23 Maret 2009

BUMN Malaysia Masih Butuh Buruh Bangunan

Sabtu, 21 Maret 2009

Kompas.com

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - CEO atau Manajer  CLAB (Construction Labour Exchange Center) Azlan Mohd Isa mengatakan, walaupun sudah memiliki sekitar 10.800 pekerja buruh bangunan asing, pihaknya tetap ingin menambah hingga menjadi 100.000 pekerja. Pasalnya, masih banyaknya proyek konstruksi di Malaysia.
   
"Kami menginginkan dapat menghimpun hingga 100.000 pekerja asing karena proyek konstruksi di Malaysia masih banyak yang harus dikerjakan dan diselesaikan walaupun saat ini dunia sedang menghadapi krisis ekonomi," kata Azlan, di Kuala Lumpur, Sabtu (21/3).
   
CLAB adalah BUMN di bawah Departemen Pekerjaan Umum Malaysia yang saat ini menghimpun sekitar 10.800 pekerja atau buruh bangunan. Sekitar 90 persen adalah TKI, dan sisanya dari berbagai negara seperti Bangladesh dan India.
   
Menurut dia, pemerintah Malaysia masih membuka pintu bagi pekerja asing di sektor konstruksi, perkebunan dan pembantu rumah tangga. Kalau sektor lain, misalnya restoran dan pabrik, selain izin kerja bagi pekerja asing tidak diberikan atau diperpanjang lagi juga "levy" (pajak buruh asing) dinaikkan hingga dua kali lipat.
   
CLAB menghimpun sebanyak mungkin buruh bangunan guna memenuhi kebutuhan pekerja bagi anggotanya. CLAB memiliki 2.500 anggota perusahaan konstruksi. "Dulu, setiap habis kontrak habis buruh bangunan dikembalikan ke negara masing-masing. Atau tetap di Malaysia tapi tidak ada pekerjaan. Oleh sebab itu, kami menghimpun (pool) buruh bangunan agar bisa dipekerjakan di mana-mana perusahaan setelah itu bisa dipindahkan ke perusahaan lain yang proyeknya sedang berjalan," kata CEO CLAB itu.
    
"Kalau buruh yang sudah pengalaman dikembalikan ke negara asal, yang baru datang tanpa punya pengalaman, hasil pekerjaan bisa banyak yang komplain, atau pekerjaan mundur hingga beberapa lama maka hal ini akan merugikan kualitas pembangunan dan majikan," katanya.
   
Oleh itu CLAB menghimpun ribuan buruh bangunan agar menopang kebutuhan anggotanya.
   
Menurut dia, tenaga kerja Indonesia (TKI) merupakan favorit permintaan majikan karena dari segi bahasa,  budaya, dan makanan hampir sama dengan Malaysia.
   
"Beberapa kali kami menyediakan buruh bangunan dari Pakistan dan India, baru beberapa bulan saja sudah banyak keluhan, baik karena postur tubuh buruh Pakistan dan India lebih tinggi sehingga rumah yang disiapkan terpaksa diubah, faktor bahasa dan komunikasi, dan faktor budaya dan makanan," katanya.
   
Dia mengakui bahwa dari 10.800 buruh bangunan dimilikinya tidak ada satupun warga Malaysia. "Mungkin karena buruh konstruksi dinilai sebagai pekerja tiga D yakni dirty (kotor), dangerous (bahaya), difficult (sulit)," katanya.
    
CLAB memberikan uang duka kepada tiga buruh bangunan WNI yang meninggal akibat kecelakaan kerja. Pemberian uang duka masing-masing 10.000 ringgit (Rp 32 juta) diserahkan kepada ahli waris melalui Dubes RI untuk Malaysia Da'i Bachtiar.
    
Ketiga TKI yang meninggal karena kecelakan di bawah CLAB dan ahli warisnya menerima uang duka ialah  Prawiro Sukir, warga dusun Suguhwaras di Kediri, meninggal seorang istri dan dua anak. Kedua, Markos Salikan, warga desa Arosbaya, Bangkalan Madura, yang meninggalkan seorang istri dan dua anak. Lalu, Didik Setiawan dari desa Trimulyo, Pati Jateng yang meninggalkan seorang ibunya.
   
Prawiro Sukir meninggal karena jatuh dari lantai 8 pada 27 Maret 2008. Mayatnya sudah dikirim ke keluarga. Markos Salikan meninggal 27 Januari 2009 karena jatuh dari lantai bangunan 31 ke 29, dan Didik Setiawan meninggal kecelakaan kerja 26 November 2007 juga karena jatuh setinggi 10 meter dari bangunan yang sedang dikerjakan.


XVD
Sumber : Ant

Tidak ada komentar:

Posting Komentar