JAKARTA -- Laporan konstruksi analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) proyek Banjir Kanal Timur (BKT) mandeg. Padahal, megaporoyek yang menelan biaya trilunan rupiah tersebut sudah berlangsung sejak tahun 2004 lalu namun hingga saat ini Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta belum menerima laporan Amdalnya.
Menurut Kasubid Amdal BPLHD DKI Jakarta, Endah Wahyuningsih, semestinya laporan Amdal pengerjaan proyek tersebut dilaporkan Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta kepada pihaknya per tiga bulan sekali. '' Masalah ini mestinya menjadi tanggungjawab Dinas PU DKI,'' ujar Endah kepada Republika, Selasa (31/3).
Diakuinya, mestinya sudah sejak lama BPLHD mengeluarkan teguran kepada Dinas PU DKI Jakarta. Namun, dia sendiri tak mengetahui kenapa hal tersebut belum juga dilakukan. '' Saya sendiri di sini (BPLHD) masih baru,'' kilahnya.
Sementara itu, staf bagian Amdal BPLHD DKI Jakarta, Herry Pernama menambahkan, dalam laporan Amdal itu dijabarkan aspek hidrologis dan pengaruh dari pengerjaan proyek tersebut bagi masyarakat dan lingkungan. ''Sehingga jika ada masalah yang muncul bisa dibahas bersama,'' ujarnya.
Menurut catatan Republika, sedikitnya ada enam orang warga di sekitar proyek BKT yang tewas tenggelam. Korban tewas lantaran nekad menerobos areal pengerjaan proyek hanya sekadar untuk memancing atau pun berenang. Padahal tebing kanal cukup tinggi sekitar lima hingga 10 meter. Sementara lebar kanal mencapai puluhan meter sehingga bisa membahayakan keselamatan. - c87/man/ahi
http://www.republika.co.id/berita/41132/Lima_Tahun_Laporan_Amdal_BKT_Mandeg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar