Kamis, 05 Februari 2009 pukul 14:16:00
Malam itu udara tampak bersahabat. Cahaya temaram beberapa lampu minyak menyelisik diantara gelapnya malam. Meski langit cerah, tidak ada cahaya bulan yang datang. Di tengah ruangan masjid, tampak beberapa wanita sibuk menata puluhan bungkusan nasi dengan aroma khas masakan daging kambing.
Bagi masyarakat Dusun Minte, Desa Dadi Bou, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima, Propinsi Nusa Tenggara Barat, malam itu merupakan malam yang spesial. Ada amanah pelaksanaan akikah atas nama ananda Syafiyah Putri Athaya, putri dari Bapak Alamsyah Tari di Jakarta. "Ini menunjukkan bahwa sesama muslim adalah saudara, seandainya ada banyak saudara kami mengirimkan akikah rutin, tidak hanya pas kurban, kondisi kami akan lebih baik. Masyarakat sini jarang sekali makan daging. Dan suatu kehormatan diberi kepercayaan untuk pelaksanaan ibadah akikah dari Jakarta" ungkap imam masjid, Ustadz Muhammad Landa saat memberikan sambutan.
Seusai memanjatkan doa, acara santap dimulai. "Gembira dan terharu melihat tujuh puluhan pasang mata menyantap hidangan akikah tersebut. Meski shahibul hajat nun jauh di kota metropilitan, kekhusyuan dan ketulusan mereka seperti menghadirkan secara nyata sang shahibul hajat" kenang Abdul Jabbar, manajer Marketing Kampoeng Ternak Dompet Dhuafa Republika yang ikut hadir dalam acara tersebut.
Lain dari Minte, arah timur menyusuri lautan Flores, tepatnya di Desa Wakat Ehak, Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata, titik busung lapar. Lebih dari tujuh bulan hujan tidak turun. Tanaman jagung sebagai bahan makanan pokok sudah mengering saat masih muda. Untuk memasak saja harus mengambil air dengan perahu di pulau seberang. Sedangkan untuk mandi, masyarakat Ile Ape mengandalkan air laut.
Saat tim akikah datang, beberapa orang menyambutnya dengan hangat. Maklum, tim ini sudah kenal dekat dengan masyarakat. "Desa ini adalah satu-satunya desa di pesisir ini yang hampir semua penduduknya muslim. Dan teman-teman inilah yang senantiasa membantu mengembangkan dakwah di daerah ini" jelas tokoh desa kepada anggota tim dari Jakarta.
Sesaat setelah koordinasi kilat, orang-orang bertebaran. Ada yang mencari kayu bakar, peralatan dapur, sebagian mencari ternak kambing yang akan dipotong, dan sebagian menyiapkan "panggung" untuk acara.
Menjelang malam semua persiapan telah selesai. Tidak kurang dari 50 orang hadir dalam acara malam itu, terutama anak-anak. Untuk memeriahkan acara, Qashidah anak-anak pun ditampilkan. Jadilah acara yang meriah, meski tetap sederhana. "Jauhnya lokasi dan beratnya medan benar-benar luruh melihat kebersamaan menjalankan amanah dan kebahagiaan berbagi dengan yang membutuhkan" ungkap Bang Arifudin Anwar, mitra pemberdayaan peternak di Nusa Tenggara Timur.
Mula Gagasan
Kurun satu dasawarsa ini, menebar hewan kurban sudah menjadi tradisi banyak lembaga amil zakat (LAZ). Kini, menebar akikah juga mulai ditradisikan. Penggalan kisah di atas merupakan cermin bahwa menebar ternak tidak harus setahun sekali. Bisa rutin, bahkan tiap hari.
Dalam momen kurban, berpuluh bahkan beratus ribu kambing-domba, sapi, dan kerbau menjadi target tiap tahunnya. Jumlah ini terus meningkat tiap tahun. Sementara, pengembangbiakkan populasi ternak sepenuhnya masih diserahkan pada masyarakat secara alami, tanpa rekayasa. Jika hal ini terjadi terus menerus, maka akan terjadi krisis populasi ternak. Yang dipotong jauh lebih banyak dari yang lahir.
Disisi lain, peternakan merupakan media yang cocok untuk pemberdayaan kaum dhuafa dengan tujuh alasan : Pertama, penopang utama populasi ternak adalah peternakan rakyat yang didominasi oleh peternakan skala rumah tangga. Kedua, beternak sudah menjadi keahlian turun temurun. Bukanlah hal yang sulit untuk dipelajari. Ketiga, potensi alam untuk peternakan sangat melimpah. Keempat, permintaan pasar yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Kelima, ternak bagi petani juga berfungsi sebagai tabungan (saving) yang dapat digunakan pada waktu kebutuhan mendesak. Keenam, di daerah yang relatif kering dan tandus seperti daerah rawan pangan di NTT, ternak masih dapat hidup dengan baik ketika tanaman-tanaman sudah lama mengering. Dalam kondisi seperti ini, penghasilan dari ternak merupakan satu-satunya solusi. Ketujuh, pengembangbiakan ternak ini adalah upaya untuk melestarikan kekayaan ternak lokal Indonesia.
Alasan tersebut yang memicu Dompet Dhuafa (DD) merilis Kampoeng Ternak sebagai jejaring yang mengembangkan pemberdayaan peternak. Hingga paruh pertama 2005 ini Kampoeng Ternak telah menjangkau 15 propinsi mulai dari Aceh hingga Papua.
Konsep Pemberdayaan
Pemberdayaan peternak dibangun dengan pembentukan kelompok-kelompok peternak di daerah-daerah bidikan. Kriteria sasaran adalah mustahik, mampu memelihara ternak, dan lingkungan mendukung untuk pemeliharaan ternak. Selama proses pembentukan kelompok hingga perjalanan beternak, mereka akan didampingi secara intensif oleh pendamping yang disiapkan secara khusus.
Selain mendapatkan ternak, kelompok juga mendapatkan dukungan pembuatan kandang, obat-obatan, dan bibit rumput jika diperlukan. Di beberapa kelompok, sewa lahan untuk kandang juga difasilitasi. Jenis ternak diutamakan dari jenis ternak lokal, seperti Domba Garut di Jawa Barat, Domba Ekor Gemuk di Jawa Timur, Kambing kacang dan 'wedus gembel' di Jawa Tengah, Jogja dan Jawa Timur serta Kambing Peranakan Etawah di Lampung dan Jawa Tengah.
Sapi dikembangkan di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT, dan Papua. Walhasil, di masa mendatang, daerah-daerah ini diharapkan akan tumbuh menjadi sentra produksi peternakan yang berbasis pada peternakan rakyat.
Pola kemitraan menggunakan konsep bagi hasil 50:50 atau 60:40. Bagian 40% untuk Kampoeng Ternak digunakan kembali untuk mengembangkan kelompok dan pembiayaan kegiatan pendampingan. Pendampingan sendiri tidak terbatas pada pendampingan peternakan, tetapi juga menekankan pembiasaan etos kerja, pelaksanaan tuntunan agama, kebiasaan hidup sehat, dan penumbuhan kepedulian serta kebersamaan diantara kelompok secara khusus dan masyarakat pada umumnya.
Untuk membingkai sentra-sentra produksi ternak tersebut, Kampoeng Ternak juga membangun jaringan pemasaran ternak (Marketing Board). Fungsinya selain menjamin pemasaran bagi produk ternak, juga memberikan advokasi kepada pemerintah agar kebijakan peternakan senantiasa kondusif untuk pengembangan peternakan rakyat.
Penutup
Dengan program ini saudara-saudara kita di daerah-daerah rawan mendapatkan alternatif matapencaharian untuk ketahanan pangan mereka. Pun mereka dapat menikmati kelezatan daging yang seringkali mereka makan hanya pada saat hari raya kurban, itu pun jika ada "kiriman" pekurban dari daerah lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar