata Made. Pemindahan 587 jenazah itu ditargetkan rampung sebelum akhir tahun.

IMF Umumkan Pinjaman Secara Besar-Besaran

30/07/2009 10:57 wib - Ekonomi Aktual
Atasi Krisis Ekonomi Dunia
IMF Umumkan Pinjaman Secara Besar-Besaran

London, CyberNews. Dana Moneter Internasional mengumumkan lembaga keuangan tersebut secara besar-besaran menambah dana bagi negara-negara miskin untuk membantu mengatasi krisis ekonomi dunia.

Melalui penjualan sebagian cadangan emasnya, IMF merencanakan menambah dana pinjaman kepada negara-negara berkembang menjadi sebesar US$ 8 miliar selama dua tahun mendatang, atau US$ 2 miliar lebih dibandingkan jumlah yang diminta oleh negara-negara G20 dalam pertemuan di London, April 2009.

Menjelang tahun 2014, penambahan pinjaman ini bisa mencapai US$ 17 miliar. "Ini merupakan peningkatan dukungan IMF yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi negara-negara termiskin di sub-Sahara Afrika dan di seluruh dunia," kata Direktur IMF, Dominique Strauss-Kahn.

IMF juga berencana menghentikan pembayaran bunga sebagian pinjaman sampai akhir tahun 2011. IMF menyebut langkah ini sebagai penambahan dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada negara-negara termiskin di kawasan sub-Sahara Afrika dan kawasan-kawasan lain.

Namun pemberian pinjaman kepada negara-negara dengan penghasilan rendah hanya merupakan bagian kecil dari anggaran keseluruhan Dana Moneter Internasional.

Perubahan kebijakan
Dalam pertemuan puncak G20, pinjaman itu seharusnya ditambah menjadi US$ 750 miliar.

Wartawan BBC, Mark Gregory melaporkan, tugas yang biasanya dilakukan IMF adalah menyelamatkan negara-negara dengan perekonomian menengah seperti Brazil dan Turki, dengan persoalan yang dipandang mengancam kestabilan sistem keuangan global secara keseluruhan.

Program penambahan dana pinjaman kepada negara-negara miskin merupakan perubahan kebijakan penting bagi IMF meski jumlah dananya memang masih kecil dibandingkan sebagian pinjaman lain IMF.

(BBC /CN13)

print Versi Cetak    print Be

Kebakaran di Pluit Selatan dan Tambora

Selasa, 28/07/2009 13:35 WIB
Kebakaran di Pluit Selatan dan Tambora
Nala Edwin - detikNews

Ilustrasi
Jakarta - Si jago merah tak henti menyambangi Ibukota. Siang ini terjadi kebakaran di perumahan penduduk yang terletak di Jl Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara. 14 Mobil pemadam telah dikerahkan utuk memadamkan kobaran api.

"Perumahannya seperti lapak-lapak dan terletak di dekat Vihara," kata Taufik, petugas pemadam Jakarta Utara, Selasa (28/7/2009) pukul 13.15 WIB.

Sampai saat ini belum diketahui penyebab kebakaran tersebut. "Petugasnya masih di sana, kita belum tahu penyebabnya," katanya.

Selain di Jakarta Utara, kebakaran juga terjadi di daerah Pekojan, Tambora, Jakarta Barat. "Kita sudah kirimkan 20 mobil pemadam kebakaran ke sana," kata salah seorang petugas.
   
Akibat insiden ini, lalu lintas di dua kawasan itu macet.

(nal/nrl)

Kasus Tertinggi Akibat Korsleting

Kasus Tertinggi Akibat Korsleting  

Tim Liputan 6 SCTV
28/07/2009 16:25
Liputan6.com, Jakarta: Setidaknya 27 jiwa melayang dan lebih dari 7.300 orang kehilangan tempat tinggal akibat kebakaran yang terjadi pada 2009. Hingga pertengahan Juni tahun ini, tercatat sudah lebih dari 400 kasus kebakaran dengan kerugian materi mencapai Rp 126 miliar.

