10/03/2009
Tokyo, CyberNews. Presiden Pusat Studi Jepang untuk Kemajuan Indonesia (PUSJUKI) meminta perguruan tinggi di Indonesia tidak menempatkan diri sebagai agen TKI.
"Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan tertinggi dan menganut nilai-nilai akademik-universal hendaknya tidak menjadi agen TKI di dalam dan keluar negeri agar dapat segera melahirkan negarawan/wati," tandas ketua PUSJUKI Dr Hc Anni Iwasaki dalam siaran persnya ke redaksi SM CyberNews, Selasa.
Sebagai gantinya, Anni Iwasaki mengajak bangsa Indonesia untuk mencontoh konsep pembangunan ekonomi kerakyatan akademik-universal inspirasi dari Jepang. "Konsep ini saat ini sedang kami perjuangkan menjadi keputusan politik pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi konsep program pembangunan nasional-global pemerintahan," kata dia.
Dijelaskan, pertumbuhan ekonomi kerakyatan Jepang 2.2% menghasilkan GDP US$4,367 milyar perkapita US$34,181. Sementara pendapatan ekonomi 'kerakyatan' Indonesia menghasilkan GDP Indonesia US$365 milyar perkapita US$1,640 (World Economic Outlook Database Oct 2007, IMF).
Menurut dia, logika akademik tidak bisa berkembang di Indonesia tanpa diimplementasikan segera ke dalam kehidupan sehari-hari oleh para akademisi itu sendiri. Perjalanan bangsa Indonesia ke depan menjadi sangat sulit bukan karena faktor eksternal ataupun krisis morgage yang terjadi di AS. Melainkan pemahaman tentang nilai-nilai akademik-universal yang dianut selama ini masih jauh dari kata memadai.
"Seperti banyak kerancuan memahami kata demokrasi, politik, ekonomi dan sosial budaya khususnya pemahaman tentang kesetaraan gender sebagai landasan pembangunan manusia-mankind," katanya.
"Hal ini diakui pula dalam Laporan Kinerja Dua Tahun SBY-JK Oktober 2004-Oktober 2006/Bappenas. Di samping permasalahan secara makro, secara mikro kinerja proyek-proyek terkait pinjaman luar negeri masih lemah. Manfaat dari sisi kegunaan proyek tidak optimal, akibat lemahnya kemampuan SDM. Lagipula belum ada strategi pemanfaatan pinjaman luar negeri yang komprehensif baik di tingkat nasional maupun di tingkat kementrian lembaga
dan daerah," jelas Anni Iwasaki.
Berbagai lembaga, kata Anni Iwasaki, seperti Econit, Bank Dunia, dan IMF, sudah memberikan prediksi bahwa perekonomian Indonesia tidak akan tumbuh lebih dari 4%. Bahkan, menurut mereka ada kecenderungan ekonomi Indonesia hanya tumbuh di kisaran 3,3%-3,5% (Editorial Media Indonesia 23 Pebruari 09).
"Jika pertumbuhan sekitar 7% hanya menghasilkan GDP per cápita US$ 1,640, lalu apakah pendapatan per cápita rakyat Indonesia kedepan di bawah seribu dolar? Padahal jumlah penduduk Indonesia diprediksi menjadi 300-an juta jiwa thn 2015," jelasnya.
(MH Habib Shaleh /CN08)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar