Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) DKI Jakarta Hasan Basri, Jumat (6/3) kondisi itu terjadi sejak tahun 1992 hingga sekarang dan tidak ada perbaikan. Ia mengatakan bangunan pasar rusak rata-rata karena umurnya sudah tua. "Tetapi tak ada perhatian dari pengelola pasar, yang masih menerapkan manajemen tak berorientasi konsumen," kata Hasan.
Selain mengalami kerusakan, beberapa pasar lainnya tutup karena pengelola tak siap mengantisipasi perkembangan pola konsumsi masyarakat kota. "Pasar itu ditinggalkan karena tak menarik lagi," ujar Hasan.
Untuk itu, APPSI mendesak pemerintah melakukan perbaikan fisik maupun kebijakan yang pro pasar tradisional. Khusus dalam peremajaan, Hasan menegaskan upaya itu harus tetap berpihak pada pedagang kecil.
Hasan mencontohkan selama ini peremajaan pasar kerap menjadi masalah karena pengembang mengambil keuntungan terlalu tinggi. Ia merekomendasikan agar untuk pembangunan pasar lingkungan kentungan pengembang dibatasi agar tidak sampai 100 persen.
"Pemerintah harus bisa menekan agar para pengembang berorientasi pada kebutuhan pedagang kecil. Terutama untuk pasar lingkungan," tegasnya.
Berdasarkan data APPSI, sembilan pasar yang tutup antara lain pasar Kebon Melati Jakarta Pusat, pasar Tulodong Jakarta Selatan, pasar Sudimampir, Kampung. Melayu, INP Bidadari dan Prumpung di Jakarta Timur, pasar Kramat dan Dusun di Jakarta Utara serta pasar Petak Sembilan di Jakarta Barat. Sedangkan 93 pasar yang rusak, 28 diantaranya ada di Jakarta Pusat, 13 di Jakarta Selatan, 21 di Jakarta Timur, 15 di Jakarta Utara serta 16 di Jakarta Barat. (Faw/OL-0L)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar