23 Januari 2009

Preman Malaysia Aniaya TKI



 

DISIKSA : Seorang TKI asal Bulukuba Sulsel yang disiksa majikan di Malaysia saat mendatangi sekretariat YNDN. Ia bersama anak dan istrinya berhasil kabur dari tempat majikan setelah disiksa. SHANDO SAFELA/PONTIANAK POST

PONTIANAK – Tak ada habisnya penderitaan yang dialami Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia. Usman (21) asal Bulu Kumba, Sulawesi Selatan dikeroyok dan dibacok puluhan preman di Serian Malaysia, Jumat (16/1). Akibatnya, Usman mengalami luka bacokan disekujur tubuh. Kepala dan dada kanannya harus dijahit. Saat kejadian Usman pingsan, dan baru sadar sehari setelahnya ketika berada di rumah sakit Serian.

Usman bersama istrinya Ati (21) adalah TKI yang bekerja di Sibu, Malaysia sebagai buruh perkebunan kelapa sawit. Mereka bekerja sejak lima bulan lalu. Sebagai panen kelapa sawit, Usman diupah 40 ringgit Malaysia per tandan. Sedangkan Ati bekerja sebagai pemungut biji sawit dengan upah 1 ringgit 30 sen per karung.
Pergi ke Bandar Serian, bersama anaknya Astri (4) bermaksud untuk jalan-jalan. Di kota tersebut, ketiganya menginap di salah satu penginapan sederhana. Tidak ada kejadian atau masalah apa-apa Usman dengan pelaku. Bahkan dirinya tidak mengenal puluhan preman yang menganiayanya.

Malam itu, dikatakan Usman, dirinya hendak keluar dari penginapan bersama anak dan istrinya. Baru keluar pagar, puluhan orang dengan senjata tajam, besi dan kayu berlari ke arahnya. Karena sudah sangat dekat, Usman bermaksud menyelamatkan diri. Dia lari, namun puluhan orang tersebut justru semakin bringas mengejarnya. "Sampai tujuh kali saya lari keliling lokasi itu, mereka terus mengejar. Padahal saya tidak tahu apa alasan mereka mengejar saya," ungkapnya.
Preman yang diperkirakannya berjumlah tidak kurang dari 30 orang itu, dua diantaranya terlihat membawa senjata tajam. Karena sudah tidak mampu lagi melarikan diri, Usman lantas dibacok dan dipukul dengan besi, kayu serta tangan kosong. "Pokoknya apa yang ada di sekitar lokasi menjadi senjata mereka memukul saya," ucapnya.

Istri dan anaknya hanya menyaksikan dari jauh dengan bersembunyi di balik tembok penginapan. Ati mengatakan, melihat suaminya dikejar orang, ia lantas menghindar untuk menyelamatkan anaknya. Namun, Ati melihat sendiri Usman dianiaya dengan kejam. "Saya hanya bisa teriak meminta mereka berhenti memukul suami saya," ujar Ati.  Setelah Usman tidak sadarkan diri, puluhan orang tersebut langsung menghilang dengan membawa seluruh uang dan identitas Usman. Tak lama berselang, Polisi Di Raja Malaysia (PDRM) tiba dilokasi dan membawa Usman ke rumah sakit. "Polisi datang premannya sudah tidak ada. Semua uang, paspor dan KTP dibawa mereka," tambah Ati.

Dengan dibiayai PDRM, ketiganya diberangkatkan menuju Indonesia lewat Entikong. Di Entikong mereka sempat satu hari bermalam di rumah salah seorang kenalan. Kemudian ke Pontianak dan ditampung Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN). Ketua YNDN Devi Tiomana, mengutarakan, sulit untuk melaporkan kejadian yang menimpa Usman ke polisi untuk proses hukum. Karena tidak ada satupun identitas yang ada, termasuk paspor. Untuk itu, YNDN kata Devi, sudah berkoordinasi dengan NGO yang ada di Makasar.  Usman akan dipulangkan ke Sulawesi, malam ini (tadi malam-red) menggunakan kapal dan transit di Jakarta. "Saya sudah telepon jaringan di Makasar. Mereka akan membantu pemulangan Usman dan keluarga hingga ke Bulu Kumba. Bahkan Usman langsung bicara dengan NGO tersebut melalui telepon," papar Devi. (hen)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar