02 November 2009

112 PSK "Lembah Durian" Antre Cek Darah

Sabtu, 31 Oktober 2009

MUARA TEWEH, KOMPAS.com — Sedikitnya 112 PSK penghuni lokalisasi "Lembah Durian" di Muara Teweh Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah menerima pengambilan sampel darah guna pendeteksian OHDA atau orang dengan HIV/AIDS.
     
"Kami mengambil sampel darah bukan untuk mengetahui siapa yang terdeteksi ODHA, tapi ingin tahu apakah ada yang tertular atau tidak," kata Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan pada Dinas Kesehatan Barito Utara Cornelis, Sabtu (31/10) di Muara Teweh.
     
Menurut Cornelis, pihak yang berhak untuk mengetahui dan melakukan penanggulangan terhadap penderita hanya dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) melalui Dinas Kesehatan Kalteng. Pengambilan sampel darah dengan cara acak ini, kata dia, dilakukan selama satu hari di kawasan prostitusi resmi satu-satunya di Muara Teweh yang terletak di Kilometer 3,5 Jalan Negara Muara Teweh-Puruk Cahu.
     
"Jadi, pemeriksaan ini hanya untuk mengetahui jumlah penderita, bukan untuk mencari siapa orangnya," kata dia.
     
Pada tahun 2008, hasil pemeriksaan dari 103 orang PSK di lokalisasi itu, hasil identifikasi menunjukkan empat wanita terinfeksi AIDS/HIV.
     
Belum diketahui, penderita AIDS ini berstatus orang lama atau baru karena pada tahun 2004, 2005, dan 2006 juga ditemukan PSK tertular HIV sebanyak enam orang.
     
"Kami kesulitan mengetahui orang yang tertular HIV karena wanita penghuni lokalisasi ini silih berganti, baik masuk maupun pindah ke tempat lain," katanya.
     
Dinas Kesehatan setempat juga menjadwalkan pada Senin (2/11) untuk melakukan kegiatan serupa terhadap ratusan narapidana Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Muara Teweh. Penghuni lapas, selain dari Kabupaten Barut, juga dari kabupaten pedalaman Sungai Barito lainnya, yakni Kabupaten Murung Raya, Barito Timur, dan Barito Selatan.  
     
Sementara itu, Ketua RT 31 Kelurahan Lanjas Abdul Sani mengatakan, pemeriksaan sampel darah ini hendaknya ditindaklanjuti instansi yang berwenang, kalau ada PSK yang terdeteksi AIDS. "Karena selama ini dari hasil pemeriksaan tahun-tahun sebelumnya hanya diketahui jumlah PSK yang positif AIDS, namun tidak diketahui orangnya," kata Sani yang tinggal di kawasan lokalisasi tersebut.      
     
Menurut dia, masalah mengenai kepastian identitas penderita ini membuat warga setempat dan pengunjung lokalisasi resah karena takut ketularan. Bahkan, biasanya setelah terekspos di media, pengunjung lokalisasi ini jauh menurun dan sepi sehingga berpengaruh terhadap penghasilan dan ekonomi warga.
     
Pihaknya sudah berupaya meminta penjelasan kepada Dinas Kesehatan setempat untuk mengklarifikasi identitas orang yang terinfeksi HIV guna tindakan lebih lanjut. Namun, hal itu tidak membuahkan hasil.
     
"Dengan alasan kode etik, mereka tidak memberikan informasi," ungkapnya.
     
Menurut dia, upaya mengetahui itu bukan untuk mencemarkan atau menyudutkan nama orang tersebut, melainkan demi menenangkan warga penghuni lokalisasi ini.
     
Pihaknya juga akan menjamin kerahasiaan PSK itu sehingga tidak menulari pengunjung atau penghuni lokalisasi satu-satunya dan terbesar di kabupaten pedalaman Sungai Barito ini.
     
"Kalau pihak terkait bisa menyebutkan orangnya, kami bersama dinas sosial akan memulangkan atau merehabilitasi yang bersangkutan dengan cara diam-diam tanpa diketahui orang lain," katanya.


ABI

Editor: Abi
Sumber : ANT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar