11 Maret 2009

400 Balita Purwakarta Terindikasi Gizi Buruk

Republika Newsroom
Jumat, 13 Februari 2009 pukul 16:22:00
 

PURWAKARTA -- Angka balita yang menderita gizi buruk di Purwakarta masih tinggi. Pasalnya, sepanjang tahun 2008, tercatat 400 balita menderita gizi buruk. Bahkan, selama bulan Januari hingga Februari, RSUD Bayu Asih telah merawat tujuh balita gizi buruk. Dua pasien diantaranya, meninggal dunia.

Kasi Gizi Dinas Kesehatan Kab Purwakarta, dr Djaka Rahardja, mengatakan, angka 400 balita yang menderita gizi buruk ini, berdasarkan laporan penimbangan balita di 921 Posyandu yang tersebar di 192 desa dan kelurahan. Namun, dia mengaku, angka yang dilaporkan tersebut masih belum akurat kejelasannya. Pasalnya, hingga kini belum seluruhnya di validasi.''Sampai saat ini, kita baru memvalidasi dua wilayah, yaitu Kec Sukatani dan Desa Maracang Kec Babakan Cikao,'' kata Djaka,kepadaRepublika, Jumat (13/2).

Djaka menjelaskan, hasil validasi di dua wilayah itu, tak sesuai laporan yang masuk ke Dinkes. Karena, dari laporan 26 kasus gizi buruk di Sukatani, balita yang positif gizi buruk hanya seorang. Sedangkan di Maracang, dari 14 yang dilaporkan, hanya dua balita yang masuk kategori gizi buruk.

Diakui Djaka, balita yang dinyatakan gizi buruk, dapat dilihat dari berat badan dan tinggi badan. Bila keduanya tak seimbang, maka balita itu masuk kategori gizi buruk. Tapi, bila perbedaannya tak terlalu mencolok, balita itu hanya menderita gizi kurang.''Untuk mengetahui gizi buruk atau kurang gizi, dapat dilihat dari tabel yang terdapat di Kartu Menuju Sehat (KMS), yang biasa diperoleh di Posyandu,'' tuturnya.

Untuk menekan angka penderita gizi buruk, pihaknya kembali mengoptimalkan peran Posyandu dan kadernya di desa masing-masing. Sedangkan, keluarga yang dilaporkan memiliki balita gizi buruk, dibantu dengan pemberian makanan tambahan berupa biskuit, susu, dan makanan sereal bayi.

Tapi, kata Djaka, karena gizi buruk ini sangat multi dimensi, maka diperlukan dukungan yang positif dari orang tua. Artinya, bagi mereka yang memiliki anak balita, diharapkan setiap bulan di bawa ke Posyandu. Di sinilah, nantinya akan terlihat tumbuh kembang anak.

Djaka pun berharap, balita yang gizi buruk atau kurang gizi, seharusnya di bawa ke Rumah Sakit, untuk dicek kesehatannya. Pasalnya, dari tujuh balita yang di rawat di RSUD, hanya dua balita yang postif gizi buruk. Sedangkan sisanya, merupakan kurang gizi, disebakan asupan makanan tak bisa masuk karena anak tersebut menderita penyakit seperti Jantung dan TBC anak.

Sementara itu, Direktur RSUD Bayu Asih, dr Anne Hediana, mengatakan, pihaknya telah merawat pasien gizi buruk sebanyak tujuh balita, pada Januari hingga awal pekan pertama Februari. Dua diantaranya, meninggal dunia, karena telat mendapatkan perawatan.

Tujuh pasien tersebut, yaitu, Ika (4 tahun), warga Kampung Jambu RT 13/05, Desa Cilalawi, Kecamatan Sukatani, Said Rizki (5), warga Kampung Sukamulya II RT 03/05 Kelurahan Ciseureuh, Yulia Nurcahyati (6), warga Perum Regensi Blok E No 16, Cikampek, Kab Karawang, dan Salsa (2), warga Kampung Tanjung Garut RT 02/04 Desa Campaka Sari, Kecamatan Campaka, Wini (8 bulan), warga Gg Sumbu RT 33/11, Kelurahan Sindangkasih, Nursifa (9 bulan) warga Desa Cilandak Kec Cibatu, dan Aldi (2,5 tahun) warga Desa Cisalada RT 09/02 Kec Jatiluhur.''Pasien yang meninggal adalah Ika dan Aldi. Sedangkan yang hingga kini masih dirawat adalah Nursifa,'' kata Anne.

Di tempat terpisah, Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengaku prihatin atas tingginya kasus gizi buruk di wilayahnya ini. Menurutnya, setelah dirunut dari keluarga pasien, ternyata sebagian besar latar belakang keluarga gizi buruk ini adalah korban PHK.''Mereka merantau ke kota besar, ketika di PHK, mereka pulang ke Purwakarta dengan kondisi anaknya sudah kurang gizi,'' ujar Dedi.

Dedi mengaku, penyebab gizi buruk ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Artinya, masih banyak orang tua yang belum sadar akan pentingnya kesehatan. Tak sedikit orang tua yang melarang anaknya dibawa ke Posyandu. Selain itu, peran kader dan petugas kesehatan di desa pun masih belum optimal. win/kpo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar