28/07/2009
Bandung, CyberNews. Mantan pesepak bola Amerika Serikat (AS), Jim Keady mengampanyekan nasib buruh migran di Indonesia yang masih belum mendapatkan perlakuan proporsional dari perusahaan tempat mereka bekerja.
"Saya di sini (Indonesia) untuk mempelajari dan mendokumentasikan nasib dan kehidupan buruh serta opini masyarakat sekaligus memberikan acuan bagi perusahaan, mudah-mudahan ada kemajuan bagi buruh di sini," kata Jim Keady dalam diskusi di Auditorium Universitas Parahyangan Bandung, Selasa.
Ia menyebutkan, hasil pengamatannya selama ini nasib buruh yang bekerja di Indonesia, termasuk di salah satu perusahaan multi nasional, masih memprihatinkan.
Seorang buruh membutuhkan penghasilan sekitar Rp1.050.000 per bulan untuk kebutuhan rumah tangga dan biaya anak-anaknya sekolah.
"Namun kenyataan yang ada, sebagian besar memperoleh penghasilan di bawah itu," katanya.
Ia menyebutkan untuk kebutuhan sewa listrik, transportasi saja membutuhkan Rp 500 ribu. Makan dan kebutuhan rumah tangga Rp 500 ribu. Angka itu belum termasuk biaya sekolah anak-anaknya.
"Semua ini tidak terlepas dari sistem kapitalisme," kata pria yang memilih berbaur dengan buruh di Indonesia.
Keady pertama kali datang untuk melihat langsung nasib buruh di Indonesia pada 2000 silam, dan kini ia menjadi aktifis untuk mengkampanyekan nasib buruh, khususnya yang bekerja di perusahaan-perusahaan multinasional.
"Direktur perusahaan multinasional pasti mengatakan tentu saja kesejahteraan buruh di Indonesia terjamin dan berkelayakan, padahal tidak sepenunya begitu keadaannya," katanya.
Pria asal negeri Paman Sam itu juga mengkritisi sponsorship sebuah perusahaan multi nasional asal AS yang 'jor-joran' mengeluarkan angggaran untuk sponsorship.
Ia mencontohkan penghasilan pegolf Tiger Wood sebesar Rp 188 triliun per tahun atau sebesar Rp 6.044 per detik yang diperolehnya dari sponsorship.
"Seharusnya ada pemangkasan terhadap sponsorship para atlet untuk kesejahteraan buruh," katanya yang juga mengkritisi 'disparitas' upah yang masih terlalu jauh antara buruh dengan level di atasnya.
Jim Keady mengajak untuk mengampanyekan nasib buruh melalui situs www.teamsweat.org. Nama itu diambil dari eksploitasi keringat buruh.
"Saat buruh minta kenaikan upah, perusahaan mengelak dan menyuruh buruh meminta kenaikan upah ke pemerintah. Padahal seharusnya kepada perusahaan bukan ke pemerintah. Ingat perusahaan memproduksi untuk dirinya sendiri bukan untuk pemerintah," katanya menambahkan.
(Ant /CN13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar