11 Maret 2009

Jerat Mafia di Border Entikong

25/01/2009 14:01 - Sigi


Liputan6.com, Entikong: Ratusan gadis di bawah umur diperdagangkan di perbatasan antara Entikong, Kalimantan Barat dan Tebedu, Sarawak, Malaysia. Para korban ini kemudian dipekerjakan sebagai pekerja seks di Kuching, Malaysia, di bawah tekanan dan kendali mafia. Praktik perdagangan perempuan ini sudah berlangsung lama. Bahkan, nyaris tak ada upaya berarti untuk menghentikannya.


Border Entikong dinilai sebagai salah satu border paling rawan. Para calo tenaga kerja Indonesia itu tak perlu lagi bersembunyi saat menjalankan aksinya. Mulai dari merekrut gadis di bawah umur, memalsu paspor hingga menyeberangkannya ke Negeri Jiran, Malaysia. Dalam sehari, perputaran uang dari bisnis perdagangan manusia di border tersebut dipastikan mencapai miliaran rupiah.


Lebih dari 230 ribu TKI, kini mengadu nasib di Kuching, Malaysia. Sebagian di antara mereka merupakan korban mafia perdagangan perempuan yang dipekerjakan mulai dari menjadi pembantu rumah tangga hingga pekerja di tempat hiburan malam. Bahkan, menjadi pekerja seks komersial. Ditaksir, saat ini ada lebih dari 30 ribu perempuan Indonesia yang terjerat sindikat di kota tersebut.


Border Entikong, seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah. Mengingat di pintu perbatasan itu praktik perdagangan manusia berlangsung demikian nyata dan terbuka. Ratusan gadis di bawah umur, setiap hari diperjualbelikan layaknya budak dengan kedok pengiriman TKI. Mustahil, praktik tahunan ini tak diketahui aparat imigrasi setempat. Bagaimana lika-liku praktik perdagangan perempuan di sana? Dan bagaimana hasil penelusuran tim Sigi? Saksikan selengkapnya dalam tayangan video program Sigi 30 Menit edisi 25 Januari 2009.(ANS/Tim Sigi SCTV)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar