15/02/2009 13:19 - Sosok
Liputan6.com, Solo: Penertiban pedagang kaki lima hampir selalu dilakukan secara paksa. Saking seringnya terjadi, sampai-sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun angkat bicara. Inilah yang menggerakkan Wali Kota Solo, Joko Widodo, mencari solusi ideal.
Solo sempat dikenal memiliki masalah dengan peningkatan jumlah PKL yang semakin semrawut. Salah satunya adalah di kawasan Monumen '45 Banjarsari. Alih-alih menggusur mereka, Joko justru memilih melobi langsung para pedagang melalui makan bersama maupun diskusi. "Cara berbeda, jangan sampai dilakukan dengan penggusuran," kata Joko.
Meski bukan langkah yang mudah, usaha persuasif berhasil. Sekitar seribu pedagang mau dipindahkan dari Monumen '45 Banjarsari ke Pasar Klithikan Notoharjo. Proses itu dilakukan melalui kirab yang berlangsung meriah. Sebagai timbal balik, Jokowi, begitu panggilan Sang Wali Kota menyediakan kios gratis dan promosi.
Relokasi lainnya dilakukan kepada para PKL di Gladak Langen Bogan atau Galabo. Hasilnya, kota menjadi jauh lebih tertata. Langkah berikutnya adalah memindahkan atau merapikan sekitar 30 lebih lokasi PKL lain.
Sejauh ini semua langkah sesuai dengan visi Sang Wali Kota, menjadikan Solo sebagai kota budaya dimana warganya bangga dengan sejarah dan tradisi sejak lahir. Maka makin solidlah dukungan bagi Jokowi yang juga berlatar belakang pengusaha perabotan. Bahkan dari mereka yang semula menentangnya.(YNI/Wiwik Susilo)
Liputan6.com, Solo: Penertiban pedagang kaki lima hampir selalu dilakukan secara paksa. Saking seringnya terjadi, sampai-sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun angkat bicara. Inilah yang menggerakkan Wali Kota Solo, Joko Widodo, mencari solusi ideal.
Solo sempat dikenal memiliki masalah dengan peningkatan jumlah PKL yang semakin semrawut. Salah satunya adalah di kawasan Monumen '45 Banjarsari. Alih-alih menggusur mereka, Joko justru memilih melobi langsung para pedagang melalui makan bersama maupun diskusi. "Cara berbeda, jangan sampai dilakukan dengan penggusuran," kata Joko.
Meski bukan langkah yang mudah, usaha persuasif berhasil. Sekitar seribu pedagang mau dipindahkan dari Monumen '45 Banjarsari ke Pasar Klithikan Notoharjo. Proses itu dilakukan melalui kirab yang berlangsung meriah. Sebagai timbal balik, Jokowi, begitu panggilan Sang Wali Kota menyediakan kios gratis dan promosi.
Relokasi lainnya dilakukan kepada para PKL di Gladak Langen Bogan atau Galabo. Hasilnya, kota menjadi jauh lebih tertata. Langkah berikutnya adalah memindahkan atau merapikan sekitar 30 lebih lokasi PKL lain.
Sejauh ini semua langkah sesuai dengan visi Sang Wali Kota, menjadikan Solo sebagai kota budaya dimana warganya bangga dengan sejarah dan tradisi sejak lahir. Maka makin solidlah dukungan bagi Jokowi yang juga berlatar belakang pengusaha perabotan. Bahkan dari mereka yang semula menentangnya.(YNI/Wiwik Susilo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar