18 Februari 2009

Ratusan Lapak PKL di Grogol Ditertibkan

Ratusan Lapak PKL di Grogol Ditertibkan

SP/Yumeldasari Chaniago

Satuan Polisi Pamong Praja membongkar lapak-lapak pedagang liar di Jalan Dr Susilo, Grogol, Jakarta Barat, Jumat (13/2).

Puluhan pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Dr Susilo, Kelurahan Grogol, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat hanya bisa menatap sedih puing-puing bekas bangunan dan lapak mereka yang dihancurkan petugas gabungan dari Satuan Polisi Pamong Praja, Polisi, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI), pada Jumat (13/2).

Beberapa pedagang sibuk mencari barang-barang yang masih bisa diselamatkan. Sedikitnya 115 tempat usaha PKL di kawasan tersebut, dihancurkan paksa oleh lebih dari 100 petugas, sejak Kamis (12/2) hingga Jumat.

Para pedagang mengaku, tak menyangka akan kehilangan tempat usaha mereka dalam sekejap, karena tak pernah menerima pemberitahuan sebelumnya. Apalagi saat petugas datang pada Kamis sekitar pukul 23.00 WIB, para pedagang baru saja hendak menutup tempat usaha mereka dan beranjak untuk beristirahat.

"Kami tidak pernah diberitahu sebelumnya kalau tempat ini akan dibongkar. Seandainya kami tahu, tentu kami akan segera pindah dari tempat ini, sehingga tak perlu mengalami kerugian sebesar ini," kata salah seorang pengusaha warung nasi, Sumiati dengan air mata berlinang.

Para pedagang memang hanya bisa pasrah dan tidak melakukan perlawanan ketika petugas menghancurkan, dan menaikkan barang-barang dagangan mereka ke atas truk yang telah disediakan. Namun, kata-kata umpatan dan makian terdengar dari mulut sejumlah pedagang.

"Sekarang, saya nggak tahu harus ngapain lagi, karena semua peralatan dan lapak, serta bahan membuat stempel yang menjadi usaha saya selama ini sudah hancur dan dibawa petugas," kata seorang pembuat stempel dan pelat nomor kendaraan, bernama Hendra.

Menurut Camat Grogol Petamburan, Tajudin Widodo, pembongkaran dan penertiban ratusan tempat usaha PKL di kawasan ini terpaksa dilakukan, karena dibangun di atas saluran air. Akibatnya, saluran air jadi sulit dibersihkan, sehingga air tidak bisa mengalir dan menyebabkan banjir di kawasan Grogol.

"Kami sudah sering mengingatkan pedagang agar tidak menutup saluran air dengan mendirikan bangunan tapi tidak pernah diindahkan, jadi sekarang kita bongkar paksa," katanya.

Tajudin mengatakan, dalam mendirikan bangunan usaha, pedagang biasanya menutup saluran air dengan menggunakan kayu atau semen. Setelah itu, mereka membangun sebuah warung atau lapak di atasnya. [SP/Yumeldasari Chaniago]

http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=4847

Tidak ada komentar:

Posting Komentar