Oleh : Arief Rachman
21-Jan-2009 [www.kabarindonesia.com]
KabarIndonesia - Rendahnya pengetahuan masyarakat akan perlunya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi salah satu penyebab timbulnya masalah kesehatan di desa. Disamping itu rendahnya kesadaran. Sebenarnya ada pangan lokal yang dapat dikembangkan sebagai salah satu upaya antisipasi gizi buruk ini. "Rendahnya pengetahuan akan pengelolaan pangan lokal yang memiliki nilai gizi tinggi menjadi penyebab munculnya gizi buruk". Ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bima drg. Hj. ST. Hadjar Yoenoes.
Untuk inilah upaya pencegahan melalui promosi kesehatan terus dilakukan dengan mengoptinalkan peran tenaga medis yang ada di dusun dan desa. Peran bidan desa sebagai ujung tombak pelayanan melalui Posyandu dan Polindes dalam melakukan pendataan dan invntarisasi secara proaktif masalah kesehatan yang terjadi di tingkat desa sangat penting. Melalui tenaga medis yang bertugas tersebut Dinas Kesehatan mendeteksi dan merumuskan tahapan awal penanganan penyakit dilakukan secara dini, dan memberikan rekomendasi perlu tidaknya rujukan lebih lanjut ke rumah sakit bila penanganan di desa dan puskesmas tidak menunjukkan hasil menggembirakan. "Tenaga bidan di desa didorong untuk aktif mencari pasien melalui Posyandu dan bila ada gejala gizi buruk maka akan ditangani sejak dini".
Dari data gizi buruk yang ditangani dalam tiga tahun terakhir tahun 2006 terdapat sejumlah 114 kasus, kemudian mengalami peningkatan menjadi 262 kasus pada tahun 2007 dan mengalami penurunan drastis menjadi 68 kasus pada tahun 2008, ungkap Kepala Dikes Kabupaten Bima di ruang kerjanya. Upaya penanganan melalui Jamkesmas juga dilakukan pada 197.814 orang yang pendanaannya bersumber dari APBN, sementara 15.000 lebih orang dibiayai melalui dana sharing APBD Provinsi dan kabupaten Bima. Penanganan gizi buruk dilakukan secara terkoordinasi oleh satu tim penanggulangan gizi buruk kabupaten secara lintas sektoral. Bila terjadi satu kasus maka tim akan melakukan identifikasi faktor-faktor penyebabnya.
Penanganan gizi buruk yang paling krusial dan perlu mendapat perhatian serius adalah penanganan bayi umur 1-2 tahun mengingat pada masa inilah pertumbuhan otak dan nutrisi asupan makanan yang cukup. Untuk inilah diperlukan koordinasi dan sinkronisasi penanganan pasien antara dinas kesehatan dan rumah sakit dan dalam penanganan gizi buruk ini. Mengingat masalah gizi buruk adalah masalah kita semua" ungkap Kadikes. Berkaitan dengan hal ini Pemerintah kabupaten Bima pada tahun 2009 menitik beratkan prioritas pada program peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat yang ditujukan bagi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Indikator pencapaian sasaran ini adalah meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya jumlah Angka Kematian Bayi (AKB), menurunnya jumlah Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI), menurunnya angka kasus gizi buruk, meningkatnya cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar