30 Januari 2009

ATKI: Penyelundupan WNI ke Malaysia - "Sulit Dipercaya Bila Pelakunya Hanya Dua Orang!"

Sumber: ATKI Jakarta

Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia (ATKI) mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera membebaskan korban-korban penculikan yang masih disekap dan diperbudak di Malaysia.

Terbongkarnya kasus penyelundupan anak perempuan Indonesia ke Malaysia untuk diperbudak pada industri seks di Entikong Malaysia mengundang kemarahan banyak pihak. Kasus ini menunjukkan bahwa sindikat pelaku perdagangan manusia sudah tidak lagi memainkan taktik lama, dengan memberi iming-iming pekerjaan, namun telah berani melakukan penyerangan dan penculikan secara paksa terhadap korbannya. Meski pelakunya sudah tertangkap, namun pekerjaan pemerintah, khususnya pihak kepolisian masih belum selesai. Sangat tidak bisa dipercaya bila pelaku kejahatan yang biadab tersebut hanyalah dua orang.

Hal ini ditegaskan Retno Dewi, Koordinator Biro Informasi Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia di Jakarta melalui siaran pers (20/01). Menurut Retno, bila menyimak kisah penculikan yang dituturkan korban, sebenarnya secara tidak langsung menunjukkan adanya peranan dari pihak-pihak tertentu yang paling tidak telah turut membantu pelaku penyelundupan. Sindikat tersebut, besar kemungkinan, dibantu oleh suatu jaringan yang terorganisasi dan memiliki koneksi yang cukup luas. "Sangat sulit membayangkan ada suatu tindakan penculikan yang dilakukan di Lampung yang dalam waktu cepat bisa memindahkan korban ke Kalimantan Barat kemudian diselundupkan ke Malaysia yang semuanya dilakukan hanya oleh satu atau dua orang," jelas Retno.

Polisi jangan hanya berhenti dengan memberikan himbauan kepada masyarakat agar memberikan perhatian dan pengawasan yang cermat terhadap anak-anaknya, polisi dan seluruh jajaran pemerintah pada umumnya harus secara konkret memainkan peranan pokoknya untuk melindungi segenap rakyat Indonesia tanpa kecuali, tegas Retno. Pihak Kepolisian diminta melakukan tindakan segera dengan mengembangkan penyelidikan guna membongkar jaringan pelaku kejahatan berat tersebut sekaligus sesegera mungkin membebaskan korban-korban lain yang masih tersisa.

Retno menduga bahwa saat ini korban-korban penculikan dan perdagangan manusia yang belum berhasil dibebaskan kemungkinan berada dalam keadaan yang sangat menderita dan penuh tekanan. Pasalnya, terbongkarnya sindikat kejahatan akan membawa pengaruh pada sindikat lain untuk memperketat pengawasan dan pembatasan-pembatasan kepada para korbannya. Hal ini, tentu saja akan dilakukan para sindikat tersebut untuk mengantisipasi perkembangan penyelidikan kepolisian.

Selain Kepolisian, Retno menyatakan bahwa ATKI meminta Pemerintah SBY-JK untuk berani mendesak pemerintah Malaysia agar mau mengembangkan penyelidikan dan memeriksa seluruh aparatnya yang memiliki potensi terlibat dalam kasus tersebut. Sebagaimana dituturkan oleh salah seorang korban, pelaku diduga memiliki kedekatan dengan oknum-oknum aparat kepolisian Malaysia dan bahkan sebagian dari oknum tersebut justru turut menikmati hasil kejahatan yang biadab terrsebut. "Kasus ini menunjukkan adanya serangan yang sangat brutal terhadap generasi muda, khususnya anak perempuan Indonesia," tegas Retno.

"Kita semua marah dan tidak bisa menerima kenyataan bila ada saudara kita yang diperlakukan biadab seperti yang dialami korban penculikan, kita akan jauh lebih marah bila tidak ada langkah konkret yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk segera memberantas seluruh jaringan sindikat kejahatan hingga ke akar-akarnya," ujar Retno.***

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Release dalam Bahasa Inggris

ATKI Jakarta: "This is a very brutal attack against the Indonesian women and girls"

Indonesian girls were smuggled, trafficked, and enslaved in Malaysia. The Association of Indonesian Migrant Workers (ATKI) urged the government of Indonesia to immediately release victims of abduction that are still enslaved in Malaysia.

The cases of the girl's abduction that had been smuggled and trafficked from Indonesia to Malaysia had made many people angry. The under-age girls were reported had been abducted and smuggled to Malaysia to be enslaved in sex industry in Entikong. Even though the perpetrators were having been caught, but the work of government, especially the police still have not finished. It's very unbelievable if the perpetrator of this barbaric crime were only two peoples.

According to Retno Dewi, the Coordinator of Information Bureau of the Association of Indonesian Migrant Workers in Jakarta (ATKI Jakarta), this is an organized crime, done by syndicates that not only had a plenty resources to conducts their crime but also had a wide network that probably also connected with some government officials. As been reported one of the victim was abducted from Lampung Province (Southern Sumatra) then transferred to Pontianak (West Kalimantan) and smuggled to Malaysia through Entikong. "These all happened only in a few days, so we can imagine how big their network is?" Retno said.

Retno said that the police must not just stop by arresting the two perpetrators or only by calling to people to give extra attention and careful supervision of their children or girls. Police and government of Indonesia in general should take a concrete action by playing their constitutional role to protect the life of the people without exception.

The police are taking action immediately with the investigation in order to dismantle the network of the perpetrator as well as soon as possible to free victims of others who are still remaining. The President Yudhoyono must urge the Malaysian Government to make extra investigation of their official that potentially involved in the case.

Based on information from one of victims, sometimes, the perpetrators forced victims to give sexual services as swag to some Malaysian officials. The alleged perpetrators have proximity had relation to the government official of Malaysia. Even some of the Malaysian apparatus had take part on the crime.

Retno predicted that at this time, some of the abducted girls that had not been released are in very worst situation and suffer by intention of the pressure. It is the nature of the organized crime to intensify and to tighten their security and restriction to prevent and anticipate the development of the police investigation. Retno also warns that during this condition, those perpetrators are willing to pay in any cost to secure their business.

"We must understand that this case shows the existence of a very brutal attack against the Indonesian women, especially girls who was mostly under-18," Retno firm. "We are all angry and can not accept the fact if we have relatives who are uneducated as in the abduction victims, we will be far more angry if no concrete steps made by the Indonesian government to immediately wipe out the entire network to the crime syndicate radical," Retno said .***

Source of Information: The Jakarta Post: People smuggling syndicates do not hesitate to commit abduction, police warn





--
Retno Dewi
Koordinator ATKI Jakarta
Mampang Prapatan XIII RT 03/03 No. 03
Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
T/F: 021-7986468 Email: atki.indonesia@gmail.com
Web: http://atkijakarta.cmsindo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar