08 Februari 2009

10 Ribu TKI di Malaysia akan Dipulangkan


Jumat, 6 Pebruari 2009 | 10:04:16
Jakarta (BCZ) Krisis keuangan global mengakibatkan banyak perusahaan manufaktur di Malaysia gulung tikar. Pemerintah Malaysia memprediksi kondisi itu memaksa perusahaan mengurangi 30 persen pekerjanya.

Celakanya, lebih dari 300 ribu tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia bekerja di sektor manufaktur.

''Karena penurunan order produksi di sana kurang lebih 30 persen, prediksi Dubes RI di Malaysia, sekitar 100 ribu orang akan dipulangkan. Tapi, itu belum terjadi,'' ujar Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Soeparno di Jakarta, Kamis (5/2).

Saat ini, lanjut dia, yang melapor secara resmi akan dipulangkan baru sekitar 10 ribu orang. ''Jadi, (pemulangan) 100 ribu orang TKI itu tidak masal, tapi dilakukan secara bertahap sesuai jadwal masing-masing perusahaan,'' tambahnya.

Karena pemulangan TKI dilakukan sebagai dampak krisis global, pemerintah Indonesia tidak bisa mencegah. Pemerintah hanya akan memastikan seluruh hak TKI dipenuhi sebelum dipulangkan. ''Termasuk hak untuk mendapatkan bantuan transpor untuk pulang ke tanah air,'' urainya.

Depnakertrans dan Departemen Luar Negeri akan memonitor kepulangan itu serta menyiapkan program-program pelatihan untuk alih profesi bagi TKI yang bersedia bekerja di dalam negeri. Pemerintah juga akan menempatkan TKI yang dipulangkan dalam Program Penanggulangan Pengangguran dan PNPM Mandiri.

Sebelumnya, harian New Straits Times melansir sekitar 100 ribu TKI di Malaysia akan dipulangkan hingga akhir tahun ini. Langkah tersebut dilakukan menyusul lesunya perekonomian di negeri jiran itu.

''Tepat sebelum perayaan Tahun Baru China, hampir 10 ribu pekerja dari Johor telah dipulangkan ke Indonesia,'' ujar Dubes RI di Malaysia Da'i Bachtiar.

''Kami perkirakan ada lebih banyak pekerja yang diberhentikan segera,'' imbuh Bachtiar.

Hampir dua juta TKI kini bekerja di Malaysia dan sekitar 800 ribu di antara mereka adalah pendatang ilegal. Kebijakan itu diyakini hanya berdampak bagi pekerja produksi, bukan pembantu rumah tangga.

''Kecuali majikan mereka memutuskan untuk memulangkan ke Indonesia karena rumah tangga mereka juga terdampak krisis,'' sambung mantan Kapolri itu. (noe/oki/jpnn)


Link: http://kepritoday.com/content/view/17615/33/ 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar