Azazi menyebutkan, dampak inflasi global yang berkepanjangan mengakibatkan tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan di dunia ketiga seperti Indonesia. Dosen Magister Manajemen Untan ini mengungkapkan, Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) di Manila minggu lalu mengekspos penurunan produktivitas pertanian dan meningkatnya permintaan membuat persediaan bahan makanan dunia berada dalam persimpangan.
"Sekarang tingkat pertumbuhan panen padi tahunan turun menjadi kurang dari 1 persen beberapa tahun belakangan. Dibandingkan periode 1969-1990 mencapai angka 2,3 persen," ungkap Azazi.Lebih lanjut, ia mengatakan berdasarkan proyeksi penghasilan dan pertumbuhan populasi, produktivitas tahunan sebesar kira-kira 1,5 persen diperlukan setidaknya sampai tahun 2020. Menurutnya, peringatan IRRI dikuatkan laporan UN FAO (United Nations Food and Agricultural Organization). "Harga pangan dunia tinggi berdampak jumlah orang kelaparan dari 75 juta orang menjadi 925 juta jiwa. Nilai level kemiskinan telah didefenisikan kembali ADB, sebelumnya berada pada US$1/hari menjadi US$1,35/hari," paparnya.
Azazi menjelaskan bila angka kemiskinan diukur di Indonesia pendapatan per hari sebesar Rp5.000, saat ini penduduk miskin mencapai 37,2 juta jiwa. Uang yang diperoleh itu digunakan membeli pangan dan sandang. "Bila mengikuti defenisi ADB, jumlah orang miskin di Indonesia lebih banyak. Besarnya jumlah penduduk kurang mampu berimplikasi pertumbuhan ekonomi berjalan lamban," tuturnya. (riq)
Link: http://www.pontianakpost.com/?mib=berita.detail&id=6689
Tidak ada komentar:
Posting Komentar