22 Januari 2009

Batam Butuh Pusat Krisis TKI

Kamis, 22 Januari 2009 12:25 WIB

BATAM--MI: Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno mengatakan, sebagai daerah transit pemulangan tenaga kerja Indonesia (TKI), Batam membutuhkan pusat penanggulangan krisis.

Hal tersebut, ujarnya, dibutuhkan untuk memulihkan TKI yang depresi sepulang dari Malaysia dan Singapura.

"Nanti kita bekerja sama dengan Departemen Sosial membangun penampungan penanggulangan sementara untuk crisis centre," katanya seusai mengunjungi Penampungan Dinas Sosial Kota Batam di Batam, Kamis (22/1).

Hampir setiap pemulangan TKI bermasalah oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Johor Bahru, terdapat WNI yang depresi akibat berbagai tekanan di negeri jiran.

Menteri menyatakan Crisis Centre dibutuhkan untuk menyembuhkan TKI yang mengalami stres. "Setelah pulih kembali, dipulangkan ke daerah masing-masing," katanya.

Selain itu, para TKI bermasalah yang dipulangkan melalui Batam juga dibina dalam penampungan. "Juga diadakan berbagai kegiatan untuk TKI," tambahnya.

Untuk menyembuhkan TKI yang depresi, ujar Menteri, Departemen Tenaga Kerja dan transmigrasi (Depnakertrans) juga akan memfasilitasi keluarga korban.

Ia menambahkan, meski banyak korban depresi di negeri jiran, namun pusat penanggulangan krisis TKI baru bisa dibangun di dalam negeri, terbentur dengan kebijakan negara lain.

Mengenai biaya pembangunan penampungan penanggulangan krisis, Menteri menyatakan akan didanai bersama antara Depnakertrans, Departemen Sosial dan pemerintah daerah.

Selain membangun pusat penanggulangan krisis, Depnakertrans juga berencana membangun Embarkasi dan Debarkasi TKI di Bandara Hang Nadim, Batam.

Sebelumnya, staf konsuler Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Johor Bahru Luky Angga menyatakan mayoritas TKI yang tiba di penampungan KJRI Johor Bahru dalam keadaan stres. "Yang stres luar biasa banyak, trauma dengan majikan," katanya.

Ia mengatakan TKI tidak siap menghadapi berbagai permasalahan di negeri seberang sehingga menjadi stres. Namun kadar stres masing-masing TKI berbeda. Ia menambahkan, stres tidak hanya disebabkan penyiksaan fisik, namun juga tersiksa mental akibat perlakuan dan perkataan kasar majikan. (Ant/OL-01)

Link: http://mediaindonesia.com/index.php?ar_id=NTczNDI=


Tidak ada komentar:

Posting Komentar