02 Maret 2009

Pedagang Tolak Pasar Kabangan dan Jungke Dimerger

Republika Newsroom
Senin, 02 Maret 2009 pukul 19:25:00
 

SOLO -- Pedagang tidak menyetujui  gagasan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo  yang hendak menggabungkan dua pasar -- Kabangan dan Jungke -- dijadikan satu lokasi. Mereka yang tergabung dalam wadah Paguyuban Pedagang Pasar Kabangan (PPPK) menyatukan tekad untuk menolak rencana Walikota Joko Widodo (Jokowi) yang mengambil kebijakan merger Pasar Kabangan ke Pasar Jungke.


Kaum pedagang mnghendaki pemkot bersikap kompromi atas rencana tersebut. ''Pokoknya, kami menolak kebijakan penggabungan Pasar Kabangan ke Pasar Jungke. Megrger hanya membuat pedagang resah saja,'' tutur Ketua PPPK, Sunaryo Haryo Wiyono kepada wartawan, Senin (2/3).


Sikap penolakan juga terjadi ketika berlangsung di mushola pasar setempat, beberapa hari kemarin. Rapat npembicaraan internal dipimpin Ketua PPPK, Sunaryo Haryo Wiyono, Wakil Ketua PPPK,Ngadi Partorejo, dan sejumlah pengurus PPPK, Lurah  Sondakan, Kecamatan Laweyan, Dardji.


''Pokonya, pedagang harus menyatukan tekad untuk menolak kebijakan Pemkot Solo yang hendak lokasi pedagang dari Kabangan ke Jungke,'' ujar Sastro Prawiro (57), pedagang drum bekas mengawali pembicaraan. Sikap penolakan ini bukan tanpa alasan. Katanya, pedagang sudah merasa mapan dan nyamam berjualan barang alat-alat rumah tangga di sini., Bila nantinya pindah tempat, belum tentu laku. Atau seramai seperti di sini, bagaimanapun pembeli sudah familiar ke Pasar Kabangan.


Ngadi Partorejo mengungkap hal senada. Ia mempertanyakan, jika pedagang Pasar Kabangan pindah ke Pasar Jungke ditarik biaya pembelian kios atau tidak. Kalau masih dipungut beban pembelian, ini sama artinya menambah beban pedagang. Dan, belum tentu jualan di Pasar Jungke sana nanti laku. Karena, disamping banyak pembeli yang belum tahu, juga lokasinya susah dijangkau konsumen.


Berdasar pengalaman dimana-mana, setiap pembangunan pasar dilakukan, pasti pedagang lama yang menempati kios baru dipungut biaya lagi. Ini jel;as jadi beban berat tersendiri. ''Lha wong utang kita di sini saja belum lunas, kog masih dibebani utang lagi,'' ujar Ngadi Partorejo.


Heru Prasetyo (45), pedagang lain, minta pengurus PPPK untuk melakukan koordinasi dengan paguyuban pedagang Pasar Jungke. Ia yakin, pedagang Pasar Jungke juga bakal menolak bila lokasinya ditambahi pedagang dari Pedagang Pasar Kabangan. Oleh karena itu, sikap penolakan mesti dilakukan secara serentak, bersama-sama, biar mempunyai kekuatan. Jadi, penolakan dilakukan kedua belah pihak.


Lurah Sondakan, Dardji, berusaha menenangkan pikiran pedagang. Ia minta pedagang tidak terlalu resah dan gelisah menghadapi rencana tersebut. Kalau memang mempunyai rencana ini, kata dia, mesti melakukan pendekatan dengan pedagang. Paling tidak, ada sosialisasiterlebih dahulu. Jadi, bertita tersebut tidak p[erlu membuat resah pedagang.


Walikota Jokowi, selaku penggagas merger Pasar Kabangan ke Pasar Jungke minta pedagang tidak terlalu reaktif. Itu, kata dia, baru taraf melempar wacana saja. Jika toh dilaksanakan, waktu pelaksanaannya pun masih panjang. ''Sekali lagi, itu baru wacana. Wong dananya saja kita juga belum punya,'' katanya.


Masih menurut Jokowi, kalau memang nantinya pemkot serius mewujudkan rencana tersebut, pasti mengajak ngomong dengan pedagang. Intinya, rencana pedagang Pasar Kabangan mau dipindah ke Pasar Jungke. Bekas lokasi pasar akan dijadikan taman parkir, open space atau areal terbuka. ''Kalau memang pedagang Pasar Kabangan mau pindah, tapi lokasinya dipisah juga tidak apa. Yang jelas nanti ada rembugan''. eds/pur


Tidak ada komentar:

Posting Komentar