Kasus tertinggi dipicu hubungan arus pendek listrik. Berikutnya adalah kompor atau gas, rokok, lampu, dan sebab-sebab lain. Misalnya saja kebakaran yang diduga dipicu tabung gas. Dua pekan lalu tujuh nyawa pegawai restoran soto Lamongan di Kedoya, Jakarta Barat, melayang. Pekerja yang tidur di lantai dua terjebak api. Permukiman padat juga rawan kebakaran. Sekali api berkobar, bisa melalap habis sekitarnya. Sebagian besar kebakaran terjadi siang hari saat rumah ditinggal penghuninya.

Tidak mungkin untuk selalu bergantung pada petugas pemadam kebakaran. Tindakan waspada terhadap berbagai peralatan listrik atau segala barang yang dapat memicu api menjadi tanggung jawab bersama. Data selengkapnya bisa disaksikan dalam video berita ini.[baca: Korban Kebakaran di Kedoya Dimakamkan].(YNI/VIN)

Kebakaran Pluit, Ratusan Warga Kehilangan Rumah Tinggal Ari Saputra - detikNews

Selasa, 28/07/2009 16:36 WIB
Kebakaran Pluit, Ratusan Warga Kehilangan Rumah Tinggal
Ari Saputra - detikNews


Jakarta - Kebakaran yang melahap 200 rumah di Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, mengakibatkan sedikitnya 450 jiwa kehilangan tempat tinggal. Saat ini mereka membuat tenda sementara di tepi lahan kebakaran yakni di pinggir pabrik.

"Api dari tengah pemukiman. Gara-gara kompor gas 3 kiloan meledak," kata salah satu korban Sumi (30) di bekas lokasi kebakaran,  Jl Pluit Panjang Timur, RT 22/8 Penjaringan Jakarta Utara, Selasa (28/7/2009).

Banyaknya rumah yang tersapu api lantaran rumah tersebut hanya terbuat dari kayu, tripleks atau kardus. Angin kencang turut memperbesar si jago merah sementara 15 mobil DPK sulit menjangkau karena jalan sempit.  Dibutuhkan sedikitnya 2 jam untuk memadamkan api.

"Kita tinggal di sini dulu sambil membangun rumah lagi," timpal Gintumi, korban kebakaran asal Pati, Jawa Tengah.

(Ari/nrl)

Kebakaran, Ratusan Warga Kehilangan Rumah

Kebakaran, Ratusan Warga Kehilangan Rumah  

Donvito Samartha

Kebakaran rumah di Jalan Raya Pluit, Jakarta.

28/07/2009 18:40

Liputan6.com, Jakarta: Kebakaran menghanguskan ratusan rumah permukiman padat penduduk di Jalan Raya Pluit, Jakarta Utara, Selasa (28/7). Tidak ada korban jiwa dalam tragedi itu, namun sekitar 300 warga harus kehilangan tempat tinggal.

Tiupan angin yang sangat kencang saat kejadian, membuat api dengan cepat membesar dari menjalar dari satu rumah ke rumah semi permanen lainnya dalam hitungan menit. Kondisi itu diperparah oleh sulitnya warga dan tim pemadam kebakaran mendapatkan sumber air.

Tragedi nahas ini diduga terjadi akibat hubungan arus pendek listrik yang berasal dari salah satu rumah warga yang ditinggal penghuninya. Rumah yang juga dijadikan gudang plastik dan bahan kertas tersebut juga menyulitkan petugas melakukan pemadam. Tiga jam kemudian, api baru dapat dipadamkan oleh 24 unit tim pemadam kebakaran. Saat ini, polisi sedang menyelidiki kasus kebakaran ini. Simak berita lengkapnya di video.(ASW/AND)


Rumah Terbakar, Empat Orang Tewas

Rabu, 29 Juli 2009 , 07:32:00

JAKARTA – Empat orang tewas seketika dalam musibah kebakaran sebuah rumah bertingkat di Jakarta dini hari kemarin (28/7). Salah seorang korban tewas adalah Melina Rachmawati Aditia, 24, model iklan salah satu merek mi instan dan permen. Tiga korban tewas lainnya adalah kerabat jauh keluarga Melina yang berasal dari Palembang.Musibah kebakaran itu terjadi di Jalan Sawo III, RT 2/9 No 1 Manggarai Selatan, Tebet, Jakarta Selatan, pukul 01.30 kemarin. Berdasar informasi yang dihimpun Indo Pos (Jawa Pos Group), api diduga berasal dari korsleting listrik di lantai dua. Namun, informasi lain menyebutkan, api diduga berasal dari kompor.
Tiga korban tewas bernama Edi Wijaya, 56; Salma, 50; dan Febriana Triani alias Ririn, 24. Dua balita berhasil diselamatkan dari musibah tersebut. Yakni, Zalika yang berusia 9 bulan dan Pasha yang berusia setahun.
Sebelum musibah tersebut, pasangan suami-istri (pasutri) Aditia Warman, 61, dan Eli Hasyim, 58, tidur di salah satu kamar lantai satu. Di lantai yang sama, tidur beberapa orang yang lain. Yakni, Lidya, Iman, Ricky Irawan, Zalika, Pasha, dan pembantu rumah tangga bernama Masnah, 20. Sementara itu, Ririn, Edy Wijaya, Salma, dan Melina tidur di kamar lantai dua. Menurut kakak kandung Melina, Ricky Irawan, di lantai dua ada tiga kamar. Satu kamar ditempati Melina dan Ririn, satu kamar lagi ditempati Edy dan Salma. Satu kamar lainnya digunakan Masnah.
Sebelum api membesar di lantai dua, Masnah sempat menggedor pintu kamar Melina dan Edy. Tapi, pintu kamar terkunci dari dalam. ''Adik saya itu biasanya tidak pernah mengunci pintu karena dia penakut,'' ujar Ricky sedih.
Karena api kian besar dan ruang di lantai dua penuh asap, Masnah pun menyelamatkan diri. Karena terkepung api dan sulit menemukan jalan ke luar, empat orang itu diduga menyelamatkan diri dengan masuk ke kamar mandi di lantai dua. Tapi, mereka justru terperangkap kobaran api dan tak bisa bernapas karena asap tebal di kamar mandi. ''Saat ditemukan, Melina tewas memeluk Ririn. Sedangkan Edy dan Salma meninggal dalam posisi jongkok,'' tutur Ricky.
Aditia Warman dan istrinya, Eli Hasyim, serta Lidya berhasil menyelamatkan diri bersama Zalika dan Pasha. Tetangga dekat korban, Wendy, membantu dengan mendobrak pintu rumah bertembok putih itu. Warga setempat juga keluar rumah untuk membantu menyelamatkan balita Zalika dan Pasha.
Tak lama kemudian, petugas Polsek Tebet dan 15 mobil Dinas Pemadam Kebakaran (DPK) Jakarta Selatan tiba di lokasi. Api bisa dijinakkan setelah berkobar selama 3,5 jam.
Menurut Kapolsek Tebet Kompol Yopie Sepang, api diduga berasal dari kompor. Tapi, pihaknya masih mendalami dan menyelidiki insiden tersebut. ''Kami mengimbau kepada warga, jika terjadi kebakaran, jangan masuk kamar mandi. Usahakan keluar rumah,'' ujarnya di lokasi.
Ayah Melina, Aditia Warman, mengaku tidak punya firasat sebelum musibah terjadi. Sebelum kejadian, dia sempat berkumpul dan makan malam bersama putrinya serta keluarga besarnya di Plaza Semanggi.
Tapi, dia merasakan ada yang berbeda dalam perjalanan saat itu. Dia berada semobil dengan Melina. Ketika itu, Melina penuh canda dan tawa. Padahal, sehari-hari, dirinya jarang semobil dengan Melina. ''Saya sedih karena malam itu begitu dekat dengan anak saya,'' katanya.Tiga korban lain (Ririn, Edy, dan Salma) sudah 10 hari tinggal di Jakarta. Sebelumnya, mereka juga singgah ke rumah kerabat di Tegal, Pekalongan, dan Bandung untuk bersilaturahmi. Edy juga menginformasikan bahwa kakak Ririn, Wiwin, akan menikah di Palembang pada Desember nanti. Bahkan, Edy, Ririn, dan Salma sempat membeli perlengkapan acara seserahan pernikahan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Rencananya, kemarin siang (28/7) mereka pulang ke Palembang. Tapi, musibah merenggut tiga nyawa satu keluarga tersebut. Jenazah Edy, Salma, dan Ririn dibawa pulang ke Palembang untuk dimakamkan.Jenazah Melina dimakamkan di TPU Jeruk Purut sekitar pukul 14.00. Prosesi pemakaman kemarin dihadiri kerabat serta teman Melina dari alumni Universitas Trisakti. Ibunda Melina, Eli Hasyim, tak kuasa menahan tangis saat jenazah dimasukkan ke liang lahad. (ibl/jpnn/dwi)

 


Foke Imbau Warga Tak Gunakan Listrik Berlebihan

Rabu, 29/07/2009 18:52 WIB
Foke Imbau Warga Tak Gunakan Listrik Berlebihan
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews
Jakarta - Kebakaran semakin marak terjadi di beberapa wilayah di ibukota Jakarta beberapa bulan terakhir. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo pun mengimbau masyarakat untuk lebih memperhatikan penggunaan listrik.

"Kalau kita pelajari lebih lanjut ini kan diperkirakan asal muasalnya karena arus pendek. Jadi seharusnya masyarakat semakin memahami bahwa arus pendek akibat kelalaian manusia itu bisa terjadi dimana saja, di rumah kita sendiri juga bisa," ujar Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo kepada wartawan di Gedung Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (29/7/2009).

Foke, yang merupakan panggilan akrab Fauzi Bowo, meminta masyarakat untuk tidak menggunakan peralatan listrik secara berlebihan. Penggunaan yang tidak cocok dengan kapasitas dan yang melebihi daya listrik, lanjut dia, pasti berakibat pada terjadinya hubungan arus pendek atau korsleting.

"Satu stop kontak digunakan untuk banyak peralatan, hal seperti ini banyak terjadi di masyarakat, dimana-mana. Kalo ada overheating kan langsung terbakar,"ucap dia.

Dikatakan dia, penggunaan listrik memiliki standarisasi, yaitu standar industri untuk peralatan listrik. Masyarakat, lanjut dia, memerlukan standarisasi untuk keamanan mereka sendiri karena kalau sudah terjadi seperti ini kemungkinan berakibat fatal justru semakin mudah.

Menurut dia, semua kasus kebakaran yang terjadi di ibukota dari laporan polisi hampir semua disebabkan karena arus pendek. "Menurut saya semua karena penggunaan peralatan listrik yang tidak sesuai standar industri," kata dia.

Selain itu, Foke juga menyampaikan rasa prihatinnya dan turut berbelasungkawa atas kebakaran yang terjadi baru-baru ini di Kawasan Tebet, Jakarta Selatan dan menelan korban empat orang tewas.

"Saya prihatin atas terjadinya kebakaran kemarin. Saya menyampaikan dukacita kepada keluarga yang menjadi korban," tutur dia.

(nvc/rdf)

Cegah Kebakaran, Pemprov DKI Minta PLN Tak Pasang Listrik di Bangunan Liar




Rabu, 29/07/2009 14:43 WIB
Cegah Kebakaran, Pemprov DKI Minta PLN Tak Pasang Listrik di Bangunan Liar
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

Jakarta - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta meminta agar bangunan-bangunan yang melanggar aturan tidak dipasangi listrik. Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto mengatakan pihak pemprov telah mengirim surat kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) terkait hal tersebut.

"Kami sudah mengirim surat kepada PLN untuk meminta agar rumah-rumah yang tidak benar, jangan dipasangi listrik," ujar Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto kepada wartawan di Gedung Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (29/7/2009).

Dikatakan dia, pihak pemprov dan PLN belum menemukan kata sepakat dikarenakan adanya perspektif yang berbeda di antara keduanya. Pemprov, lanjut dia, memandang lebih penting ketertiban dan keamanan, sedangkan pihak PLN lebih ke profit oriented.

"Siapa yang beli listrik akan dipasang. Bagaimana mungkin rumah-rumah di atas waduk dipasangi listrik," tuturnya.

Namun, Prijanto mengakui adanya bangunan yang tidak sesuai aturan juga merupakan kesalahan Pemprov DKI Jakarta dalam melakukan pengawasan. "Oke, pemprov bersalah karena tidak mengawasi, PLN salah karena memasang listrik. Maka itu aturan kita tegakkan, untuk bangunan yang melanggar sekarang sudah banyak yang ditertibkan oleh dinas," jelas dia.

"Tapi, kalau bangunan yang melanggar tidak dipasangi listrik, dia tidak akan membangun rumah di tempat melanggar," imbuh dia.

Sementara itu untuk mengantisipasi kebakaran, Prijanto menjelaskan dinas pemadam kebakaran terkait selalu melakukan modernisasi peralatan pemadam kebakaran.

"Misalnya dengan pengadaan mobil pemadam dengan ukuran berbeda dan pengadaan hidran," ucapnya.

(nvc/nrl)

Tolak Patungan, Pengamen Dibunuh Teman Sendiri

News


Tolak Patungan, Pengamen Dibunuh Teman Sendiri

Senin, 27 Juli 2009 - 20:02 wib
text TEXT SIZE :  
Share

JAKARTA - Nahas betul nasib Noviansyah (22), pemuda yang sehari-hari mengamen di kawasan Pangkalan Jati, Jakarta Timur itu. Dia dianiaya hingga tewas oleh rekan-rekannya sendiri di Taman Pangkalan Jati, Duren Sawit, Jakarta Timur, Minggu (26/7/2009) pagi.

Penyebabnya diduga karena korban menolak patungan untuk membeli makanan. Menurut Kapolsek Duren Sawit Kompol Titik Setyowati  pembunuhan ini diawali oleh sakit hati pelaku terhadap korban. Terdapat luka hantaman batu bata di kepala bagian belakang, pelipis, termasuk luka sayatan, dan luka memar.

"Pelaku diduga lebih dari satu orang," ungkapnya. Identitas pelaku sendiri kini sudah diketahui, namun pihak kepolisian masih melakukan pendalaman lebih lanjut.

Menurut Kompol Titik Setyowati, kelompok mereka biasanya mengumpulkan uang hasil mengamen untuk membeli makan. Dari hasil pemeriksaan sementara, saat itu korban  diketahui menolak melakukannya. "Sebanyak tiga orang saksi telah jalani pemeriksaan," pungkasnya. (Isfari Hikmat/Koran SI/ful)


Capek Diburu Satpol PP, Puluhan Gepeng Demo Foke


Senin, 27/07/2009 11:54 WIB
Capek Diburu Satpol PP, Puluhan Gepeng Demo Foke
Ari Saputra - detikNews

Jakarta - Puluhan gelandangan dan pengemis (gepeng), PKL, dan pengamen mendemo kantor Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menuntut agar Pemprov DKI Jakarta tidak memburu dan menahan mereka di Panti Sosial Kedoya.

"Kami bukan kriminal. Jakarta untuk semua. Kami berhak makan di sini," kata seorang pendemo, Maryam (51), di Gedung Balaikota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (27/7/2009).

Massa menilai Satpol PP berlagak arogan dan tidak manusiawi. Satpol PP akan meningkatkan intensitasnya mengejar Gepeng yang kian marak menjelang bulan Ramadan. Tindakan tersebut yang ditolak para gepeng itu.

"Siapa pun dapat mencari rezeki di sini. Jangan main tangkap saja," kata Tarom, tukang sepir sepatu di stasiun Juanda yang sempat dibui 8 bulan di Lapas Cipinang ini.

Selama berdemo mereka menyanyikan lagu-lagu khas pengamen dan membawa poster bertuliskan antara lain "Kami Bukan Kriminil." Demo berlangsung tertib. Massa membubarkan diri setelah puas berorasi selama 45 menit.

(Ari/aan)

Razia Lokalisasi Liar di Mojokerto Diwarnai Ancaman Bunuh Diri

Senin, 27/07/2009 18:11 WIB
Razia Lokalisasi Liar di Mojokerto Diwarnai Ancaman Bunuh Diri
Tamam Mubarrok - detikSurabaya



Mojokerto - Razia lokalisasi liar di Kabupaten Mojokerto berhasil mengamankan 16 PSK. Selain itu seorang anggota polisi berinisial And (27) kepergok berduaan bersama seorang perempuan di kamar.

Anggota Polres Mojokerto itu berada di salah satu kamar lokalisasi liar di kawasan Kecamatan Pungging, Senin (27/7/2009). Saat keluar dari kamar bersama seorang perempuan, And menunjukkan kartu tanda anggota Polri ke petugas Satpol PP.

Oleh petugas Satpol PP dan pegawai Dinsos Kabupaten Mojokerto, polisi yang masih muda itu dilepaskan. Sedang perempuan yang bersama And di kamar lokalisasi, dibawa ke kantor Dinsos Kabupaten Mojokerto.

Sementara di lokalisasi liar Desa Suru, Kecamatan Dawar Blandong, petugas Dinsos menemukan seorang anggota Satpol PP Kota Mojokerto berinisial Bsk.

"Saya hanya minum kopi di sini," kilah Bsk yang mengenakan seragam dinasnya. Padahal jarak antara lokalisasi dengan kantor Satpol PP Kota Mojokerto sekitar 25 kilometer.

"Kami sudah laporkan kasus ini ke atasannya. Sebab saat jam kerja dan berseragam satpol, tapi berada di lokalisasi kabupaten," kata Kepala Dinsos Kabupaten Mojokerto, Yudha Setyo Hadi.

Saat merazia lokalisasi ilegal di kawasan kecamatan Dlanggu, seorang perempuan malah mengancam bunuh diri dengan memegang kabel listrik, jika ditangkap. "Saya bukan perempuan nakal," kata perempuan paruh baya sambil berlari ke tengah sawah.

Seorang petugas Satpol PP lalu mengejar dan menangkap perempuan itu. Saat berada di dekat warung, perempuan itu lari dan mendekat ke salah satu kabel listrik. "Jika saya dibawa, saya akan bunuh diri," kata perempuan yang berbaju merah itu.

Khawatir perempuan itu bunuh diri, petugas Dinsos dan Satpol PP batal menangkap perempuan itu. Dalam razia di sejumlah lokalisasi liar itu, sebanyak 16 PSK ditangkap dan diamankan.

(gik/gik)

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

Oknum Polisi Terjaring Razia Pelacuran

Oknum Polisi Terjaring Razia Pelacuran  

Bambang Ronggo

Oknum polisi yang terjaring dalam razia PSK di Mojokerto.
28/07/2009 21:31 | Razia
Liputan6.com, Mojokerto: Upaya wanita yang diduga pekerja seks komersial itu untuk melarikan diri sia-sia. Wanita tersebut ditangkap petugas gabungan Satpol PP dan Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Senin (27/7). Berulang kali PSK tersebut mencoba kabur tiap ada kesempatan. Bahkan tak segan-segan ia menceburkan diri ke sungai demi menghindari kejaran. Namun, lagi-lagi wanita tersebut berhasil ditangkap.

Razia yang digelar di sebuah rumah bordil di Kecamatan Dawar Blandong, Mojokerto, tidak hanya menjaring PSK. Seorang pria yang mengaku anggota polisi di lingkungan Polisi Resor Mojokerto, dipergoki tengah berduaan dengan seorang PSK di salah satu kamar.

Tak diketahui dalih pria tersebut, tapi oknum yang mengaku anggota polisi itu akhirnya dilepas dan hanya sang PSK yang dibawa ke kantor Dinas Sosial Mojokerto. Razia digelar siang hari untuk menjaring PSK yang nekat beroperasi. Dalam razia itu, belasan PSK ditangkap.(BJK/YUS)